Rabu, 06 Mei 2015

analisis konstruktivis_Desa Situdaun_UTS_Iqbal Z. Mutaqin

IQBAL ZAENAL MUTAQIN (11140540000003)

PMI 2

 

I.                   PENDAHULUAN

Struktur sosial merupakan suatu susunan dan pola yang telah mengintenalisasi dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu untuk mengamati  hakekat tentang struktur sosial diperlukan pengamatan pada aktivitas sehari - hari masyarakat tersebut tak terkecuali struktur sosial masyarakat pedesaan. Struktur sosial dipedesaan menyangkut pola hubungan sosialnya, interaksi yang terjalin secara intens dan menciptakan interdependensi yang berlangsung secara terus menerus dan akan membentuk sebuah pola yang terorganisir serta fungsi dan peranan yang ada di struktur sosial pedesaan.

Dari hasil observasi sementara di lapangan, mayoritas penduduk desa Situdaun bermata pencaharian sebagai petani, mereka memiliki lahan sendiri untuk ditanami bergagai macam tanaman. Karena mayoritas adalah petani maka struktur sosial di desa Situdaun banyak

dipengaruhi oleh kegiatan atau aktivitas sehari - hari bertani. Oleh karena itu kami

ingin mengetahui sejauh apa dinamika struktur sosial itu terbentuk dengan melibatkan peran petani sebagai komponen pendukung yang utama.

Dalam kajian ini, kami akan membahas tentang dinamika bagaimana struktur  sosial yang terbentuk pada kalangan peternak di desa Situdaun, Bogor. Dimana dalam pembentukan struktur sosial secara teoritis ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya struktur social tersebut. Antara lain : status dan peran stratifikasi sosial, jumlah kepemilikan hewan ternak, lembaga sosial, hubungan sosial dan norma yang menjadi landasan dalam proses berinteraksi.

 

II.                METODELOGI

Perjalanan menuju Desa Situdaun dari Ciputat bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum seperti bus atau kereta, bahkan angkutan kota dan kendaraan bermotor. Pertama, jika kita ingin pergi ke Desa Situdaun menggunakan bus, kita bisa menggunakan bus "Agra Mas" Lebak Bulus-Bogor, perjalanan sekitar satu jam setengah menuju Terminal Baranangsiang, setelah itu naik angkutan kota 03 menuju Terminal Laladon, sesampainya di Laladon naik kembali angkutan umum tumaritis yang menuju desa Cibitung Tengah .

Jika menggunakan kereta, kita bisa menggunakan kereta "Commuter Line" Jabodetabek, jika dari UIN naik angkutan umum S10 turun di stasiun Pondok Ranji dan turun di Stasiun Tanah Abang, setelah transit naik kereta yang menuju Stasiun Bogor. Sesampainya di Stasiun Bogor bisa naik angkutan kota 02 atau 03 menuju Terminal Laladon, sesampainya di Laladon naik kembali angkutan umum tumaritis yang menuju Desa Cibitung Tengah.

Ketika observasi di Desa Situdaun, pertama kita bertemu dengan Bapak Firman, seorang pegawai PNPM kecamatan Tenjolaya, disana kami wawancara mengenai Kecamatan dan desa-desa yang ada disana, dan kemudian kami mengunjungi salah satu desa yang berada di Kec. Tenjolaya yaitu Desa Situdaun.

Perjalanan menuju Desa Situdaun cukup jauh dari PNPM Kecamatan Tenjolaya sehingga kami harus naik angkutan umum lagi tumaritis, dan kami melewati sebuah pasar yang cukup ramai. Di Desa Situdaun kami beretemu dengan Bapak Ja'i seorang kepala desa, kemudian kami beristirahat sambil mewawancarai Bapak Ja'i, beliau cukup tau tentang bagaimana kedaan desa Situdaun baik dalam segi ekonomi, pendidikan, mata pencaharian dan lain-lainnya.

 

III.             TEORI KONSTRUKTIVIS

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

 

IV.             GAMBARAN UMUM

a.      Struktur Orgnisasi

Struktur Organisasi Tata Kerja Desa Situdaun (SOTK Desa) Pola Minimal

Kepala Desa : Jai

Sekertaris : Wahyudin

Kaur Pemerintahan : Zaenudin

Kaur Kesra : Abdul Rojak

Kaur Keuangan : Andri Suhandrian

Kaur Ekbang : Moh. Yusup Ridwan

Kaur Administrasi : Rahmat                                                                                 

Kondisi Struktur dan Tata Kerja Desa Situdaun

Jumlah pegawai desa situdaun per januari 2015 sebanyak 6 orang dengan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir :

-          Sarjana            : 2 orang

-          SLTA              : 3 Orang

-          SLTP               : 1 Orang

Kondisi Pemerintahan Umum

Pelayanan Catatan Sipil.

b.      Letak Geografis

            Luas Wilayah Desa situdaun adalah 329.045 Ha yang terdiri dari 4 Dusun dengan 4 rukun warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT), Desa Situdaun memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara              : Desa Cihidung Udik Kec. Ciampea

Sebelah Timur             : Desa Purwasari Kec. Dramaga

Sebelah Selatan           : Desa Gunung  Malang Kec. Tenjolaya

Sebelah Barat              : Desa Cibitung Tengah Kec. Tenjolaya

c.       Topografi

Desa Situdaun merupakan desa yang berada didaerah kaki gunung salak, terbagi dalam beberapa bentangan wilayah desa. Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di wilayah desa situdaun membentuk pola daerah aliran sungai. Tercatat beberapa sungai maupun solokan baik  skala kecil, sedang dan besar, terdapat di desa situdaun, seperti :

-          Sungai Cihideung (merupakan batas wilayah dengan kecamatan Dramaga)

-          Sungai Cinangneng (merupakan batas wilayah dengan Desa Cibitung Tengah dan Desa Cinangneng)

-          Sungai Cipalayangan

Disamping itu ada pula beberapa mata air yang biasa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun sumber air untuk pertanian.

            Mata Air Utama yang menghidupi Desa Situdaun adalah diantaranya :

1.         Mata Air Curug Nangka

2.         Mata Air Curug Luhur

3.         Mata Air Cikemang

4.         Mata Air Cekdam

5.         Mata Air Gadog (Weslic)

d.      Kependudukan

Penduduk Desa  Situdaun berdasarkan data terakhir hasil sensus penduduk Tahun 2010 tercacat sebanyak 8678 jiwa, tahun 2009 sebanyak 8553 jiwa, tahun 2008 sebanyak 8530 jiwa mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk jelasnya dapat dilihat pada table  dibawah ini

Jumlah Penduduk Desa Situdaun

No

Tahun

Jumlah

Laju Pertumbuhan

1

2008

8530

-

2

2009

8553

-

3

2010

8678

-

e.       Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sehingga pendidikan adalah sebuah investasi (modal) dimasa yang akan dating.

Didesa Situdaun tahun 2009-2010, jumlah guru dan murid tiap tahunnya mengalami peningkatan. Guru pada tahun 2010 berjumlah : 145 orang, SLTP sebanyak = 560 orang, SLTA sebanyak = 140 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4 dibawah ini.

 

Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal

Di Desa Situdaun Tahun 2009

No

Uraian

TK

SD

SLTP

SLTA

1

Guru

15

48

42

40

2

Murid

131

1220

560

140

 

Pada masa kepemimpinan kepala desa ini, jumlah sarana dan prasarana sekolah, maupun jenjang terus diupayakan bagi kuantitas maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai TK s.d SLTA.

Adapun jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Situdaun terdiri dari jenjang TK s.d SLTA baik formal maupun non formal. Nama dan jumlah sarana pendidikan yang ada di desa situdaun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 5 dibawah ini.

Data Sarana dan Prasarana Pendidikan. Di Desa Situdaun Tahun 2009

No

Nama Sekolah

Jenjang

Status

Lokasi

Jumlah Murid

 

1

RA ARRAZAK

TK

Swasta

RT10/30 Kp.Situdaun

 

2

MD Hidayatul Furqan

MD

Swasta

RT 20/04 Kp. Ps. Ipis

 

3

TK Al-Muhajirin

TK

Swasta

RT 03/01 Kp.Cikupa

 

4

MD Babussalam

MD

Swasta

RT 17/04 Kp. Ps. Ipis

 

5

MD Nurul Falah

MD

Swasta

RT 06/02 Kp. Situdaun

 

6

PAUD Arahmania

PAUD

Swasta

RT 15/04 Kp. Ps. Ipis

 

7

MD Miftahusaadah

MD

Swasta

RT 07/02 Kp. Situdaun

 

8

SDN Situdaun 01

SD

Negeri

RT 05/02 Kp. Situdaun

 

9

SDN Situdaun 02

SD

Negeri

RT 10/03Kp. Situdaun

 

10

MI Mathlaul Anwar

MI

Swasta

RT 05/02 Kp. Situdaun

 

11

MI Darul Hikmah

MI

Swasta

RT 12/03 Kp. Situdaun

 

12

MI Sirojul Huda

MI

Swasta

RT 18/04 Kp. Ps. Ipis

 

13

SMP PGRI Cikupa

SMP

Swasta

RT 03/01 Kp. Cikupa

 

14

MTs. Sirojul Kamal

SMP

Swasta

RT 05/02 Kp. Situdaun

 

15

MTs. Nurul Anwar

SMP

Swasta

RT 15/04 Kp. Ps. Ipis

 

16

SMK YAPURA I

SMK

Swasta

RT 03/01 Kp. Cikupa

 

17

MA Nurul Anwar

SMA

Swasta

RT 15/04 Kp. Ps Ipis

 

 

Rekapitulasi Jenis dan Jenjang sarana Pendidikan Formal dan Non Formal di Desa Situdaun, dapat dilihat pada table 6 dibawah ini.

Jenis dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal

Di Desa Situdaun Tahun 2009

No

Jenis

Jenjang

Lokasi

1

TK/RA/MD

7

Dusun I, II, III, IV

2

SD

2

Dusun I, II, III, IV

3

MI

3

Dusun II, III, IV

4

SLTP Swasta

1

Dusun I

5

MTs. Swasta

2

Dusun II, III, IV

6

SLTA

2

Dusun I, IV

7

Perguruan Tinggi

1

Dusun IV

8

PKBM

-

-

JUMLAH

18

-

 

f.       Pajak dan Retrebusi Desa

Pajak dan Retrebusi Desa di Desa Situdaun tahun 2009 mengalami peningkatan dari pada tahun sebelumnya. Penerimaan pajak dan retrebusi desa pada tahun 2009 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini.

 

Pajak dan Retrebusi Desa

Di Desa Situdaun Tahun 2009

No

Uraian

2009

2010

1

Pajak dan Retrebusi Daerah

31.900.000

48.978.900

2

Retrebusi Desa

20.000.000

12.000.000

3

Lain-lain

597.467.720

701.716.400

JUMLAH

648.367.720

761.694.400

Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi

Pada umumnya jenis sarana social ekonomi masyarakat desa situdaun berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang berskala kecil sekali.

Disamping itu pula sarana ekonomi yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat desa situdaun adalah sarana lahan pertanian.

g.      Ketenagakerjaan

Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenaga kerjaan di desa situdaun sampai akhir tahun 2009, masih menunjukkan keadaan kondusif, walaupun dipihak lain masih dihadapkan pada keterbatasan lapangan kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Keadaan ini semakin sulit dikendalikan sebagai akibat krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM. Banyaknya pencari kerja di desa situdaun adalah sebagai akibat penambahan angkatan kerja baru dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi ini terus berlangsung diberbagai lapisan dan tingkatan sektor-sektor usaha strategis yang banyak menyerap tenaga kerja. Keadaan seperti ini memberikan kontribusi sangat besar terhadap jumlah pencari kerja yang tidak diproyeksikan sebelumnya.

 

h.      Keunggulan

1.      Tersedianya sarana peribadatan dan sumber daya manusia yang kompeten

2.      Membangun pola hidup sehat melalui pemberdayaan kader kesehatan

3.      Meningkatkan dan memerdayakan peranan perempuan dan pemuda, dengan tetap memelihara adat istiadat dan budaya local.

4.      Membuat Besek Ikan yang di pelopori oleh Ibu Pipih sejak Tahun 2003

5.      Pembuatan Bunga Kering per individu dan di kirim ke berbagai kota-kota

 

i.        Kekurangan

            Akses utama warga Desa Situdaun, Kec. Tenjolaya, Kabupaten Bogor ke pusat pemerintahan (kecamatan) dan perekonomian terputus karena kondisi jembatan Cinangneng yang tidak memadai. Warga mendesak agar Pemerintah Kabupaten Bogor segera membangun jembatan permanen di atas Sungai Cinangneng yang menghubungkan desa mereka dengan Desa Cibitung Tengah sebagai akses utama ke pusat pemerintahan dan perekonomian.

1.            Kurangnya angkutan umum untuk menuju desa situdaun

2.            Masih banyak yang berprofesi sebagai buruh

 

V.                ANALISIS

            Peran Elite Desa

Elit merupakan sejumlah orang yang memiliki wewenang dan diberi tanggung jawab oleh masyarakat untuk memimpin masyarakat tersebut, sehingga tujuan yang diharapkan oleh masyarakat untuk kemajuan, dan bisa tersalurkan melalui Elit tersebut. Atau secara umum, Elit diartikan sebagai sekelompok orang-orang yang memegang posisi terkemuka dalam suatu masyarakat.

Seperti yang dikemukakan oleh Amitai Etzioni mendefinisikan Elit sebagai kelompok aktor yang mempunyai kekuasaan, jadi juga menekankan aspek politis dari masalah itu. Golongan Elit secara sosial mempunyai arti bertanggung jawab untuk merealisasikan tujuan-tujuan sosial yang penting dan menjaga terus berlanjutnya sosial order. Dibandingkan rakyat biasa, golongan Elit mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Dalam perspektif Pareto maupun Mosca, Elit menunjukkan kepada suatu Elit yang memerintah, menjalankan fungsi-fungsi sosial yang penting, dan mewakili sebagian dari nilai-nilai sentral masyarakat.

Elit desa yang terdapat di Desa Situdaun terdapat lima orang, diantaranya adalah.

-          Kepala Desa : Jai

-          Tokoh Agama : Ust. Basuki

-          Tokoh Masyarakat : Ahmad Subeno

-          Tokoh Pemuda : Razak Maulana

-          Tokoh Pemberdaya Perempuan : Pipih

a.      Pengertian Kepemimpinan

      Kepemimpinan adalah suatu suatu bakat yang diperoleh orang sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Jadi, orang menyatakan bahwa tidak ada dan tidak diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan. Suksesnya kepemimpinan itu disebabkan oleh keberuntungan seorang pemimpin ynag memiliki bakat alam yang luar biasa, sehingga dia memiliki karisma dan kewibawaan untuk memimpin massa yang disekitarnya.

            Tegasnya, pemimpin yang sukses itu menjalankan kepemimpinannya itu tanpa teori, tanpa menjalani pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Kepemimpinannya adalah jenis kepemimpinan yang tidak ilmiah. Dia melakukan  kepemimpinannya karena dia memiliki bakat bisa menguasai seni memimpin (seni kepemimpinan) yang khas menjadi miliknya sendiri (Kartini Kartono, 2005; 55).

            Dalam perkembangan zaman, kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, besamaan dengan pertumbuhan scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuwan Frederick W. Taylor pada awal abad ke-20 dan di kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan.

      Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi ada penyiapan secara berencana melatih calon-calon pemimpin. Semuanya dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan atau eksperime, analisis, supervisi, dan penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.

            Nilai kepemimpinannya tidak lagi ditentukan oleh bakat alamnya akan tetapi oleh kemampuannya menggerakkan banyak orang melakukan satu karya bersama, berkat pengaruh kepemimpinannya yang diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan (Kartini Kartono, 2005; 56).

      Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, di perlukan bagi situasi khusus, sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktifitas-aktifitas tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan cara karekteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya, sifat-sifat umum dari pemimpin dan kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya juga bersangkutan, serta cocok-pas dengan situasi dan zamannya.

      Pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya dalam satu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan organisasi. Kepemimpinan pada umumnya distimulir oleh dorongan-dorongan kuat dari dalam diri sendiri untuk memimpin. Diharapkan agar pemimpin itu mampu membina bawahannya menjadi mahir secara teknis, bersemangat atau bergairah bekerja, loyal dan bermoral tinggi. Juga bisa membangkitkan kekuatan rasional dan kekuatan emosional yang positif.

Ringkasnya dia mampu mengembangkan segenap potensi anak buah dalam iklim sosial yang menyenangkan (Kartini Kartono, 2010; 87).

b.       Tipe Kepemimpinan

1.      Tipe Otokratik

Otokrat berasal dari perkataan autos = sendiri: dan kratos = kekuasaan, kekuatan. Jadi otokrat berarti: penguasa absolut. Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan (Kartini Kartono, 2005; 83).

Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para bawahannya sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan itu kepadanya, pada hal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan pada ketakutan, bukan kesetiaan. Egonya yang sangat besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadi dan oleh karenanya organisasi diperlakukannya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi dan melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib masing-masing.

Berangkat dari persepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuannya. Suatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya  sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan (Sondang P. Siagian, 2003; 31).

2.      Tipe Paternalistik

          Tipe pemimpin yang patrenalistik banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Salah satu ciri dari

masyarakat tradisional demikian adalah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Biasanya seorang pemimpin yang paternalistik mengutamakan  kebersamaan. Nilai demikian biasanya terungkap dalam kata-kata seperti "seluruh anggota organisasi adalah anggota satu keluarga besar".

Sikap kebapakan memang menyebabkan hubungan atasan dengan bawahan lebih bersifat informal, ketimbang hubungan formal yang biasanya terdapat antara seorang pemimpin yang otokratik dengan para bawahannya. Hanya saja hubungan yang lebih bersifat informal tersebut dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahan itu belum mencapai tingkat kedewasaan sedemikian rupa sehingga mereka dapat dibiarkan bertindak sendiri. Tegasnya, ada pandangan yang mengatakan bahwa di mata seorang pemimpin yang paternalistik para bawahannya belum dewasa dalam cara bertindak dan berpikir sehingga memerlukan bimbingan dan tuntunan terus menerus (Sondang P. Siagian, 2003; 35-36).

3.      Tipe Karismatik

Tipe pemimpin karismatik ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab-sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan gaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Mahakuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memencarkan pengaruh dan daya-tarik yang teramat besar. (Kartini Kartono, 2005; 81).

Seorang pemimpin yang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Sondsng P. Siagian, 2003; 37). 

4.      Tipe Laissez Faire

Pemimpin laissez faire pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Sebab bawahan dalam situasi kerja sedemikian itu sama sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin, masing-masing orang bekerja semau sendiri dengan irama dan tempo "semau gue".

Dapat dikatakan juga bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa dan mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Singkatnya, seorang pemimpin yang leissez faire melihat peranannya sebagai "polisi lalu lintas". Dengan anggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui dn cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku, seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan.

5.      Tipe Demokratik

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, artinya selalu menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota  seefektif mungkin  pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Pemimpin yang demokratis itu tidak menganggap diri sendiri sebagai superman dengan kemampuan-kemampuan superior, akan tetapi menganggap diri sendiri sebagai anggota biasa. Dia tidak pernah memberikan perintah tanpa menjelaskan pentingnya masalah, dan selalu menerangkan secara terinci semua detail pelaksanaannya. Juga mendiskusikan semua masalah dengan kelompoknya.

Ia memperlakukan orang-orang dibawahnya sebagai co-workers atau sesama kawan kerja, dan tidak pernah menganggap mereka sebagai instrumen (kartini kartono, 2005;193).

Secara ringkas dapat dinyatakan, kepemimpinan demokratis menitikberatkan masalah aktivitas setiap anggota kelompok,juga para pemimpin lainnya, yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana-rencana, pembuatna keputusan penerapan disiplin kerja (yang ditanamkan secara sukarela oleh kelompok-kelompok dalam suasana demokratis), dan pembajaan (dari asal kata baja) etik kerja.

Dengan melihat perkembangan tipe kepemimpinan dewasa ini, maka dari masalah yang peneliti angkat pada proposal ini, tipe kepemimpinan yang berlaku di desa ini adalah tipe kepemimpinan yang karismatik karena keberadaannya ditengah – tengah masyarakat Desa Pringga Jurang telah memberi pengaruh positif dan realistis serta mampu membawa perubahan yang signifikan dan bermanfaat bagi masyarakat di Desa Pringga Jurang. Jadi kepatuhan terhadap Elit tersebut muncul dengan sendirinya dan para pengikutnya pun tidak bisa menjelaskan alasannya kenapa mereka bisa mematuhi apa yang diperintahkan oleh tokoh tersebut.

VI.             KESIMPULAN

Peran Elit Desa ditengah-tengah masyarakat dari hasil penelitian menunjukkan pentingnya keberadaan seorang tokoh yang memang pantas untuk dijadikan contoh dan tauladan bagi masyarakatnya. Keteladanan seorang pemimpin akan terlihat dari apa yang dilakukan bukan dari apa yang dikatakan, maksudnya seorang pemimpin yang baik bukan hanya memberikan perintah, tapi juga ikut andil dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat akan cendrung mengalami perubahan menjadi lebih baik jika dipimpin oleh pemimpin yang baik. Sudah barang tentu suatu perubahan itu akan terjadi jika ada partisipasi atau keikut sertaan dari masyarakat untuk mau berubah.

Bentuk perubahan prilaku masyarakat dengan adanya keberadaan elit desa tersebut dapat dilihat dari bagaimana masyarakat ikut andil dalam kegiatan yang ada didesa setelah adanya himbauan dari tokoh yang ada. Partisipasi masyarakat di bidang pembangunan Desa tergantung dari faktor-faktor kepemimpinan, penyuluhan dan penerangan yang dilakukuan serta kesadaran masyarakat itu sendiri untuk memajukan desanya dengan melakukan pembangunan dalam segala bidang, merasa turut serta dalam pembangunan, dan merasa bertanggung jawab terhadap pembangunan desanya.

 

VII.          DAFTAR PUSTAKA

Koswara, dkk. Metode dan masalah Penelitian Sosial.Bandung: PT Refika Aditama. 2009

Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media. 2005

Siagian Sondang P. 2003. teori dan praktek kepemimpinan. Jakarta : PT Rineka Cipta

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini