Nama : Kharisma Utama
109051000179
Teori Idealis
Secara umum, idealis dapat diartikan: 1) seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya. 2) seseorang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi. Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran atau jiwa.
Idealisme telah berperan banyak dalam sejarah pemikiran barat, idealisme ini terilhami dari tradisi Yunani kuno yang tersimpul dalam filsafat Plato. Doktrin Plato tentang ide sangat mempengaruhi bahwa alam ide merupakan satu-satunya alam atau realitas yang ada dan benar. Segala sesuatu yang ada dan muncul merupakan hasil dari alam ide atau melalui partisipasinya dalam ide tersebut. Dunia benda-benda akan mengalami perubahan, tetapi "ide" tetap sama. Termasuk perilaku manusia, setiap manusia akn mati dan berakhir, dan manusia akan bermuara pada tujuan. Keberakhiran ini hanya ada dalam realisasi pemikiran ketika mengenali benda-benda, akan tetapi hal yang tak berubah adalah alam "ide".
Selain merujuk pada tingkah laku manusia, idealisme sebenarnya juga menunjukkan kecenderungan pada kerangka berpikir optimis. Orang yang memimpikan masa depan yang lebih baik, yang melihat sisi baiknya pada setiap pandangan dari selalu besar hati dalam menghadapi kesulitan inilah yang dikategorikan sebagai seseorang yang "idealis".
Parson
Menurut Parson, idealis menekankan pada keseluruhan etos budaya dalam suatu mayarakat, norma, ide-ide, dan nilai-nilainya, serta semangat (geist) umumnya sebagai satu-satunya cara yang valid untuk memperoleh pemahaman tentang masyarakat itu. Tindakan individu dan pola-pola institusional menjadi berarti hanya menurut cara di mana tindakan-tindakan itu terwujud dan mengungkapkan pandangan hidup yang umum ini.
Perspektif idealis menginterpretasi tindakan manusia hanya semacam pancaran ide-ide dan nilai budaya. Perspektif ini juga tidak mengakui pentingnya menganalisa hambatan-hambatan serta tekanan yang datang dari lingkungan materil dan sifat-sifat biologis. Nilai-nilai budaya tidak mengungkapkan dirinya begitu saja secara otomatis, manusia harus mengeluarkan tenaga untuk mengkonfrontasi dan mengatasi hambatan-hambatan itu serta menggunakan hal-hal yang terdapat situasi itu untuk melaksanakan ide-ide dan nilai budaya. Dalam proses itu, ide-ide dan nilai-nilai dapat dimasukkan dan dilaksanakan sedikit, dan tentu bukan dalam bentuknya yang murni.
Macam-macam idealisme
- Idealis subjektif
Cenderung merelokasi ide pada inti pengalaman dan menjadikan pengalaman sebagai awal untuk menganalisis dunia dari pikiran. Pengalaman diyakini menunjukkan kenyataan yang dimiliki masing-masing, ada beberapa kualitas seperti berat, panjang, keberadaan dalam waktu, hal-hal tersebut merupakan realitas yang dimiliki benda-benda, ada lagi kualitas lain seperti aroma warna dari lain-lain, hal ini merupakan sesuatu yang sangat subjektif.
Barkeley, walau beragumentasi bahwa perbedaan kualitas-kualitas ini tidak dapat dipertahankan. Berat sama subjektifnya dengan warna. Kita memiliki landasan yang lain lagi untuk mengasumsi keberadaan benda nyata dalam alam yang berhubungan dengan warna. Adalah realitas jika kita berpegang hanya pada apa yang diberikan pengalaman, maka dunia ini sesungguhnya hanya terdiri dari ide-ide belaka.
- Idealis objektif
Hegel berpandangan bahwa keyakinan yang bisa berkembang menjadi pemikiran spekulatif secara bertahap. Keyakinan individu ini merupakan perkembangan spirit dunia sejarah itu sendiri dan merupaka bentukan dari keyakinan manusia. Alam itu sendiri merupakan sesuatu yang rasional.
- Idealis irrasional
Schopenhaur berpendapat bahwa perubahan dunia yang demikian cepat berhubungan perubahan dalam tubuh kita. ruang, waktu, sebab-akibat adalah cara yang bervariasi dimana perasaan yang cepat diberikan dengan lengkap. Meski sains berhubungan erat dengan dunia, sains tidak dapat berbuat apa-apa selain menghadirkan penjelasan fenomena.
Daftar Pustaka
Lawang, Robert. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik dari Comte hingga Parson. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar