Selasa, 26 Mei 2015

Guntur Eka_SEJARAH, DAN MITOS DESA BOJONG, JAWA TENGAH

Nama : Guntur Eka Arif Saputra (11140540000019)

SEJARAH, DAN MITOS DESA BOJONG, JAWA TENGAH

Setiap desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah sejarah desa atau seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut sehingga sulit untuk di buktikan secara fakta dan tidak jarang dongeng tersebut dihubungkan dengan mitos tempat – tempat tertentu yang dianggap keramat. Dari hal ini desa Bojong juga memiliki hal tersebut yang merupakan identitas dan desa ini yang akan kami tuangkan dalam kisah-kisah dibawah ini.

Dari berbagai sumber yang telah ditelusuri dan digali asal usul desa Bojong dimulai dari abad ke – 18 atau jaman kerajaan Mataram atau lebih tepatnya pada waktu perang Diponegoro melawan Belanda. Ketika jaman perang antara P Diponegoro melawan Belanda, P Diponegoro menggunakan taktik gerilya yang bermarkas di Gua Selarong , dan markas tersebut digempur oleh Belanda yang mengakibatkan P Diponegoro dan prajuritnya lari tunggang langgang berpencaran . Dalam pelarian tersebut, daerah yang dituju sebagai tempat pelarian adalah daerah sekitar Selarong sampai juga ke barat sungai Progo.
Pada waktu itu P. Diponegoro dan pengikutnya terbujung-bujung dari kejaran Belanda dan karena kecapaian maka berhentilah P Diponegoro di suatu tempat. Untuk mengenang kejadian tersebut maka tempat itu kemudian dinamakan Bojong yang artinya dikejar-kejar.
Cikal bakal desa Bojong sendiri adalah dari kisah Kyai Tirto Kusumo atau Kyai Supingi yang mempunyai kesaktian dapat berhubungan dengan makhluk halus, makhluk halus ini diceritakan berwujud Kerbau berwarna kuning yang dinamakan Kebo Kuning. Cerita tersebut dimungkinkan ada hubungannya dengan kisah jaman dahulu, yaitu ada seorang tokoh sakti bernama Mahesa Jenar dengan senjata pusaka Nogo Sosro Sabuk Intennya. Kyai Tirto Kusumo dimakamkan di wilayah Kedung Kuning, di daerah sekitar bantaran Sungai Serang. Tempat tersebut juga menjadi tempat tinggal makhluk halus Kebo Kuning piaraanya dan sampai saat ini menurut sumber yang bisa dipercaya Nogososro Sabuk Inten juga masih ada di desa Bojong.
Alkisah Kebo Kuning tersebut diminta oleh Kyai Tirto Kusumo untuk membajak tegal / sawah yang dulunya adalah desa Bojong masih banyak yang berwujud tegal dan sawah agar siap ditanami, karena kesaktiannya, maka permintaan tersebut dapat dilaksanakan dalam waktu semalam saja. Ada kisah bahwa apabila masyarakat sekitar melihat penampakan Kebo Kuning di Sungai Serang, maka menandakan akan ada bencana jebolnya tanggul Sungai Serang. Masyarakat boleh percaya atau tidak percaya, tapi pernah terbukti pada tahun 1963 Bp. Darmoi Wiyono yang dulu menjabat sebagai seorang perangkat desa yaitu Kepala Bagian Kemakmuran, melihat Kebo Kuning tersebut, di tahun yang sama tanggul sungai Serang jebol.
Kyai Tirto Kusumo setelah meninggal kemudian dimakamkan di makam Madanom, Gentan, Depok, Tayuban yang Termasuk makam Madanom, Gentan, Depok dan Tayuban dulunya masih masuk dalam satu wilayah desa Bojong sampai kira-kira tahun 1950-an. Kemudian karena kepadatan penduduk dan pemekaran wilayah maka pecah menjadi 3 desa yakni desa Depok, desa Tayuban dan desa Bojong sendiri. Ada lagi tokoh yang ada di desa Bojong yaitu Kyai Fakih Jamal yang diabadikan menjadi nama bendungan air Pekik Jamal ceritanya dimulai pada jaman penjajahan Belanda adalah tokoh yang merintis dibangunnya bendungan air di Sungai Serang, walaupun belum permanen. Bangunan tersebut dibangun kembali pada jaman penjajahan Jepang dengan menggunakan kerja paksa. Tokoh ini juga dimakamkan di makam Madanom Gentan. Tokoh ini muncul setelah Kyai Tirto Kusumo.
Desa Bojong merupakan dataran rendah yang memiliki ketinggian tanah 5 meter dari atas permukaan air laut. Desa Bojong memiliki luas wilayah administrasi 370.3319 ha, dengan batas-atas wilayah sebagai berikut :
  1. Sebelah Utara                     : Desa Bendungan
  2. Sebelah Selatan                  : Desa Garongan
  3. Sebelah Barat                     : Desa Karangwuni
  4. Sebelah Timur                    : Desa Tayuban
Pola penggunaan lahan di desa Bojong lebih didomilisi oleh kegiatan pertanian pangan yaitu palawijo ( padi, cabai, dan sayur-sayuran ) dengan penggunaan lahan irigasi teknis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini