Selasa, 07 April 2015

indah kurniawati_PMI_6_1112054000028_tugas_2_ekologi manusia

NAMA : INDAH KURNIAWATI

NIM : 112054000028

JURUSAN/SEMESTER : PMI/6

MATA KULIAH : EKOLOGI MANUSIA

NAMA TOKOH : MAI

TEMPAT, TANGGAL LAHIR: JAKARTA, 16 OKTOBER 1956

MEYELAMATKAN TERUMBU KARANG

Sejak tahun 1998 terumbu karang di kepualauan seribu telah direhabilitasi oleh seorang yang dahulunya perusak menjadi pelindung serta menjadi penyelamat terumbu karang, dengan melakukan rehabitiasi transplantasi karang yitu menjadi karang karang mati menjadi karang hidup. Sejakn tahun itu penyelamatan terhadap terumbu karang telah dilakukan oleh seorang yang asli dari kepualauan seribu beliau bertempat tinggal di daerah pulau paramuka, beliu mendpatkan hidayah untuk melindungi serta menyelamatkan dan merehabilitasi terumbu karang sehingga akan adanya perubahan tehadap keindahan serta ekowisata alam bawah laut. Tokoh yang telah memiliki motivasi bahwa beliau melakukan rehabilitasi terhadap terumbu karang adalah sebagai suatau kebutuhan bagai semua masyarakat khususnya masyarakat kepulauan seribu. Terumbu karang sebgai filter bagi air laut, sarang ikan dan tempat berlindung ikan serta bertelurnya ikan, mencegah abrasi, memeperkokoh kepulauan seribu, pondasi kepualaun seribu, dan estetika.

Terumbu karang di dunia dalam kondisi terancam oleh aktifitas manusia melalui polusi dan perubahan habitat (Burke et al. 2011). Ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia antara lain disebabkan oleh penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut, pembangunan pesisir, dan pencemaran yang berasal dari daerah aliran sungai. Banyak upaya yang dilakukan manusia untuk mengatasi atau memperbaiki ekosistem terumbu karang yang telah rusak. Secara umum upaya yang dilakukan adalah manajemen misalnya pembentukan kawasan konservasi perairan atau dengan teknologi rehabilitasi seperti terumbu buatan dan transplantasi karang. Tujuan utama transplantasi karang adalah untuk memperbaiki kualitas terumbu karang seperti meningkatnya tutupan karang hidup, keanekaragaman hayati dan keunikan topografi karang (Soedharma dan Arafat, 2006).

Penelitian transplantasi karang di Indonesia antara lain di Kepulauan Seribu (Subhan et al., 2008), Tanjung Lesung Banten (Zamani et al), Kepulauan Spermonde (haris 2012), dan beberapa dearah lainnya. Jenis-jenis karang yang banyak ditransplantasi antara lain Acropora (Haris 2012: Zamani et al, 2009; Madduppa et al., 2007), Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa, Cynarina lacrymalis (Subhan et al., 2008), Hynopora sp, Pocillopora dan Sylopora (Johan, 2012). Metode transplantasi di Indonesia saat ini berbagai macam-macam (Gambar 1). Beberapa metode yang sudah digunakan adalah metode rak jaring dan substrat (Subhan et al., 2008), beton (Johan, 2012), jaring dan pecahan (Fadli, 2008), substrat alami (Haris 2012 ) dan dimodifikasi menggunakan biorock karang (Zamani et al., 2009; Madduppa et al., 2007). Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan dan tidak 160 Beginer Subhan, Hawis Madduppa, Dondy Arafat, Dedi Soedharma Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

a                                              b                                              c

Gambar 1. Metode transplantasi karang (a) rak, jaring dan substrat, (b) jaring dan pecahan karang (c) beton (Foto: Beginer Subhan) semua baik untuk kegiatan rehabilitasi.

Sejatinya pengembangan transplantasi karang di Indonesia dikembangkan untuk kegiatan perdagangan karang hias. Soedharma, 2012 mencatat bahwa pada tahun 1996 Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKI), WWF, TNI-AL dan Pusat Penelitian Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2OLIPI) menjadi pionir dalam pengembangan metode transplantasi. Transplantasi dengan menggunakan rak, jaring dan substrat merupakan metode yang awal dan memberikan hasil yang memuaskan. Penelitian dan pengembangan dengan metode ini dilakukan sampai tahun 2004 di Kepulauan Seribu. Selanjutnya metode ini digunakan untuk kegiatan rehabilitasi karang di berbagai lokasi di Indonesia. Saat ini hampir seluruh daerah pesisir yang memiliki ekosistem terumbu karang menggunakan transplantasi karang sebagai usaha perbaikan ekosistem terumbu karang.

Faktor biologi kurang ditelaah Parameter fisika kimia perairan menjadi kajian wajib pada saat memulai kegiatan perbaikan

kondisi terumbu karang. Memang benar jika kedua parameter tersebut menunjukkan kondisi yang tidak cocok untuk pertumbuhan karang maka keberhasilan akan rendah. Saat ini banyak kajian awal berhenti hanya sampai kondisi fisik dan kimia saja. Belum banyak faktor biologi sebagai pertimbangan lebih lanjut dalam menentukan lokasi yang menjadi prioritas transplantasi karang.

Faktor biologi yang kurang menjadi perhatian adalah kompetitor. Siapakah kompetitor karang dalam kegiatan transplantasi karang? jawabannya adalah makro alga. Daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh makro alga biasanya sangat sulit untuk direhabilitasi. Sebagai contoh, pengalaman kegiatan transplantasi karang selama lebih 5 tahun alga menjadi penyebab utama kematian fragmen karang. Kondisi nutrien di perairan yang tinggi menjadi pemicu tumbuhnya makro alga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini