Selasa, 07 April 2015

EYANG HARINI oleh ZUYINARWANI_PMI6

NAMA            : ZUYIN ARWANI
NIM                : 1112054000020
JURUSAN      : PMI


KISAH INSPIRATIF EYANG HARINI

Pembawaannya yang lincah dan senda guraunya yang segar, sungguh mengejutkan saya ketika beliau berucap "umur saya 80 tahun!". Hati saya pun makin tergelitik untuk mengenal beliau lebih dekat. "Panggil saja saya Eyang Harini," kata beliau saat berjabat tangan dengan saya. Eyang, demikian saya menyapanya, ternyata memang sangat istimewa.

Eyang Harini Bambang Wahono, rupanya adalah pahlawan lingkungan, pendidik, pekerja sosial dan berderet julukan lain, yang telah membawanya tak hanya berkeliling nusantara bahkan ke luar negeri. Beliau dilahirkan di kota Solo 80 tahun silam. Kecintaannya pada lingkungan tak lepas dari lingkungan keluarga yaitu bapak kandung yang bekerja di pertanian dan bapak mertua yang saat itu menjabat sebagai sinder di kehutanan. "Saya sangat mencintai pohon dan tanaman. Dulu, saya bersama 3 saudara kandung saya, diberi sepetak tanah dan beberapa tanaman buah. Bapak mempercayakan pemeliharaan tanah dan tanaman tersebut kepada kami ber-empat.
Saya waktu itu merawat tanaman buah mangga dengan menyiraminya dengan air cucian beras. Nah, ternyata tanaman saya yang paling banyak berbuah. Buah-buah ini dibeli sama bapak saya, dan uangnya saya tabung. Hingga akhirnya, tabungan saya yang paling banyak. Dari situ, saya menjadi sangat cinta pada tanaman dan sekaligus menyadarkan saya bahwa pohon tak hanya memberi manfaat lingkungan tapi juga ekonomi," eyang pun berkisah.
Pola hidup Eyang Harini, sang Ketua Kelompok Tani Dahlia, Kel. Cilandak, Jakarta Selatan, yang selalu ingin lingkungannya menjadi hijau dan segar, menjadi contoh bagi warga sekitar tempat tinggalnya. Berkat sentuhannya, melalui arisan tanaman yang digagasnya, Kelurahan Banjarsari akhirnya menjadi hunian yang sangat asri, dan indah. Hingga pada tahun 1996, kelurahan ini mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai kampung percontohan ramah lingkungan. Kiprah Eyang Harini tidak hanya dalam hal tanam menanam, namun juga dalam hal pengelolaan sampah dilingkungan sekitarnya. Sampah-sampah yang masih bisa dimanfaatkan didaur ulang hingga menjadi benda yang dapat dimanfaatkan kembali.
 Sedangkan sampah organik, diolahnya menjadi pupuk. Menurut buyut dari 3 cicit ini ,"Sampah harus dikelola dari sumbernya, yaitu dapur". Prinsip tersebut ia tularkan kepada ibu-ibu disekitar tempat tinggalnya. Para pemulung dan tukang sampah pun tak luput dari perhatiannya. Mereka diberikan  pengetahuan gratis tentang pengolahan sampah. Hasil olahan mereka dijual ke Eyang karena karena rumah Eyang tak pernah sepi dari tamu. Para tamupun dapat belajar tentang pengelolaan sampah organik, membuat handycraft dari barang-barang bekas, teknik menanam, dll.
Bahkan, anak-anak sekolah pun dapat belajar bahasa Inggris dirumah. "Setelah pensiun, saya ingin sekali hidup saya bisa bermanfaat untuk orang lain. Makanya, uang pensiunan yang saya terima, sebagian saya pakai untuk makan dan sebagian lagi untuk kegiatan sosial. Sebagian rumah, saya sulap menjadi ruang sanggar keterampilan, sekaligus menjadi sekretariat Formapel," kenang Eyang. "Saya ini tipe bonek. Tiap meniatkan sesuatu saya wujudkan dengan modal utama semangat. Misalnya, saya membuka les bahasa Inggris dirumah, padahal saya tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik. Tapi dengan belajar dan terus belajar, bonek saya membuahkan hasil. Kalau saya ngomong dengan bahasa Inggris, lawan bicara saya mengerti apa yang saya ucapkan," tutur Eyang sambil terkekeh. "Bahasa Inggris itu kan bahasa dunia, jadi kita harus mengerti, biar ngga ketinggalan. Gurunya ya saya, dengan bahasa Inggris seadanya, sing penting nekad. Kalau ngga nekad ya kapan lagi?" lanjut Eyang berapi-api.
Berbincang dengan Eyang Harini yang merupakan lulusan Sekolah Guru Atas (SGA) tahun 1950, terasan tak pernah membosankan. Perjuangannya tanpa mengenal lelah demi keselamatan lingkungan dan sesama, patutlah menjadi inspirasi dan teladan. Di usianya yang tak lagi muda, Eyang Harini masih aktif berkiprah di dunia yang dicintainya. Di Kelurahan Cilandak Barat RT 7 RW 8 Banjarsar, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan, Eyang Harini masih aktif menjadi Ketua Kelompok Sadar Wanita, Ketua Formapel (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan), Ketua PKK, dan lain sebagainya. Kiranya, semangat juangnya dengan spirit "bonek" dapat menjadi penyulut semangat dan cermin bagi generasi muda untuk berkiprah nyata dalam berbagai bidang.
Berikut beberapa catatan penghargaan yang dianugerahkan kepada Eyang Harini dan juga lingkungan tempat tinggalnya  :
  • Kampung Banjarsari dijadikan kawasan percontohan ramah lingkungan atas inisiatatifUNESCO Jakarta 1996,
  • Juara Nasional Konservasi Alam dan Penghijauan dari Departemen Pertanian dan Kehutanan 2000,
  • Peraih penghargaan Kalpataru 2001,
  • Juara II piala Adipura 2007,
  • Salah satu dari 38 Tokoh Wanita Inspiratif Tupperware She CAN 2009,
  • Women of The Year Metro TV 2003,
  • Salah satu dari 10 wanita A Tribute to Women 2010 Perum LKBN ANTARA dengan The Plaza Semanggi & The Village Mal


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini