KEPEMIMPINAN SOSIAL
Nama : Nur halimah
Kelas : PMI 4
1. Pengertian
Kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Kepemimpinan Sebagai kedudukan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sedangkan sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Dari pernyataan diatas terdapat beberapa definisi tentang kepemimpinan yang satu sama lain saling melengkapi, yaitu:
1) Menurut Boring, Langeved dan Weid, kepemimpinan adalah hubungan dari individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
2) Menurut George R. Terry, kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
3) Menurut H.Goldhamer EA. Shils, adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinannya.
Kepemimpinan ditandai oleh ciri-ciri kepribadian dimana di dalam suatu situasi yang khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok bersama-sama dengan anggota yang lain. Ciri-ciri ini secara fungsional berhubungan dengan pencapaian tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut ternyata bahwa di dalam setiap masalah kepemimpinan akan selalu terdapat tiga unsur,yaitu:
1. Unsur manusia, dimana manusia sebagai pemimpin ataupun sebagai mereka yang dipimpin.
2. Unsur sarana, merupakan segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaannya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut masalah manusia itu sendiri dan kelompok manusia.
3. Unsur tujuan, yang merupakan sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan digerakan untuk menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya selalu ada dan terjalin erat satu sama lain.(Wiyono Hadikusumo, 1973).
2. Klasifikasi kepemimpinan
Klasifikasi ini mendasarkan pada cara atau pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin, yaitu:
1. Kepemimpinan otoriter
· Pemimpin ini menentukan segala-galanya.
· Semua aktifitas kelompok dijalankan atas intruksi pemimpin.
· Pemimpin mengatur dan mendikte anggota.
· Anggota hanya sebagai pelaksana perintah pemimpin.
· Anggota tidak pernah diberitahu tentang rencana-rencana yang akan dijalankan oleh kelompok.
· kedudukan pemimpin seolah-oleh terpisah dari yang dipimpin, sebab pimpinan berhubungan dengan anggota hanya pada saat memberikan instuksi atau perintah.
· Pemimpin tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok.
2. Kepemimpinan demokratis
· Disini ada kerja sama antara pemimpin dan anggotanya.
· Semua kegiatan kelompok dijalankan atas keputusan bersama.
· Semua perencana dan langkah-langkah pekerjaan ditentukan secara musyawarah. Anggota memahami benar rencana kerja kelompok karena mereka ikut serta membuat, membicarakan dan memutuskan.
· Dengan sendirinya pemimpin ikut serta dalam perikehidupan anggota-anggotanya.
3. Kepemimpinan liberal
Pemimpin pasif, tidak berpartisipasi dengan kegiatan kelompok. Ia berada di luar kelompok. Pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota-anggotanya. Ia menyerahkan segala-galanya kepada anggota, tidak pernah menegur kesalahan anggotanya tetapi selalu bersikap baik.
Max Weber menganalisa pimpinan dari sudut sifat kejadiannya dan membagi pimpinan terbagi tiga tipe, yaitu:
1) Charismatik
Kepemimpinan disini diangkat berdasarkan atas suatu kepercayaan bahwa pemimpin itu dapat memberikan berkah karena tuah /mantra nya , keselamatan untuk melindungi rakyat, karena dianggap memilki ilmu gaib.
2) Tradisional
Pemimpin yang dipilih atas dasar kebiasaan turun temurun/ tradisi. Sistem ini tidak memperhitungkan kecakapan calon pemimpin yang terpenting melestarikan tradisi dan pada umumnya rakyat begitu yakin akan kebaikan tradisi yang dianut.
3) Rational legal
Pemimpin dipilih berdasarkan dua prinsip, yaitu rasional dan legal. Rasional bila pengangkatan itu berdasarkan atas landasan kecakapan, pengalaman atau pendidikan dari yang bersangkutan dan legal juga berlandaskan hukum atau peraturan yang berlaku.
3. Fungsi kepemimpinan
1. Membantu menetapkan tujuan kelompok
2. Memelihara kelompok
3. Memberi simbol untuk identifikasi
4. Mewakili kelompok terhadap kelompok yang lain.
4. Contoh kasus
Kepemimpinan di Pondok psantren, Menurut apa yang dapat saya pahami dari kepemimpinan ini saya memilih contoh kepemimpinan di pondok psantren . pondok psantren bisa masuk pada klasifikasi kepemimpinan demokrasi. Dari pengertian yang sudah dipaparkan bahwa kepemimpinan demokrasi sistem kerja sama antara pemimpin dan anggota terjalin antara keduanya. Dimana dalam pondok psantren semua kegiatan dalam psantren dijalankan bersama oleh para santri yang diarahkan oleh kiayinya , tidak hanya pemimpin yang bergerak sendiri , namun dimana kita tidak menuruti apa-apa yang diperintahkan oleh pemilik pondok atau pemimpin, maka resikonya akan berpengaruh pada santri lainnya.
Melihat dari analisis Weber kepemimpinan di pesantren dapat tergolong pada tipe tradisisonl, karena pemimpinan dipilih atas dasar kebiasaan. Pada contoh kasus ini bahwa kepemimpinan di pondk psantren dipilih oleh keluarga dari pondok tersebut dan mungkin akan berangsur terus menerus dari keturunan pondok tersebut. Namun, mereka akan memperketat unsur sarana, dimana sarana tersebut berbentuk ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan. Tetapi, bisa juga termasuk pada tipe rational legal, karena dalam sistem pondok pesantren pengangktan seorang pemimpin yang akan memimpin para santri didasarkan pada kecakapan, pengalaman dan pendidikan dari yang bersangkutan.
Dengan demikian, maka keputusan-keputusan pemimpin-pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada dasarnya para pemimpin tradisional adalh pemimpin di belakang atau ditengah, jarang sekali yang menjadi pemimpin di muka. Namun pada intinya kpemimpinan apapun harus memperhatikan susunan masyarakat dan cultural focus masyarakat supaya kepemimpinan tersebut dapat terlaksana dengan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar