Selasa, 14 Oktober 2014

UTS_etika dan filsafat_ArdiansyahFadli_1112051000085_KPI5C

Etika pergaulan santri pondok modern daarussaadah

Latar belakang

a.      Persoalan etika yang di kaji

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).  Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. kata 'etika' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000).

pondok pesantren, atau disebut pondok saja, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia.Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajaribahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren.

Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut madrasa Islamia.Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah.

Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk  seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.

Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.Istilah santri juga ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji.

Ponpes daarussaadah berdiri pada tahun 1992, pendiri pesantren tersebut adalah KH.Soemarno Syafi'I , visi dan misi ponpes tersebut adalah "berilmu ilmiah,dan berakhlakul karimah, dan motto ponpes tersebut adalah  "Hidup adalah perjuangan berani hidup, berani berjuang, takut berjuang jangan hidup".

            Pesantren tersebut dibangun dengan tujuan menanamkan dan membentuk Pribadi-Pribadi yang tidak hanya pintar Secara Akademis namun Berakhlak karimah, baik secara horizontal kepada allah maupun  secara vertical kepada sesame manusia.

Ketika kita membicarakan pergaulan, maka kita akan membicarakan tentang karakter kita terhadap seseorang, dan dimana pergaulan adalah interaksi kita dengan dunia sekitar : cara apa, dengan siapa, dimana, lewat media apa, dan kapan ?. Jawaban terhadap ke-5 hal inilah yang member predikat kepada pergaulan kita apakah positif ataukah negatif.

            Pergaulan itu sendiri berasal dari kata gaul. Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut trend, mode, dan hal lain yang berhubugan dengan keglamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng2, atau kelompok2 tertentu yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.

Maka karakter etika pergaulan itu menjadi penting bahkan di nilai penting khususnya di pondok pesantren Daarussaadah itu sendiri.

Melihat dari permasalah tersebut saya akan mencoba meneliti etika pergaulan satri ponpes daarussaadah.

b.      Alasan filosofis dan Praktis

Alasan filosofis berdirinya pesantren daarussaadah di belakang perum kresek,kota tangerang ini menurut salah satu ustadz pesantren bahwa melihat fenomena pergaulan yang merosot dan jauh dari nilai nilai agama (positivism) bahkan telah adanya fenomena degradasi moral besar besaran di ibu kota khususnnya.

Alasan praktisnya dalam ponpes daarussaadah sendiri sebenarnya masih banyak santri yang berkarakter kurang baik dan jauh dari nilai nilai agama yang dikajinya selama ini seperti : mabuk,pacaran Dsb.

 

 

 

 

C.Kasus yang di teliti

 

Sebagai santri yang mendalami ilmu ilmu agama dan mengemban amanah tabligh seharusnya mencerminkan dan mencontohkan dengan akhlak akhlak yang baik yang tertera dalam alquran dan alhadits

Tetapi  pada kenyataanya, para santri yang setiap hari mendalami kitab klasik, belajar ngaji, memahami alquran dan hadits itu masih saja aja ada yang nyeleneh atau keluar dari koridor koridor kebenaran yang ada pada apa yang meraka kaji.



Teori Etika

Permasalahan etika diatas berkaitan dengan teori Egoisme. Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain. Dan juga masuk ke etika deontology  mengapa demikian? Sebab, etika kewajiban melahirkan suatu konsep yang sangat sentral pada etika modern, yakni konsep otonomi moral.

Permasalah di ponpes daarussaadah sangat berkaitan dengan teori egoism yang mana setiap santri lebih mementingkan uruusannya dirinya dan masa bodoh terhadap lingkungan sekitar, misalnya lebih individualis dan acuh terhadap kawan kawannya yang lain apapun yang mereka perbuat itu kehendak dia dan temannya tidak punya hak untuk melarang temannya berbuat sesuatu.

METODELOGI

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana metode ini adalah metode cara meggambarkan, memberikan pemahaman, menginterpretasikan, menafsirkan, dan mengeksplorasi terhadap suatu masalah penelitian. Dalam pendekatan metode ini penjelasan tentang fenomena yang menjadi bahasan itu bertujuan untuk memahami makna sehingga menghasilkan daya deskriptif yang mampu menggambarkan secara luas tentang prosedur etika pada lembaga / institusi komunikasi yang pada enelitian kali ini mengangkat permasalahan etika pergaulan santri ponpes daarussaadah tangerang banten.

              

1)      Subjek dan Objek Penelitian

a)      Subjek Penelitian

2)      Subjek penelitianya adalah  Santri Ponpes daarussaadah Tangerang Banten.

a)      Objek Penelitian

3)      Objek penelitianya adalah  mengapa santri ponpes daarussadah tangerang banten masih ada yang tidak memiliki karakter atau akhlak yang baik ???

 

4)      Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah populasi dan sample. Istilah yang digunakan adalah setting atau tempat penelitian. Tempat penelitianya di ponpes daarussaadah Tangerang Banten, waktu penelitian dilakukan  pada tanggal 6 okt 2014.

 

5)      Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a)      Wawancara

Wawancara langsung dengan saah satu ustadz ponpes daarussaadah tangerang banten.

b)      Observasi

Observasi pada kegiatanSantri ponpes daarussaadah pada malam minggu acara muhadhoroh kubro.

 

 

SUMBER / DAFTAR PUSTAKA
Wawancara dengan Ust.M.Badruddin LC
Jurnal Pon pes Daarussaadah tangerang banten 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini