Nama : Hasyim Asy'ari
NIM : 11140540000021
Profil Perekonomian Perajain Tempe
1. Pendahuluan
Tempe adalah salah satu hasil pangan dari Indonesia, dimana dalam proses pembuatannya dengan cara fermentasi dari kacang kedelai atau kacang-kacang yang lainnya yang dapat difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus. Kedelai merupakan bahan yang bermanfaat. Untuk mendapatkan manfaat tersebut perlu adanya pengolahan dan penyajian supaya zat-zat pentingnya tidak hilang. Salah satunya dibuat tempe. Tempe merupakan makanan alami yang baik untuk kesehatan. Di samping itu, tempe juga mengandung antioksidan yang dapat menghambat oksidasi kolesterol LDL darah manusia. Dengan demikian bisa menghambat infiltrasi lemak atau LDL teroksidasi ke dalam jaringan pembuluh darah. Ini dapat mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Pengolahan kedelai menjadi tempe dapat memberikan nilai lebih. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi produksi enzim fitase oleh Rhizopus oligosporus. Enzim fitase ini berfungsi memecah fitat yang merugikan, yaitu mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh.
Kedelai yang merupakan bahan dasar tempe mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur, kedelai punya kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
a. Permasalahan yang dikaji
Penggunaan bahan baku dan campuran sangat menentukan kadar protein, lemak, karbohidrat, dan serat yang terkandung pada tempe. Semakin banyak bahan campuran yang ditambahkan semakin rendah kadar proteinnya
- Cara pemasakan ( perebusan / pengukusan ) mempengaruhi kehilangan protein selama proses pembuatannya. Semakin lama pengukusan semakin banyak protein yang hilang. Antara pengukusan dan perebusan tidak jauh berbeda dalam kehilangan proteinnya. Dengan cara pengukusan akan lebih cepat kering dibandingkan dengan perebusan.
- Inokulum yang digunakan sangat mempengaruhi rasa. Hal ini karena pengaruh strain kapang dalam inokulum yang berbeda-beda satu sama lain.
- Kenampakan tempe putih / agak kuning dipengaruhi oleh jenis kedelai, bahan campuran, inokulum, dan juga selama proses pembuatannya juga meliputi cara perendaman, pengupasan kulit, pemasakan, inokulasi, pengukusan, serta inkubasi.
b. Metodologi
Berdasarkan hasil observasi saya di lapangan, saya mewawancara beberapa orang di desa ciseeng atas kontribusi profil ekonomi perajinan tempe di desa ciseeng. Berikut ini adalah hasil wawancara langsung saya dengan para pengelola tempat perajin tempe dengan bapak uin :
Saya : assalamu'alaikum.
Bapak uin : wa'alaikumussalam.
Saya : apa alasan bapak memilih pekerjaan ini?
Bapak uin : karena supaya bisa menghidupi keluarga.
Saya : berapa lama bapak bekerja menjadi perajin tempe ?
Bapak uin : 5 tahun saya menjadi perajin tempe.
Saya : ada berapa pegawai yang bekerja sebagai pegawai perajin tempe ini ?
Bapak uin : ada 3 orang pegawai dan dibagi tugas masing-masing, ada yang menyuci, ada yang mencetak dan merebus.
Saya : ada berapa tahap untuk menjadikan kacang mencadi tempe ?
Bapak uin : ada empat tahap, 1. Perebusan 2. Pemisahan kulit dengan kacang 3. Pencampuran kacang dengan ragi 4. Pencetakan.
Saya : berapa harga perkilonya ragi?
Bapak uin : ragi ada dua macam, 1. Ragi asli 2. Ragi campuran. Kalau ragi asli harganya Rp. 22.000, kalau yang campuran Rp. 15.000.
Saya : berapa penghasilan bapak ?
Bapak uin : permalemnya saya mendapat penghasilan 1,5 juta.
Saya : apakah ada pekerjaan sampingan selain bekerja menjadi perajin tempe ?
Bapak uin : ada juga selain menjadi perajin tempe saya juga ada kerja sampingan buat memenuhi kebutuhan rumah tangga.
2. Landasan Teori
Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di tingkat sekolah dan universitas tetapi tidak begitu terlihat dan tidak ditekankan. Menurut faham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada murid dalam bentuk yang serba sempurna.
Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Teori konstruktivisme didasari oleh ide-ide Piaget, Bruner, Vygotsky dan lain-lain. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman setiap murid. Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Selain itu , para siswa diberdayakan oleh pengetahuan yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antar satu dengan lainnya, berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah.
3. Gambaran Lokasi
Desa Ciseeng merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 205 Ha, 34-117 mdl diatas permukaan laut dan tinggi curah hujan 2500-5000, yang terbagi dalam 2 dusun, 4 RW, dan 18 RT. Desa ini dibatasi oleh beberapa desa dan juga sungai/kali. Di bagian utara dibatasi oleh Desa Cihowe, sementara di sebelah selatan dibatasi oleh Desa Parigi Mekar.Di sebelah barat Desa Ciseeng dibatasi oleh Desa Cibentang, sementara di sebelah timur dibatasi oleh Desa Bojong Indah.
Batas wilayah Desa Ciseeng adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cihowe
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojong Indah Kecamatan Parung
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parigi Mekar dan Desa Babakan
4. Sebelah Barat berbatsan dengan Desa Cibentang
Jarak dari desa ke Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan ke Ibukota Negara adalah sebagai berikut:
1. Ibu Kota Kecamatan Ciseeng : 0,3 Km
2. Ibu Kota Kabupaten Bogor : 22 Km
3. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat : 120 Km
4. Ibu Kota Negara : 45 Km
4. Hasil Penelitian
Secara kuantitatif, nilai gizi tempe sedikit lebih rendah dari pada nilai gizi kedelai. Namun, secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktivitas enzim Proteolitik.
5. Kesimpulan
Tempe adalah salah satu hasil pangan dari Indonesia, dimana dalam proses pembuatannya dengan cara fermentasi dari kacang kedelai atau kacang-kacang yang lainnya yang dapat difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus. Kedelai merupakan bahan yang bermanfaat.
Kedelai yang merupakan bahan dasar tempe mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur, kedelai punya kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
6. Daftar Pustaka
Eveline Siregar, dkk. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. MKDK FIP Universal Negeri Jakarta. Jakarta:2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar