Sabtu, 22 Maret 2014

Agung Laksono Wibowo_Tugas 3_Karl Marx

Teori Karl Marx
1)    Modal Produksi
   Pada tahun 1848, Karl Marx dan Frederich Engels menerbitkan tulisan mereka yaitu Manifesto Komunis (Communist Manifesto) yang berisi tentang protes terhadap aliansi dalam dunia kerja, dan agama sebagai "candu" bagi masyarakat kelas proletar. Karya Marx selanjutnya berjudul Das Kapitalis, lewat tulisan inilah Marx memberikan dorongan kepada kaum buruh untuk berjuang agar tidak ditindas lagi oleh kaum penguasa.
  Menurut Karl Marx, Negara terbentuk sebagai alat penindasan bagi kaum borjuis terhadap kaum proletar. Dengan adanya sistem kapitalis menjadikan kaum proletar terus dieksploitasi oleh kaum borjuis. Kaum borjuis merasa, bahwa mereka yang memiliki modal dan alat-alat produksi sehingga mereka berkuasa atas kaum proletar (buruh). Kaum proletar tidak memiliki modal sehingga terus bergantung pada kaum borjuis, dan menjadikan mereka tidak memiliki akses terhadap Negara. Kapitalisme membuat para kaum proletar teralienasi dari diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
   Kekuatan pendorong utama kapitalisme, menurut Marx, terdapat dalam eksploitasi dan alienasi tenaga kerja. Sumber utama dari keuntungan baru dan nilai tambahnya adalah bahwa majikan membayar buruh-buruhnya untuk kapasitas kerja mereka menurut nilai pasar, namun nilai komoditi yang dihasilkan oleh para buruh itu melampaui nilai pasar. Para majikan berhak memiliki nilai keluaran (output)yang baru karena mereka memiliki alat-alat produksi (kapital) yang produktif. Dengan menghasilkan keluaran sebagai modal bagi majikan, para buruh terus-menerus mereproduksikan kondisi kapitalisme melalui pekerjaan mereka.
   Jika kita mengkaji secara mendalam terkait dengan ajaran Marx tentang Das Kapitalis ini sangat tidak relevansi dengan situasi dewasa ini. Karena apabila kaum borjuis sebagai penguasa terus menindas dan mengeksploitasi kaum buruh maka mereka sebagai kaum buruh tidak akan berkembang. Dan Negara tersebut tidak akan berkembang karena hanya dikuasai oleh para kaum pemilik modal. Kaum buruh merasa tidak memiliki Negara, sebab bagi mereka Negara merupakan sebuah monster yang sangat menakutkan. Jadi, Negara seharusnya dapat menjadi sebuah pengayoman untuk semua lapisan masyarakat, baik kelas pemilik modal maupun kelas buruh. Dan menghapuskan pemahaman tentang Negara merupakan alat penindasan. Bahwa sesungguhnya, "Negara ialah milik masyarakat bersama", tidak dirasuki oleh kesenjangan sosial antara kaum penguasa dan kaum buruh. Kekuasaan sebuah Negara bersumber dari masyarakat Negara tersebut. Negara menjadi tujuan bersama bagi masyarakat, oleh sebab itu sebuah Negara harus bisa menyusun sistem pemerintahan yang baik yang tidak memisahkan antara Negara dengan seluruh lapisan masyarakatnya.
 
 
2)    Pertarungan Kelas ( Class Struggle )
    Di Barat, pemikiran Karl Marx berkembang menjadi suatu aliran baru, yakni New Left Group (Golongan Kiri Baru). Sebagian besar para penganutnya ialah para cendekiawan dengan intelektual tinggi yang aktif di kampus-kampus terkemuka di Eropa dan Amerika. Berkaitan tentang hal tersebut, maka pada Theory Class Struggle ini sangat koheren sekali apabila disandingkan dengan karya Karl Marx yang berjudul Manifesto of Communist Party dan The Eighteen Brumaire of Bonaparte. Dalam pembahasan Communist Manifesto ini terdapat konsep-konsep pertarungan kelas yang telah ditulis oleh Marx dan Engels tentang Manifesto Partai Komunis. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendongkrak karya mereka itu. Bagi kaum Marxis (penganut ajaran Karl Marx), karya Communist Manifesto merupakan suatu kitab suci yang sangat berharga setelah karya Marx yang lain, yakni Das Kapitalis.
   Adapun beberapa pemikiran Marx tentang Theory Class Struggle ini, yaitu ;
"Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga kini merupakan cerita dari pertarungan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, Kepala Serikat Kerja dan para tukang (buruh), dengan kata lain, penekan dan yang ditekan selalu pada posisi yang kontradiksi antara satu sama lain, dan berlangsung tanpa terputus hingga kini."
    Dari penggalan ungkapan diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa "sebuah realitas/fakta yang ada bahwa di dalam kehidupan suatu masyarakat terdapat suatu pertarungan diantara mereka. Secara transparan, pertarungan itu berbentuk pertarungan kelas, sedangkan secara permanen, merupakan bagian inheren dalam kehidupan sosial.
 
3)    Teori Kritis (Critical Theory)
    Teori Kritis adalah salah suatu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut, lalu disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoretis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi. Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
   Menurut pemikiran Hegel dan Marx, bahwa teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut. Marxisme dianggap sebagai dasar pemikiran dari semua teori-teori yang ada dalam tradisi kritis. Marxisme berasal dari pemikiran Karl Marx, seorang ahli filsafat, sosiologi dan ekonomi dan Friedrich Engels, sahabatnya. Marxisme beranggapan bahwa sarana produksi dalam masyarakat bersifat terbatas. Ekonomi adalah basis seluruh kehidupan sosial. Dewasa ini, kehidupan sosial dikuasai oleh kelompok kapitalis, atau disebut pula sistem ekonomi kapitalis.
   Marx ingin membangun suatu filsafat praktis yang benar-benar dapat menghasilkan kesadaran untuk merubah realitas yang ada. Saat Marx hidup, yakni masyarakat kapitalis berkelas dan bercirikan penghisapan. Teori Marx meletakkan filsafat dalam konteks yang historis, sosiologis dan ekonomis. Teori Marx bukan sekedar analisa terhadap masyarakat. Teori Marx tidak bicara ekonomi semata tetapi "usahanya untuk membuka pembebasan manusia dari penindasan kekuatan-kekutan ekonomis".
 
4)    Implikasi Marx pada Dunia Akademik dan Pergerakan
   Dahulu, sempat Karl Marx menjadi sesuatu yang dianggap tabu/awam oleh khalayak masyarakat pada umumnya, terlebih lagi Indonesia. Dan Marx sempat menjadi "hantu" bagi kita semua, termasuk di ranah akademik. Mengapa demikian? Sebab kebanyakan orang dalam dogma mereka telah berkecamuk stigma-stigma, bahwa " mereka harus berhati-hati, dikarenakan Marx selalu diidentikkan hanya pada komunisme, atheisme, dan gagasan-gagasan yang menakuti orang-orang.
   Terlebih di Indonesia sendiri, bahwa pada 1969 silam, nama Karl Marx tidak boleh disebut-sebut sesekali, sebab saat itu merupakan rezim kepemimpinan Presiden Soeharto yang sekaligus juga tokoh yang menumpas kebiadaban komunis PKI. Hal itu terjadi walaupun di sekitar  orang-orang akademik yang sadar, bahwa Marx adalah perintis teori-teori sosial modern.
   Nasib kehidupan Karl Marx hamper mirip dengan Charles Darwin di abad 19. Teori evolusi yang Darwin rumuskan, sempat mengalami penolakan keras. Tapi lama kelamaan, teorinya pun tak lagi banyak ditentang oleh pihak gereja karena setelah dipelajari, teorinya memiliki kemiripan dengan ajaran Kristen. Perubahan yang sama terjadi pada Marx dan hal ini menurutnya yang patut disyukuri karena menandakan bahwa kita sudah ada di masa, di mana kita mulai dapat membedakan Marx sebagai ideologi politis dengan sosoknya sebagai salah satu perintis ilmu sosial dari akhir abad ke-19.
   Terlepas dari hal itu, Karl Marx memiliki kontribusi besar atas perannya dalam perkembangan ilmu sosial. Gagasan Marx perlu dijadikan opsi/pilihan sebagai paradigma ilmu sosial dan perlu juga kita pelajari, karena merupakan sumber dari berbagai teori-teori kontemporer tentang masyarakat dan kebudayaan. Marx melihat keadaan dunia sebagai sesuatu yang disebabkan proses sejarah, sementara sejarah tidak hanya terjadi tapi juga berkembang. Adapun sistem yang kita tinggali saat ini, bukanlah sesuatu yang abadi ataupun ajeg, melainkan sebagai hasil pertentangan di arena sosial kemasyarakatan.
Sumbangsih lainnya Marx bagi ilmu sosial adalah cara pandangnya terhadap konflik. "Baginya, konflik merupakan sesuatu yang inheren karena pada dasarnya masyarakat memang terbagi, ini karena kepentingannya berbeda-beda. Hal ini bertentangan dengan cara pandang yang umum bahwa konflik merupakan penyimpangan.
    Melihat banyaknya peran pemikiran Karl Marx bagi ilmu sosial, kita berharap agar teori-teorinya jangan lagi dianggap di luar ranah akademik atau ilmiah. Selanjutnya meskipun banyak pemikiran Marx masih relevan dengan kondisi saat ini, saya juga mengingatkan bahwa kita perlu terus mengritik dan memperbaiki pemikiran Marx karena sebagaimana yang diajarkan tokoh itu, kondisi-kondisi di masyarakat senantiasa berubah setiap saat.

                                                                                                  Agung Laksono Wibowo 
                                                                                                          1113054100004
                                                                                                              Kessos 2A

Sumber Referensi :
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
www.wikipedia.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini