Selasa, 07 April 2015

Suryatna Andri oleh Nur Syamsiyah_PMI 4_Tugas 2

Life history

Suryatna Andri lahir di Pandeglang, 24 Agustus 1964. Beliau lahir dari pasangan bapak Emed dan ibu Fulanah. Anak kedua dari tujuh bersaudara. Beliau merupakan tokoh inspiratif bagi orang yang ada disekitarnya dan terutama bagi keluarganya. Beliau merupakan sosok yang dibanggakan dan sangat dihormati oleh anak. Beliau memulai jenjang pendidikannya dari  SDN Bidara Cina, Jakarta Timur. Perjuangan di SDN Bidara Cina hanya sampai kelas 5 lalu beliau melanjutkannya ke SDN Kelapa Dua, Jakarta Barat pada tahun 1976. Sehubunggan dengan pindahnya tempat tinggal beliau. Setelah tamat SD beliau melanjutkan SMPN 75 dan tamat pada tahun 1980, beliau merasakan empat tahun belajar di SMP bukan karena tidak naik kelas, tetapi memang ada peraturan pemerintah yang harus sekolah selama empat tahun. Dan melanjutkan SMA di SMAN 65 dan tamat pada tahun 1982. Setelah selesai bersekolah beliau sempat menunda impiannya untuk melanjuti ke bangku perguruan tinggi.


Beliau menunda dan mengisi waktu luangnya selama tiga tahun dengan kursus-kursus, diantaranya administrasi perkantoran. Tidak hanya itu, beliau juga pernah mendapat amanat dari atasannya untuk menangani keuangan. Beliau pantang menyerah, selalu merasa ingin membantu kedua orang tuanya, walaupun tidak mampu membantu dari segi materi, beliau selalu sedia tenaga, dan waktu untuk membantu kedua orang tuanya.

Suryatna atau Aa sapaan kecilnya hingga sekarang. Aa pernah mengikuti tes kepegawaian dari suatu perusahaan Telkom. Dari 10.000 pendaftar ada 90 orang yang dinyatakan lulus, dan beliau ada diantaranya, seleksi semakin ketat sampai akhirnya menembus angka ke 50. Dan setelah wawancara tersisa 45 orang, lalu mengerucut hingga akhirnya tinggal 2 orang dan beliau masuk sampai tes seleksi akhir. Menurutnya perjuangannya gagal, karena untuk masuk dan jadi karyawan harus menyediakan uang sebesar Rp 500.000-, tetapi karna peluang yang sempit, disitu beliau gagal.

"Kalau sampai lolos dan jadi di tempatkan di Sumatera, mungkin jalan hidupnya berbeda dengan yang sekarang" ucap beliau dengan senyum.

Pada tahun 1985 beliau dan adiknya mengikuti tes Pegawai Negeri Sipil di Dewan Perwakilan Rakyat, dan setelah mengikuti beberapa tes beliau dinyatakan lolos, dan mulai mengemban amanatnya pada tahun 1986. Beliau ditempatkan di Biro Perjalanan dalam Negeri, dan beliaupun berniat untuk melanjuti pendidikannya ke Universitas Terbuka. "Tepatnya sih Kerja sambil kuliah, sekalian bantu orangtua karena masih punya adik yang sekolah dan membutuhkan biaya" ujarnya.
Perjalanan amanatnya berjalan dengan baik, sehingga beliau juga sempat mendapat amanat pembukuan. Dua puluh satu tahun yang lalu beliau memutuskan untuk menikah dengan Iraningsih Mokodompit (istrinya sekarang) dan kini mereka memiliki dua orang anak. Keuletannya menjalankan pekerjaan dagangnya dari warisan orang tua hingga beliau bisa menyekolahkan anaknya yang pertama sampai bangku kuliah. Tidak hanya anak pertamanya namun anak keduanya juga sedang mengenyam bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Yang uniknya dari cerita awal bertemu adalah bermula dari salah sambung, sangat klasik kita mendengarnya, namun inilah cerita kehidupan yang mengalir apa adanya. Pada tahun 1993 pertemuan pertama gagal karena salahnya pemahaman tempat bertemu. "Janjiannya di depan Kimia Farma Blok M Plaza tetapi dia nunggu nya malah di Kimia Farma Barito."

Pada akhirnya, mereka merencanakan bertemu kembali di depan Kimia Farma Blok M Plaza dengan janji ira memakai baju berwarna hitan dengan garis-garis putih, tetapi pada nyatanya ira tidak memakai baju tersebut. Dan setelah bertemu Aa berkata "dasar tukang bohong, katanya pake baju hitam bergaris putih eh ternyata ngga".

Setelah pertemuan tersebut, Aa hampir setiap malam minggu selalu ke rumah Ira yang waktu itu ia tinggal bersama pamannya di daerah Cawang yang bersebelahan dengan kantor berita SUARA PEMBARUAN.

Enam bulan kemudian Aa melamar Ira, tepat pada 40 hari meninggalnya paman Ira. Keluarga besar dari Manado berkumpul. Terus lamarannya tidak langsung diterima dengan alasan ingin minta orang tua di Manado. Hingga tiba waktunya Ira datang ke rumah Aa untuk pertama kalinya, dan Ira membahas mengenai lamaran yang pernah diajukan padanya. Singkat cerita pada tanggal 2 Juni 1994 mereka menikah, setahun mereka dianugrahkan serorang anak laki-laki bernama Rendy Akmal Wirawan yang lahir pada tanggal 28 September 1995.

Seminggu setelah melahirkan, Ira dikabarkan oleh keluarga bahwa ibundanya telah wafat. Seiring berjalannya waktu, membangun dan membina keluarga kecil yang dibarengi mengemban ilmu di Universitas Terbuka pada tahun 1998 Aa berhasil diwisuda pada tanggal 2 Mei 1998, dengan gelar SARJANA ILMU POLITIK, atau S.IP.

Setelah mendapat gelar sarjana, beliau lulus dari ADUM yaitu pendidikan dan pelatihan untuk calon pejabat dengan hasil yang sangat baik. Dan beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keuangan di DPR RI. Dengan tugas yang diembannya beliau sering sekali mengorbankan waktunya untuk menomor satukan amanatnya. Mungkin memang karena pekerjaannya selalu sehubungan dengan tanggung jawab yang besar.
Setelah beberapa tahun bekerja di bagian keuangan. Alhamdulillah itu bisa mengukur keimanan beliau tidak sedikit orang yang tersandung kasus yang menyangkut keuangan. Setelah 14 tahun menjabat di Kasubag di keuangan sudah beberapa kali di promosikan agar menjadi Kabag, tetapi pas hari H pelantikan bukan beliau yang dipanggil.

Mengenai jabatan yang beliau duduki, beliau tidak pernah mempermasalahkan, karena menurutnya pekerjaan adalah tangung jawab. Bukan karena gengsi. Dalam keluarga beliau adalah pahlawan. Yang dapat menganggkat derajat kedua orangtuanya. Serta dapat membantu orang-orang yang disekelilingnya.

Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya orang-orang tertentu yang bisa bersekolah, namun karena keuletannya maka anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan tersebut. Terkadang beliau selalu bercerita tentang masa kecilnya membantu ayah dan ibunya. Motivasi ayah untuk bersekolah pada waktu itu patut di acungi jempol , karena begitu banyak  halangan dan rintangan dalam  menempuh dunia pendidikannya. Beliau sebagai seorang kepala keluarga, beliau selalu mencerminkan moral yang baik.

"Saya selalu memulai dari hal yang paling kecil, yakni kejujuran."ujarnya dengan tegas.
Dalam kehidupan sosial, beliau sampai detik ini tidak memiliki konflik sekecil apapun. Baik dalam lembaga kantornya, maupun lingkungan rumahnya. Pola pertahanan hidupnya cukup baik, beliau selalu membela kebaikan jika pantas dibela. Membantu menghapuskan keraguan apa yang ada dalam dirinya. Karena menurut beliau segala sesuatu pasti dimulai dari diri sendiri. Dalam hidupnya, beliau memeluk agama Islam. Sejak lahir ia mengabdi dan beribadah untuk Allah.

Singkat cerita suatu hari istrinya hampir terkena hipnotis. Dengan kasus di iming-imingi hadiah iPhone dan satu unit Mac-book, karena istrinya terus menyebut nama Allah dan Nabi Muhammad sebagai pembimbing kami. Alhamdulillah uang yang hampir tertipu sebesar 2600 $, sekitar Rp 33. 400. 000,- inilah bukti bimbingan beliau untuk keluarganya. Selalu mengutarakan kepada Allah. Totally untuk beribadah dan untuk keluarga.

Sampai saat ini kesehatannya cukup baik. Beliau sehat wal afiat. Tidak punya penyakit dalam tubuhnya. Semua terjaga dengan pola hidup yang sehat, yang diiringgi dengan olahraga yang rutin di setiap akhir minggunya.

Hobinya yang hingga kini menurun ke anak sulungnya adalah memancing. Hobinya yang tak pernah ditinggalkan setiap minggunya. "Biasanya ikan mas, seminggu bisa 7-10 kg" ujarnya. Tidak pernah bosan untuk memancing.
Dalam lingkungan rumahnya disamping rumah beliau ada dua rumah keluarganya. Yakni, adik dari beliau sendiri dan adik dari istrinya. Ketika adik iparnya belum mampu membeli rumah beliau menyediakan tempat tinggal dan satu unit motor untuk menunjang hidup keluarga adik iparnya itu. Beliau tidak pernah meminta balas budi atau apapun. "Ikhlas, untuk membantu". Ketika beliau mambutuhkan bantuan dari hal kecil, ketika beliau harus berangkat ke kantor, yang selalu menggunakan jasa perkereta apian yang harus ke stasiun. Adik iparnya "Raden sangat siap untuk mengantar saya pagi-pagi buta. Alhamdulillah setiap langkah saya dipermudah oleh Allah melalui persntara-Nya" ucap beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini