Senin, 28 Maret 2016

andriyani_fitri_social maping_tugaske4

METODOLOGI PENELITIAN DAKWAH

 

Oleh :

Andriyani & Fitri Lutfiana

 

Awalnya untuk materi Social Maping kami mempunyai tiga pilihan yakni antara meneliti Masjid, meneliti Taman Pendidikan Al-qur'an (TPA) dan meneliti Rumah Tahfiz Al-qur'an. Obyek obyek yang akan kami teliti tersebut memiliki issue issuenya tersendiri, tetapi setelah berdiskusi pilihan pertama yakni Masjid sudah dijadikan contoh obyek Social Maping pada jam Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dakwah sehingga tidak boleh digunakan lagi.

Sedangkan pilihan kedua yakni TPA (Taman Pendidikan Alquran) juga kurang efisien dan efektif sebab ketua dari TPA itu sendiri berhalangan karena mencakup jabatan sebagai Ketua Masjid yang pada beberapa hari kedepan akan mengadakan acara kegiatan Masjid berupa Maulid Nabi, sedangkan tugas kami memerlukan waktu yang cukup singkat untuk dilaksanakan dan segera disusun. Oleh karena itu kami memutuskan untuk memilih pilihan ketiga dalam menyelesaikan tugas Social Maping pada materi Metodologi Penelitian Dakwah ini.

Pilihan kami untuk materi Social Maping ini tertuju pada sebuah Lembaga Rumah Tahfiz Al-qur'an yang berada di daerah perbatasan antara Bekasi dan Jakarta Timur tepatnya di jalan Service Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sebetulnya Rumah Tahfiz ini dibangun diatas tanah wakaf yang diamanatkan kepada Bapak Amiruddin untuk membangun dan mengurus Rumah Tahfiz tersebut hingga kini Pak Amiruddin pun menjabat sebagai ketua dari adanya Rumah Tahfiz tersebut. Beliau tidak sendiri mengurus dan mendidik anak anak disana melainkan dibantu oleh sang istri yang diberi amanat untuk menjabat sebagai Sekretaris dari Lembaga Rumah Tahfiz serta para warga yang ingin ikut serta didalamnya.

Rumah Tahfiz Al-qur'an tersebut memiliki nama layaknya lembaga lembaga lain. QURMA adalah nama dari Rumah Tahfiz Al-qur'an tersebut yang memiliki kepanjangan Qur'an Majid yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tata cara membaca Al-quran dengan fasih dan jelas beserta dengan ilmu ilmu tajwid yang ada didalamnya.

Banyak sukarelawan dari masyarakat sekitar yang ikhlas mengajarkan dan memberikan ilmu kepada murid murid di Rumah Tahfiz tersebut tanpa diminta oleh Pak Amir dan istri. Mereka datang dan menawarkan jasa mereka demi mendidik anak anak untuk mendapatkan ilmu al-qur'an serta ilmu agama dan pastinya akhlak sebagaimana yang diteladankan oleh Rasul. Begitu pula dengan murid murid yang belajar di Rumah Tahfiz ini, mereka dengan niat dan semangat yang begitu kuat menghafalkan setiap hafalan yang harus mereka hafalkan dan mereka setorkan pada guru guru mereka.

           

Pak Amir selaku ketua mengaku bangga dengan anak anak yang mau belajar di Rumah Tahfiz yang ia dirikan sebab anak zaman sekarang sedikit sekali yang punya niat menghafal, jangankan untuk menghafal, bahkan membaca al-qur'an pun mungkin jarang. Mereka lebih tertarik pada hal-hal baru yang sekarang sedang marak maraknya.

            Ummi Juju panggilan anak anak terhadap istri Pak Amir yang juga Sekretaris dari Rumah Tahfiz pun mengaku senang sebab adanya anak anak disana seperti berkah yang Allah berikan kepada saya dan suami untuk terus memperjuangkan berdirinya dan adanya Rumah Tahfiz ini. Saya sudah anggap mereka seperti anak saya sendiri, kalau satu sakit saja saya selalu khawatir dan kepikiran. Kadang mereka pun begitu ketika saya atau bahkan salah satu guru mereka sakit mereka sangat khawatir.

            Ustazah Tati, salah satu sukarelawati yang mengajar di Rumah Tahfiz yang dikelola oleh Pak Amir dan Ummi Juju juga mengaku senang atas ide dan usaha yang dilakukan Pak Amir beserta istri untuk terus menciptakan generasi Hafiz dan Hafizah al-qur'an yang sekarang sudah sangat jarang di jumpai. Murid murid yang diajar di Rumah Tahfiz ini nurut sama guru, hafalannya cepet, lancar bacaannya terutama hukum tajwidnya, mereka betul betul baca dan pelajari serta hafalkan.

            Salah satu murid dan Hafizah di Rumah Tahfiz tersebut adalah Shofi Safira, sejak kecil ia ingin menjadi penghafal al-qur'an seperti abinya yang juga  termasuk alim ulama di daerah Lubang Buaya Bekasi. Lain dengan Muhammad Ridho yang awalnya terpaksa masuk Rumah Tahfiz karena suruhan Kakekya yang ingin punya cucu Hafiz al-qur'an. Tapi sekarang Ridho pun sama dengan Safira, mereka berdua sama sama Hafiz dan Hafizah al-qur'an.

            Issue yang kami dapat dari Rumah Tahfiz tersebut antara lain :

·         Belum berkembangnya Rumah Tahfiz

Mungkin karena Lembaga Rumah Tahfiz ini merupakan wakaf atau peninggalan sehingga sang pengelola belum berani untuk mengambil keputusan entah untuk memperluas tempat atau bahkan membuka cabang cabang Rumah Tahfiz di tempat lainnya.

 

·         Kekurangan SDM Pengajar

Kurangnya sumber daya manusia pengajar yang disebabkan oleh minimnya generasi Hafiz dan Hafizah yang betul betul hafal dan paham al-qur'an sehingga yang berani untuk mengajarpun sedikit sebab al-qur'an sangat sensitive apabila salah sedikit maka makna dan artinyapun akan salah.

 

·         Kekurangan SDM Penghafal

Kurangnya sumber daya manusia penghafal al-qur'an disebabkan oleh perkembangan zaman yang semakin kesini semakin canggih dan membuat anak anak atau generasi muda mudah ikut pada pergaulan dunia barat yang menyebabkan minimnya generasi muda yang islami bahkan generasi yang Hafiz dan Hafizah al-qur'an.

 

 

 

·         Letak dan Posisi Rumah Tahfiz

Letaknya yang kurang stategis menjadi salah satu penyebab besar kurang berkembangnya Rumah Tahfiz bahkan Hafiz dan Hafizahnya, sebab Rumah Tahfiz ini bukan berada ditengah tengah keramaian kota yang sering kali menjadi pandangan orang orang banyak. Bahkan posisinya yang berada didalam daerah yang agak sedikit terpencillah yang menjadi penyebabnya.

 

·         Keadaan Rumah Tahfiz

Keadaannya pun kalau kita perhatian agak sedikit kurang memadai sebab besarnya Rumah yang masih minim menjadi sempit apabila diisi terlalu banyak murid sehingga belajar mengajarpun menjadi kurang efektif.

 

·         Kurangnya Sistem Informasi

Kekurangan system informasi juga menjadi penyebab belum berkembangnya Rumah Tahfiz QURMA sebab tidak tersebar informasi kewilayah wilayah lain bahwa dibukanya Rumah Tahfiz sehingga hanya masyarakat sekitar dan orang orang terdekatlah yang mengetahui.

 

·         Kurangnya Sistem Strategi

Kekurangan system strategi juga menjadi kendala sebab mereka hanya membimbing siapa yang mau saja tidak menuntut kepada mayoritas anak anak muslim untuk menghafal, jika strategi atau target mereka semakin hari atau semakin lama semakin banyak murid maka Hafiz dan Hafizah pun kian hari kian meningkat.

 

·         Kurangnya Teknologi

Kekurangan teknologi disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia, Rumah Tahfiz ini tidak terlalu memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin mencanggih, dengan membuat social media mungkin untuk menyebarluaskan info bahwa dibukanya lembaga Rumah Tahfiz Al-quran atau dengan membuat brosur bahkan poster demi untuk menarik perhatian masyarakat bergabung didalamnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini