Selasa, 11 Desember 2012

Corri Prestita Ishaya_ Lap 5_ Kepemimpinan

STUDI KASUS KEPEMIMPINAN


 
 
JUDUL           : SANG PELOPOR PERANG GERILYA
PENELITI      : CORRI PRESTITA ISHAYA
NIM                : 1112051100019




I. Latar Belakang

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam mencapai tujuan organisasi. Kebanyakan orang mendefiniskan bahwa seorang pemimpin yang baik memiliki beberapa ciri diantaranya mempunyai sifat kharisma, pandangan ke depan, daya persuasif,dan intensitas. Memang kita selalu terpikirkan apabila seorang pemimpin seperti Soekarno, Lincoln, Churcill, serta pemimpin lainnya memiliki sifat-sifat seperti itu yang selalu melekat didirinya masing-masing. Mereka sedemikian cara memanfaatkannya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Adapun pengertian kepemimpinan, yaitu :
 
·         Kepemimpinan merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan orang-orang memiliki kontribusi terhadap keefektifan dan kesuksesan organisasi ( House et al, 1999)
·         Kepemimpinan adalah sikap pribadi,  yang memimpin pelaksanaan aktivitas kelompok yang diatur  untuk mencapai tujuan yang diiinginkan. (Shared Goal, Hemhiel, & Coors)
·         Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat dengan situasi yang khusus. (Young)
·         Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuanyang telah ditetapkan (Sutaro)
 
Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting adanya seorang pemimpin agar kita dapat mencapai tujuan bersama dengan memiliki aturan-aturan tertentu. Tanpa adanya seorang pemimpin kita tidak akan bisa mencapai suatu tujuan yang sama dengan teratur. Pada analisis kali ini yang bertemakan kepemimpinan, saya memilih sosok Jenderal Soedirman karena beliau adalah Jenderal pertama dari TNI setelah Indonesia dikatakan merdeka. Beliau merupakan seorang pejuang yang sekaligus tokoh agama, pendidik, tokoh muhammadiyah, dan pelopor perang gerilya.beliu mempunyai sifat yang sangat berani dan sangat disegani dalam memimpin TNI. Ini menjadi faktor utama saya untuk menganalisis tokoh pejuang seperti jenderal Soedirman.
 


    II.            Pertanyaan Pokok
 
Bagaimana cara kepemimpinan jenderal Soedirman saat mempertahankan tanah air Indonesia?
 

 
 III.            Metode Penelitian
 
Metode yang saya gunakan pada analisis ini adalah kualitatif. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mendapatkan informasi mengenai cara-cara yang terapkan Jenderal Soedirman saat mempertahankan tanah air Indonesia. Karena metode ini lebih banyak menggunakan kumpulan data dari narasumber seperti biografi tokoh dan buku-buku yang berkaitan dengan beliau.
 
 

 IV.            Gambaran Tokoh
 
Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman (24 Januari 1916 – 29 Januari 1950) adalah seorang perwira tinggi militer Indonesia dan panglima besar pertama Tentara Nasional Indonesia selama masa revolusi merdeka. 
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.
Ketika jaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.
Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang.

Pendidikan :
  1. Sekolah Guru Muhamadiyah Sola, belum tamat
  2. Mengikuti Pendidikan tentara PETA di Bogor

            Kegiatan:
  1. Menjadi guru Muhamadyah di Cilacap, sebagai anggota Muhamadiyah dan giat dalam organisasi pramuka
  2. Pada Zaman Jepang, ia benyak mencurahkan perhatian pada masalah social. Ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan
  3. Sebagai anggiota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota DPR keresidenan Banyumas
  4. Sebagai komandan batalyon di Kroya, yang bersikap tegas dan sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya
  5. Setelah Indonesia merdeka, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas
  6. Sesudah TKR terbentuk, sebagai Panglima Divisi V/Banyumas. Dan memimpin anggota tantara TKR dalam pertempuran melawan Inggris di Ambarawa
  7. Dalam Konfrensi TKR tanggal 12 November 1945, Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR
  8. Waktu Belanda melaksakan Agresi Militer II, ia sedang sakit. Tetapi tetap memimpin anak buahnya kurang lebih 7 bulan lamanya bergrilya di hutan-hutan dan gunung-gunung. Pulang dari medan gerilya karena masih sakit, ia tidak dapat memimpin Angkatan Perang secara Langsung, tetapi buah pikirannnya selalu dibutuhkan Pemerintah, terutama dalam menghadapi Konferensi Meja Bundar
 
 
 
    V.            Analisis
 
Menurut analisis saya, beliau adalah Pahlawan sejati rela berkorban demi bangsa dan negara Indonesia, rela mempertaruhkan segalanya demi kemerdekaan Indonesia yang telah kita nikmati kemerdekaan itu sekarang. Semoga segala jasa beliau dan perjuangan beliau dapat kita lanjutkan untuk Indonesia yang lebih baik.
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Beliau adalah salah satu pelopor dari perang gerilya, sehingga Indonesia bias memenangkan pertarungan melawan sekutu. Sosok jenderal Soedirman yang cerdas, pemberani, dan berjiwa islami tak luput dari pandangan masyarakat Indonesia sampai pada saat ini. Setelah lama jenderal Soedirman meninggal dunia, namun di mata masyarakat Indonesia beliau adalah pejuang yang pantang menyerah. Terlihat jelas pada saat perang dunia II, perang Ambarawa, dan perang agresi militer II Belanda. Penuh dengan perjuangan yang cukup keras, berpeluh dengan keringat dan berseteru dengan waktu, tak kunjung lelahnya beliau memperjuangkan bangsa ini sehingga samapai saat ini kita mendapatkan hasil yang baik, yaitu kemerdekaan. Berakhirnya kepemimpinan TNI dengan meninggalnya Jenderal Soedirman. Beliau meninggalkan prestasi-prestasi yang telah diperoleh. Jenderal Soedirman juga termasuk ke dalam pahlawan revolusi.
 



 VI.            Daftar Pustaka
 
Syukur, Abdul.Hapsari, Ratna. 2008. Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia. Ciracas, Jakarta. Erlangga.
Supriatna, Nana. 2011. Sejarah. Bandung. Grafindo Media Pratama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini