Senin, 18 Maret 2013

perspektif teori sosiologi untuk media massa, Anjar Sukmawati Maurie, Pertemuan 1

Nama               :Anjar sukmawati Maurie
Nim                 : 1110051000196
Kelas               : Kpi 6f
Perspektif Teori Sosiologi untuk Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik) baik itu media elektronik maupun media cetak Organisasi - organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagiandari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa dengan menggunakan saluran-saluran media massa. Jadi komunikasi massa tidak sama dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses komunikasi.

Perpektif sosiologis terhadap fenomena komunikasi massa belum sepenuhnya berkembang seperti yang diharapkan. Penyebab yang terpenting antara lain karena luasnya masalah itu sendiri, di samping adanya beberapa orientasi atau tema yang mendominasi studi mengenai masalah ini pada masa yang lalu. Tema yang dominan itu adalah tentang efek-efek langsung media massa kepada individu dan publik, dan mengenai apa yang disebut sebagai masyarakat dan kebudayaan massa.Seharusnya sosiologi komunikasi massa mengkaji secara mendalam masalah-masalah pokok yang begitu luas, mengenai interaksi media massa dengan masyarakat , media massa dengan institusi sosial yang lain, dan sistem komunikasi massa dengan sistem-sistem sosial lainnya. Selain dengan tatanan masyarakat secara keseluruhan.seharusnya komunikasi massa bisa mengambarkan yang memetakan secara ditail pola yang menyeluruh dari perilaku komunikasi baik bagi seperangkat individu maupun lokasi tertentu., hubungan (relationship) antara model komunikasi, distribusi kebutuhan komunikasi serta memperhatikan masalah bahasa komunikasi selain lisan dan tulisan dan secara sistematik menggali dan memonitor sistem pengawasan dan pengendalian.
 
Agenda Setting. Teoritisi utama agenda setting ini adalah Maxwell McComb dan Donald Shaw yang menyatakan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa tapi juga mempelajari seberapa besar arti penting  isu atau topik berita itu diberikan oleh media massa melalui cara media tersebut memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting  dari kekuatan media massa.
Dasar pemikiran teori ini adalah; diantara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu. Sebaliknya, untuk topik yang kurang mendapat perhatian oleh media massa kurang dianggap penting pula oleh pembaca.
Teori media dependensi. Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur (1976) yang memperhatikan kondisi strutural masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa.  Teori ini berangkat dari gagasan mengenai sifat masyarakat modern yang menganggap media massa sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran  masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial.
Inti terpenting dalam teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan, orientasi, dan segala hal yang terjadi dalam masyarakatnya.  Jenis dan tingkat ketergantungan ini dipengaruhi oleh sejumlah kondisi struktural terutama oleh kondisi perubahan, konflik dan kestabilan masyarakat. Teori ini juga menyatakan bahwa media pada dasarnya melayani berbagai fungsi informasi. Sehingga dalam teori ini dijelaskan mengenai interaksi antara audience, sistem media dan sistem sosial, dimana hubungan ketiga komponen ini berbeda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Cultivation Theory. Teori ini berasumsi bahwa materi televisi adalah seragam dan para pemirsa tidak selektif. Premis teori ini, televisi menajamkan dan mendistorsi persepsi tentang  realitas yang ada. Para peneliti kultivasi terdahulu lebih menekankan penelitian pada kekaburan pendapat pada pemirsan televisi. Peneliti sekarang lebih  memfokuskan diri pada sebab-sebab munculnya kultivasi tersebut. Penelitian Shrum (1996) menemukan bahwa informasi dari televisi lebih dapat diingat oleh pemirsa.
Uses and Gratification Theory. Teori ini berangkat dari pendekatan khalayak, yaitu apa yang dilakukan khalayak pada media. Teori ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Katzt (1974) mendasari penelitian mengenai uses and gratification ini dengan kondisi sosial psikologis seseorang yang menyebabkan adanya suatu kebutuhan  yang menciptakan harapan-harapan terhadap media massa dan sumber-sumber lainnya yang menyebabkan adanya perbedaan pola penggunaan media bagi tiap-tipa individu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini