Senin, 18 Maret 2013

TEORI STRUKTURALIS (PENDEKATAN INSTITUSIONAL)_NANDA CAHAYA FEBRIANA_PERTEMUAN2

TEORI STRUKTURALIS(PENDEKATAN INSTITUSIONAL)
NANDA CAHAYA FEBRIANA(1110051000141)
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA
I.       Pendahuluan
Dalam sejarah dan perkembangan Ilmu Sosiologi kita mengenal banyak paham dan teori-teori yang bermunculan. Teori-teori tersebut lahir dari pemikir-pemikir yang dipengaruhi oleh pemikir yang sebelumnya mendominasi Ilmu Sosiologi. Salah satu teori yang bermunculan dalam Ilmu Sosiologi adalah Teori Strukturalisme. Sebelum membahas jauh tentang Strukturalisme, ada baiknya kita sedikit melihat kebelakang mengenai teori structural-fungsional yang muncul di Amerika. Tokoh yang menjadi bapak dari teori ini adalah Talcott Parsorns. Dalam buku yang berjudul The Social system karya Barber tahun 1994 dikatakan bahwa Parsons memiliki kencendrungan pada struktur masyarakat dan pada antarhubungan berbagai struktur itu. Berbagai stuktur itu dapat dilihat dari saling mendukung dan cenderung menuju pada keseimbangan yang dinamis.
Namun teori structural fungsionalis mengalami kemunduran akibat munculnya paham baru yaitu Fungsionalisme Struktural. Ketika Amerika mendominasi dunia, teori structural fungsionalis benar-benar redup. Hal tersebut dikarenakan pandangan ini menyatakan bahwa setiap pola mempunyai konsekuensi yang berperan dalam pelestarian dan bertahannya sistem yang luas tak lebih dari sekedar merayakan kemenangan Amerika dan hegemoninya (Huaco,1986;52). Selain itu, teori ini menekankan pada keseimbangan (perubahan sosial yang terbaik adalah tak adanya perubahan)berkaitan erat dengan kepentingan Amerika, kemudian berkaitan erat dengan kekaisaran terkaya dan terkuat di dunia.
Namun sama halnya dengan paham sebelumnya, Fungsional Struktural juga tidak bertahan lama dalam teori sosiologi karena teori ini dituduh bersifat politik konservatif yang tidak mampu menjelaskan perubahan sosial akibat dari perhatiannya yang tertuju pada struktur statis dan tak mampu menganalisis konflik sosial. Pada salah satu perkembangan yang telah dipaparkan diatas sedikit menyinggung mengenai peningkatan perhatian terhadap strukturalisme. Kita akan mendapat kesan awal bahwa strukturalisme bisa di pandang dengan cara melihat perbedaan mendasar antarpendukung perspektif strukturalis. Ada yang memusatkan pada apa yang mereka sebut struktur pikiran bagian dalam. Menurut pandangan mereka, struktur yang tidak disadari inilah yang menyebabkan orang berpikir dan bertindak seperti yang dilakukannya itu.
Ada lagi strukturalis yang memusatkan perhatian pada struktur masyarakat lebih luas yang tak terlihat dan memandangnya sebagai faktor penentu tindakan individu maupun tindakan masyarakat pada umumnya. Marx adakalanya berpikir seperti seorang strukturalis semacam itu, yang memusatkan perhatian pada struktur ekonomi masyarakat kapitalis yang tak terlihat. Kelompok lain melihat struktur sebagai model yang mereka gunakan untuk mengkonstruksikan kehidupan sosial. Yang terakhir, ada sejumlah strukturalis yang memusatkan perhatian pada hubungan dialektis antara individu dan struktur sosial. Mereka melihat adanya kaitan antara struktur pikiran dan struktur masyarakat. Antropolog Claude Levi-Strauss paling sering diasosiasikan dengan pandangan ini.[1]
Structuralisme itu sendiri adalah sebuah reaksi terhadap humanism Perancis, terutama terhadap eksistensialisasi Jean-Paul Sartre. Dalam karyanya yang lebih awal, Sartre memusatkan perhatian pada individu, terutama pada kebebasan individu. Ketika itu ia menganut pandangan bahwa apa yang dilakukan orang ditentukan oleh orang itu sendiri, bukan karena hukum sosial atau struktur sosial lebih luas.[2]
II.    Metode Studi
Dalam penulisan karya tulis ini, saya menggunakan metode studi pustaka. Metode Studi Pustaka  Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data atau keterangan dari buku literatur di perpustakaan. Buku yang dipergunakan dalam penulisan karya ini adalah Teori Sosiologi Modern (George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2007).
III. Analisis isi
Dari pendahuluan diatas telah jelas dikatakan bahwa semuanya memusatkan perhatian pada struktur, jikalau teori fungsionalis struktural lebih memusatan perhatian pada struktur sosial,tapi lain halnya dengan teori strukturalisme yang lebih memusatkan perhatiannya pada struktur linguistik. Sasaran perhatian kebanyakan ilmuwan sosial bergeser dari struktur sosial ke struktur bahasa (lihat, misalnya pada pembahasan karya Habermas tentang komunikasi atau analisis percakapan etnometodologi) atau lebih umum lagi pemusatan perhatian terhadap bermacam-macam gerak isyarat.[3]
Sumber Strukturalisme modern hingga kini adalah Ilmu Bahasa. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli bahasa Swiss, Ferdinand de Saussure yang mengembangkan ilmu bahasa struktural. Yang menarik disini adalah perbedaan antara langue dan parole dari Saussure yang besar artinya bagi kita. Langue adalah sistem tata bahasa formal. Adanya langue memungkinkan adanya parole. Parole adalah percakapan yang sebenarnya, cara pembicara menggunakan bahasa untuk mengatakan dirinya sendiri.[4]
Dalam Ilmu Antropologi, teori Strukturalisme sudah sangat terkenal dengan tokoh sentralnya disebut Kurzweil, bapak stukturalisme adalah antropolog Perancis Claude Levi- Strauss. Meski dalam antropologi ilmu bahasa lebih memusatkan pada bentuk komunikasi yang diterapkan dalam dongeng kepada masyarakat primitive. Kemudian adanya pembaruan lain yaitu konsep-konsep yang ada dalam fenomena sosail seperti sistem kekeluargaan. Perbincangan suami istri dapat dianalisis dengan cara yang sama dengan menganalisis pertukaran kata-kata, keduanya sama-sama melakukan pertukaran sosial juga. Namun semua ini bisa saja berubah sepanjang berkembangnya fenomena yang terjadi di masyarakat.
Sturkturalisme jenis lain juga sempat tenar dimasanya yaitu Marxisme structural. Dalam pemikirannya Marx lebih menganggap struktur itu tak boleh dikacaukan dengan hubungan yang tampak dan kemudian menjelaskan logika yang tersembunyi. Kedua pandangan dari marxisme structural dan teoritisi structural sama-sama memandang struktur yang tebentuk karena adanya hubungan sosial yang saling mempengaruhi. Namun pada teoritisi strukturala memusatkan pada struktur pikiran , sedangkan marxisme memusatkan pada  struktur yang melandasi masyakarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan melalui pendekatan institusional atau kelembagaan bahwa strukturalisme merupakan bagian terpenting dari terjaganya komunikasi. Karena tanpa kesamaan bahasa komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik di suatu lembaga manapun. Oleh karena itu harus ada yang melandasi dari terbentuknya sebuah lembaga agar mekanisme administrasi kelambagaan tersebut dapat berjalan mulus.


[1] Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-6. Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana  h-99
[2] Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-6. Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana. h-602
[3] Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-6. Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana. h-604
[4] Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-6. Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana. h-604

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini