Nama : Badzlia Rusydina Framutami
Judul : Gelombang yang berbalik
Jurusan : PMI VI / 6
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta
Pada awal dua dasawarsa terakhir abad kedua puluh, kita menemukan diri kita berada dalam suatu krisis global yang serius, yaitu suatu krisis kompleks yang multidimensional yang segi-seginya menyentuh setiap aspek kehidupan kesehatan dan mata pencaharian, kualitas lingkungan, dan hubungan sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Krisis ini merupakan krisis dalam dimensi-dimensi intelektual, moral, dan spiritual; suatu krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah umat manusia. Untuk pertama kalinya kita dihadapkan pada ancaman kepunahan ras manusia yang nyata dan semua bentuk kehidupan di planet ini.
Di Amerika, dimana kompleksitas industri militer telah menjadi bagian yang integral dari pemerintah, Pentagon mencoba membujuk kita bahwa membangun lebih banyak senjata akan membuat negara menjadi lebih aman. Kenyataannya justru sebaliknya-semakin banyak senjata nuklir berarti semakin banyak bahayanya. Senjata nuklir akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kerusakan secara global. Dan ancaman perang nuklir merupakan bahaya terbesar yang dihadapi oleh manusia saat ini, meskipun bukan satu-satunya.
Elemen-elemen radioaktif yang dilepaskan oleh reaktor nuklir sama dengan elemen-elemen yang membentuk ledakan bom atom. Ribuan ton bahan beracun ini telah dilepaskan ke lingkungan oleh letusan-letusan nuklir dan tumpahan-tumpahan reaktor. Karena bahan-bahan beracun itu menumpuk dalam udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, dan air yang kita minum, maka resiko kita terhadap berkembangnya kanker dan penyakit-penyakit genetika semakin meningkat. Bahkan tanpa mempertimbangkan ancaman malapetaka nuklir sekalipun, ekosistem global dan evolusi kehidupan selanjutnya di bumi berada dalam bahaya yang serius dan bisa berakhir dalam suatu bencana ekologis dalam skala besar.
Dihadapkan pada ancaman rangkap tiga, - habisnya energi, inflasi, dan pengangguran – para politisi tidak tahu lagi mana yang harus diputar terlebih dahulu untuk mengurangi kerusakan. Baik kita berbicara tentang kanker, kejahatan, polusi, kekuatan nuklir, inflasi, maupun kehabisan energi, dinamika yang mendasari masalah-masalah tersebut sebenarnya sama.
Untuk memahami krisis budaya kita yang multisegi, kita perlu mengambil pandangan yang sangat luas dan memandang situasi kita dalam konteks evolusi budaya manusia. Kita harus mengubah perspektif kita dari akhir abad kedua puluh ke suatu rentang waktu yang mencangkup ribuan tahun ; dari pengertian struktur sosial statis hingga persepsi pola-pola perubahan dinamis. Dilihat dari perspektif ini, krisis muncul sebagai suatu aspek transformasi.
Menurut Toynbee terjadinya suatu peradaban itu terdiri dari suatu transisi dari kondisi statis ke aktivitas dinamis. Transisi ini mungkin terjadi secara spontan, melalui pengaruh beberapa peradaban yang telah ada atau melalui disintegrasi dari satu peradaban atau lebih dari generasi yang lebih tua. Toynbee melihat pola dasar dalam terjadinya peradaban itu sebagai suatu pola interaksi yang disebutnya dengan "tantangan dan tanggapan". Tantangan dari lingkungan alam dan sosial memancing tanggapan kreatif dalam suatu masyarakat, atau kelompok sosial, yang mendorong masyarakat itu memasuki proses peradaban.
Peradaban terus tumbuh ketika tanggapan terhadap tantangan awal berhasil membangkitkan momentun budaya yang membawa masyarakat keluar dari kondisi equilibrium memasuki suatu keseimbangan yang berlebihan (overbalance) yang tampil sebagai tantangan baru. Dengan cara ini, pola tantangan dan tanggapan awal terulang dalam fase-fase pertumbuhan berikutnya, dimana masing-masing tanggapannya berhasil menimbulkan suatu disequilibrium yang menuntut penyesuaian-penyesuaian kreatif baru.
Setelah mencapai puncak vitalitasnya, peradaban cenderung kehilangan tenaga budayanya dan kemuadian runtuh. Suatu elemen penting dalam keruntuhan budaya ini, menurut Toynbee adalah hilangnya fleksibilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar