Senin, 18 Maret 2013

Teori fungsional struktural_Nyimas Ayu_Tugas2

Teori fungsional struktural berkembang dari pardigma fakta sosial dalam teori sosiologi, Dimana menempatkan sosiologi pada alam kenyataan yang terjadi di lapangan kemasyaratan. Hal ini kemudian
menempatkn sosiologi untuk menguraikan kontruksi mekanisme sosial yang telah ada unuk dirangkum dalam sebuah teori. Atau bisa dikatakan paradigma ini berupaya meneoritisikan sebuh kejadian di ranah sosial
kemasyarakatan. Ciri-ciri utama Fakta Sosial yang dimaksud adalah:

1). General (umum).
Berlaku tidak hanya untuk perseorangan, akan tetapi bagi seluruh komunitas. Misalnya penggunaan Bahasa Indonesia, tidak hanya untuk rang-orang tertentu akan tetapi siapa saja anggota masyarakat yang
menggunakannya
2). Coercion (memaksa).
Berlaku memaksa setiap orang untuk memberi arti sebagaimana yang telah disepakati oleh komunitas penggunanya.
3). External (luar)
Keberadaannya diluar eksistensi individu, yaitu sebagaimana FS yang lainnya seperti agama, hukum, kesenian, yang akan tetap ada kendati individu penggunanya telah tiada.
Ritzer menyebutkan bahwa obyek studi paradigma ini adalah bagaimana fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Misalnya saja bagaimana lembaga agama mempengaruhi tindakan-tindakan anggota dalam kehidupan bersama orang lain dalam masyarakatnya.
Teori fungsional struktural berusaha menempatkan fakta-fakta sosial sebagai sebuah kontruksi yang dianalogikan seperti teori fungsional organisme dalam biologi. Dimana setiap organisme yang memiliki organ
atau bagian dari mahluk hidup akan saling berhubungan dengan organ yang lain. Hal ini akan menunjng sebuah sistem kerja tubuh.
Keteraturan kerja ini dipengaruhi oleh sebuah mekanisme yang saing mendukung mislanya dalam sistem pencernaan mulut akan bersinergi dengan kerogongan dan juga lmbung serta seterusnya sampai anus dengan
fungsi dan pera masing-masing. Jika ada satu saja organ yang tidak bekerja dengan sempurna maka sistem akan gagal. Maka mekanisme yang seakan-akan otomatis ini dianggap bekerja pula dalam lingkungan sistem
sosial.
Seperti dikatakan dalam oleh Sunyoto Usman (Sunyoto Usman,2004:62),
bahwa sistem akhirnya bekerja untuk tetap mempertahankan equilibrium
dalam seuah struktur sosial. Dimana setiap organ tidak bekrja untuk
memenuhi dirinya semata melainkan bekerja untuk memenuhi seluruh
kebutuhan organ dalam sistem yang menhailkan equilibrium yang dinamis.
Dalam hal ini beberpa teoritisi besar tampil memaparkan teorinya
diantaranya, Parsons, Merton.
Ritzer menggambarkan bagaimana Parsons mengembangkan landasan
teoritisnya dalam bukunya Teori Sosiolgi Modern, Dicuplik dari
pendapat Rochen bahwa Suatu fungsi adalah suatu mekanisme untuk
memenuhi atau mempertahankan kebutuhan sistem(G. Rtzer, 2005 : 121).
Dimana kemudian Parson berusaha mengkonstruksikanya melalui AGIL,
Adaptasi, Goal Attainment, Intgration dan Latency. Disini Parson
mengibaratkan organisme perilaku adalah tindakan melaksanakan fungsi
adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah ingkunan
eksternal (G. Rtzer, 2005 : 121). Pason berupaya menggambarkan
bagaimana sebuah fakta sosial dikerjakan oleh meknisme sistem yag
begitu rapi dan ideal. Namun disini Parson kehilangan logika tentang
aktor kreatif yang hadir di dalam sistem tersebut dan memungkinkan
terjadi dinamika antar aktor dalam sebuah sistem yang menyudutkan
lahirnya sistem yang berjalan linear menjadi sistem yang lebih penuh
gejolak ketaktentuan. Seperti yang dikatakan Ritzer bahwa parson
cenderung menggambarkan bagaimana sistem mengontrol sebuah aktor
dibandngkan aktor yang cenderung berupaya membentuk konstruksi seuah
sistem (G. Rtzer, 2005 : 127).
Dilain sisi Merton yang dianggap pula sebagai teoritisi fungsional
struktural lebih banyak mengoreksi perkembangan teori fungsional dalam
ranah yang lebih kecil. Hal ini terkait dengan yang dicuplik Ritzer
dari Merton bahwa yang menjadi objek fugsional adalah yang telah
mencerminkan hal yang standar atau telah terpola dan berulang. Dalam
pikiran Merton sasaran studi struktural fungsional antara lain adlah
peran sosia, proses sosial, pola institusional, pola kultur dan
lain-lain (G. Rtzer, 2005 : 137-138). Maka dari itu Merton kelihaan
berupya mempesempit ruang analisis dengan beberapa objek yang terpola.
Disini Merton jua berupaya mengembangkan apa yang terjadi dalam proses
adaptasi tidak hanya berdampak positif tapi juga negatif dengn
disfungsi sosial.
Dari garis besar teori tersebut ada kecacatan dimana secara umum teori
struktural fungsional hanya menggbarkan kontruksi sosial yang linear
dan gagal menggambarkan dinamika sosial yang komprehensif.

Sumber Bacaan :
 Usman, Sunyoto, "Sosiologi, Sejarah dan Metodologi", Yogyakarta, 2004.
 Ritzer, George, "Teori Sosiologi Modern",cetakan ketiga, Jakarta,2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini