Selasa, 16 Juni 2015

TUGAS UAS ANTROPOLOGI BUDAYA... BUDAYA PESANTREN

Nama : Zaenal Arifin    1113054000029

              Fadly Rahman  1113054000018

Tugas UAS Antropologo Budaya

Dosen : Dr. Tantan Hermansyah M.Si.

 

( BUDAYA PESANTREN )

A. PENDAHULUAN

 

Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Ia adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian. Tidak jarang beberapa tesis dan disertasi menulis tentang lembaga pendidikan Islam tertua ini.

 

Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini adalah karena "modelnya". Sifat keislaman dan keindonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Walau di tengah suasana yang demikian, yang menjadi magnet terbesar adalah peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara dan umat manusia yang tidak bisa dianggap sepele atau dilihat sebelah mata. Sejarah membuktikan besarnya konstribusi yang pernah dipersembahkan lembaga yang satu ini, baik di masa pra kolonial, kolonial dan pasca kolonial, bahkan di masa kini pun peran itu masih tetap dirasakan.

 

Di tengah gagalnya sebagian sistem pendidikan dewasa ini, ada baiknya kita menyimak kembali sistem pendidikan pesantren. Keintegrasian antara ilmu etika dan pengetahuan yang pernah dicanangkan pesantren perlu mendapat perhatian, sehingga  -paling tidak-  mengurangi apa yang menjadi trendi di tengah-tengah pelajar dan pemuda kita: TAWURAN.

 

A.    Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

v Pondok pesantren Dahulu

Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi.

 

Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.

 

Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren walau dengan segala kesederhanaannya. Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.

 

Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab turost atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat porsi mayoritas. Ha litu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan materi  fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila sebagian pakar meneybut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu bersifat "fiqih orientied" atau "nahwu orientied".

 

Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi "ijazah" dari sang Kyai.

 

Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Timur.

 

Pesantren dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan dan masa studi telah terjadi pembenahan. Contoh bentuk terakhir ini terdapat pada Pondok Pesantren Tebu Ireng dan Tegalrejo.

 

v PESANTREN KINI

Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada dua periodisasi; Periode Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem, metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak menafikan adanya pesantren sebelum munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel muncul, telah berdiri pesantren yang dibina oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Demikian juga halnya dengan Gontor, sebelumnya telah ada –yang justru menjadi cikal bakal Gontor- pesantren Tawalib, Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada besarnya pengaruh kedua aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia.

 

Sifat kemodernan Gontor tidak hanya terletak pada bentuk penyampaian materi yang menyerupai sistem sekolah atau perkuliahan di perguruan tinggi, tapi juga pada gaya hidup. Hal ini tercermin dari pakaian santri dan gurunya yang mengenakan celana dan dasi. Berbeda dengan aliran Ampel yang sarungan dan sorogan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat para Kyai salaf menekankan perasaan anti kolonial pada setiap santri dan masyarakat, hingga timbul fatwa bahwa memakai celana dan dasi hukumnya haram berdasarkan sebuah hadist yang berbunyi: "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (golongan), maka dia termasuk golongan itu".

 

Dalam hal ini, Gontor telah berani melangkah maju menuju perubahan yang saat itu masih dianggap tabu. Namun demikian bukan tidak beralasan. Penggunaan dasi dan celana yang diterapkan Gontor adalah untuk mendobrak mitos bahwa santri selalu terkebelakang dan ketinggalan zaman. Prinsip ini tercermin dengan masuknya materi bahasa inggris menjadi pelajaran utama setelah bahasa Arab dan agama, dengan tujuan agar santri dapat mengikuti perkembangan zaman dan mampu mewarnai masyarakat dengan segala perubahannya.

 

Beberapa reformasi dalam sistem pendidikan pesantren yang dilakukan Gontor antara lain dapat disimpulkan pada beberapa hal. Di antaranya: tidak bermazdhab, penerapan organisasi, sistem kepimimpinan sang Kyai yang tdak mengenal sistem waris dan keturunan, memasukkan materi umum dan bahasa Inggris, tidak mengenal bahasa daerah, penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan percakapan, olah raga dengan segala cabangnya dan lain-lain. Oleh karena itu Gontor mempunayi empat prinsip, yaitu: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas dan berpengetahuan luas.

 

Langkah-langkah reformasi yang dilakukan Gontor pada gilirannya melahirkan alumni-alumni yang dapat diandalkan, terbukti dengan duduknya para alumni Gontor di berbagai bidang, baik di instansi pemertintah maupun swasta. Bila mazdhab Ampel telah melahirkan para ulama, pejuang kemerdekaan  dan mereka yang  memenuhi kebutuhan lokal, maka Gontor telah memenuhi kebutuhan di segala sendi kehidupan di negeri ini. Atas dasar itu pula penulis membagi sejarah sistem pendidikan pesantren kepada dua pase; pase Ampel dan pase Gontor.

 

Satu persamaan yang dimilki dua madzhab ini adalah bahwa kedua-duanya tidak mengeluarkan ijazah negeri kepada alumninya, dengan keyakinan bahwa pengakuan masyarakatlah sebagai ijazahnya.

 

Langkah reformasi di atas tidak berarti Gontor lebih unggul di segala bidang, terbukti kemampuan membaca kitab kuning (turost) masih dikuasai alumni mazdhab Ampel dibanding alumni mazdhab Gontor.

 

v PEMBAHARUAN DI BIDANG FURU'

Yang dimaksud perubahan di bidang furu' di sini adalah beberapa perubahan pada beberapa bidang yang dilakukan sejumlah pondok pesantren yang berkiblat atau mengikuti Gontor. Seperti perubahan kurukulum dan aktifitas pesantren. Hal ini terjadi karena dipandang masih adanya beberapa kelemahan yang ditemukan pada Gontor. Atau karena adanya kebutuhan masyarakat di mana pesantren itu berada. Untuk mengisi kekurangan di bidang penguasaan kitab kuning umpamanya, beberapa pesantren memasukkan kitab kuning sebagai sylabus, meskipun jam pelajarannya berada di luar waktu sekolah, seperti halnya yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Sistem kombinasi (perpaduan) mazdhab Gontor dan Salaf ini belakangan banyak diterapkan di tengah tumbuhnya pesantren-pesantren. Pengajaran kitab kuning pun tidak lagi menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar sebagaimana yang ditemukan pada pesantren Salaf, meskipun demikian metode pembacaannya (secara nahwu) masih mengikuti mazdhab Salaf, yaitu menggantikan "Utawi-Iku" dengan "Bermula-Itu" pada kedudukan mubtada  dan khobar. Di sisi lain sejumlah pesantren mengikuti sylabus Depag atau Depdikbud. Hal itu karena didorong tuntutan masyarakat yang menginginkan anaknya menggondol ijazah negeri setelah menyelesaikan studinya. Sebagai konsekwensinya, mau tidak mau beberapa materi yang terdapat pada Gontor dikurangi mengingat jatah kurikulum pemerintah tadi. Atau paling tidak beberapa jam pelajaran dibagi-bagi untuk memenuhi kurikulum tadi. Sehingga bobot Gontornya sedikit berkurang. Namun demikian, langkah ini membantu para alumninya melanjutkan pendidikan di mana saja karena  adanya ijazah negeri. Bentuk terakhir ini kita dapatkan pada Pondok Pesantren Daarun Najah, Daarul Qolam dan pesantren-pesantren sekarang pada umumnya.

 

v KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PENDIDIKAN

Pemerintah melalui Departemen Agama telah mengeluarkan kebijaksanaannya dalam pendidikan, yaitu dengan SK Menag tentang penyelenggaraan pendidikan agama. Maka berdirilah MI, Mts, Madrasah Aliyah dan IAIN dengan tujuan mencetak ulama yang dapat menjawab tantangan zaman dan memberi kesempatan kepada warga Indonesia yang mayoritas muslim mendalami ilmu agama. Ijazah pun telah disetarakan dengan pendidikan umum sesuai dengan SK bersama tiga menteri (Menag, Mendikbud, Mendagri). Dengan demikian lulusan madrasah disetarakan dengan lulusan sekolah umum negeri.

 

Namun demikian, setelah berjalannya proses kebijakan tersebut, terbukti masih terdapat kelemahan-kelemahan, baik mutu pengajar, alumni (siswa) dan materinya, sehingga cita-cita  mencetak ulama yang handal kandas di tengah jalan. Ha lini terbukti masih dominannya lulusan pesantren dalam soal keagamaan. Bahkan lulusan madrasah dapat dikatakan serba tanggung, menjadi seorang profesional pun tidak, ulama pun tidak, Tidak heran bila banyak suara sumbang dan kritikan tajam bahwa SK bersama tiga menteri di atas hanya sebuah upaya pengikisan Islam dan keilmuannya melalui jalur pendidikan. Sehingga pada waktunya nanti Indonesia akan mengalami kelangkaan ulama. Ini terbukti dengan menjauhnya masyarakat dari madrasah. Mereka lebih bangga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah umum. Alasannya sederhana, lulusan madrasah sulit mencari pekerjaan dibanding lulusan sekolah umum, walaupun pendapat ini tidak seluruhnya benar, tapi demikianlah yang kini berkembang di masyarakat.

 

Lebih ironi lagi, pemerintah melarang alumni pondok pesantren non kurikulum pemerintah untuk masuk IAIN. Alasannya karena mereka tidak memiliki ijazah negeri atau karena ijazah pesantrennya tidak disetarakan dengan ijazah negeri. Akibatnya IAIN hanya diisi oleh lulusan-lulusan madrasah dan sekolah umum yang note bone mutu pendidikan agamanya sangat minim. Padahal di tengah-tengah suasana globalisasi dan keterbukaan , kwalitaslah yang menjadi acuan, bukan formalitas.

 

Fenomena di atas membuat beberapa pesantren mengadakan ujian persamaan negara dan mengadopsi kurikulum pemerintah. Dan tentu saja segala konsekwensi yang telah disebut di atas akan terjadi. Di samping karena hal itu menjadi tuntutan masyarakat.

 

Kegiatan belajar-mengajar di lembaga ini sama dengan pesantren, Ia juga mempunyai nilai plus yang tidak didapatkan di sekolah umum biasa. Untuk menghasilkan alumi yang handal, lembaga ini menyaring calon siswanya dengan ujian masuk yang ketat. Kemampuan IQ dan intelejensi menjadi prioritas dalam menerima para siswa. Fasilitas yang memadai menjadi daya tarik minat masyarakat walau harus membayar dengan harga tinggi. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bahkan sebagian lapisan masyarakat merasa bangga dengan bayaran tinggi karena sesuai dengan mutu dan fasilitas.

 

Apakah bentuk pendidikan ini telah berhasil dan dianggap sukses?.  Belum tentu, selain belum lahirnya para alumni model ini, sistem pendidikan akan terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan zaman. Bahkan kemungkinan bentuk terakhir ini tidak mampu berjalan selama kurun satu atau dua dasawarsa ke depan.

 

B.     Keadaan Masyarakat Dahulu Sampai Sekarang

 

            Kalo dahulu respon masyarakat adalah senang atau gembira karena di bangunnya pondok pesantren daarul rahman dan bisa di jadikan tempat untuk belajar mengaji atau kegiatan ke islaman seperti maulidan atau acara peringatan ista wal mi'raj dan lain-lain. Oleh karena itulah respon masyarakat dahulu senang atau gembira. Adapun respon masyarakat sekarang kurang berkenan karena adanya pondok pesantren daarul rahamn ini karena sudah banyak sekolah-sekolah lain yang anggapan masyarakat di daerah lingkungan pondok tersebut bahwa lebih baik anaknya di sekolahkan di luar karena lebih berkualitas di banding pondok pesantren oleh karena itulah sedikit demi sedikit para santri berkurang, akan tetapi setelah kami surpai ke pondok pesantren tersebut di tembok pesantren tertulis "Sedikit Tapai Berkualitas Ketimbang Bnayak TAPI Tanpa kualitas".

 

C.     Modal Awal Berdirinya Pesantren Daarul Rahman

             

     Pada awalnya itu bukan pondok pesantren daarul rahman akan tetapi madrasah ar'rahman yang cikal bakalnya itu adalah tanah wakaf yang di berikan oleh Alm KH. Abdurahman Bin Naedi nah karena dulu alm sangat suka dengan cara KH. Syukron ma'mun berdakwah maka di amanah kanlah tanah tersebut untuk mendirikan yayasan atau pendidikan nah khususnya pendidikan islam agar kedepanya untuk amal solehnya beliau nanti nah dari sebidang tanah ini kemudian di kembangkan dengan biyaya sendiri dari KH. Syukron ma'mun dari hasil beliau berdakwah dari satu musolah ke musolah lain dari satu kampung ke kampung lain dan bahkan dari dalam kota sampai ke luar kota dan di iringi di sertai dengan kerja sama  dangan kiyai-kiyai yang ada di sekitar lingkungan yang pertama :

·       Kh. Antung Ghozali BA (Alm)

·       Kh. Abdul Qodir rahman(Alm)

·       Kh. Ulaimi Hatami MA

·       Kh. Masyhuri Baidlowi MA

 

D.     Proses Belajar Mengajar Ponpes Daarul Rahman

 

     Proses belajar mengajar pondok pesantren daarul rahaman dari sistem yang makro ponpes daarul rahman tidak mengikuti kurikulum dari DEPAG atau ke diknas, KH. Syukron berkata "kalaou Al-Azhar membikin kurikulum sendiri dan di akui oleh seluruh dunia" maka KH. Syukron mamun punya ambisi atau ke inginan ponpes daarul rahaman ini menjadi salah satu model atau percontohan kurikulum, sehingga tidak merujuk ke depag atau kediknas  tapi dengan perjuangan beliau lah ahirnya pada tahun 1998 atau 1999 itu di berikan SK ADALAH (SK PERSAMAAN) adapun sistem kegiatan belajar-mengajar ada sistem vormal dan adapun sistem non-vormal. Yang vormal di mulai dari solat subuh.

·       Pengajian al-qur'an untuk kelas satu tsanawiyah

·       Pengajian kitab kuning untuk kelas dua Tsanawiyah ( Fathul Qorib )

·       Pengajian kitab kuning untuk kelas tiga ( fathul qorib dan jurmiyah)

·       Dan untuk aliyah dari kelas 1 sampai klas 3 pengajian kitab kuning ( fathul muin)

Dari jam 06.00 WIB sarapan pagi dan pukul 07.20 masuk kelas sampai jam 12.40 dan ada tambahan untuk hari selasa dan sabtu setiap pagi jam 06.30 sampai jam 07.00 ada upacara bahasa arab dan inggris atau dalam istilah santri (muhadtasah) dan di lanjutkan lagi pulang sekolah kemudian ishoma samapai datang waktu ashar berzamaah setelah sholat ashar itu belajar mengaji lagi dan biasanya di isi dengan belajar bahasa Arab dan Nahwu Shorof, sampai dengan jam 05.00 sore. Lalu kemudian para santri mandi untuk bersiap-siap sholat magrib berzamaah, setelah sholat magrib ada pengajian lagi, untuk tsanawiyah kitab fathul qorib dan untuk alaiyah kitab fathul muin sampai dengan jam datang nya sholat isya setelah sholay isya para santri di wajibkan masuk ke kelas untuk mengulang pelajaran-pelajaran yang tadi pagi di ajari oleh para guru-guru. ( belajar malam ) samapi dengan jam 10.00 malam dan dari jam 10.30 para santri di wajibkan istirahat. Adapun untuk ekstra kulikuler dari hari senin selasa rabu kamis jumat itu eskul seni dari bidang marawis hadroh dan kosidah menurut jadwal yang sudah di tentukan oleh pengurus dan adapun untuk hari sabtu dan malam minggu sabtu siangnya latihan pidato berbahasa arab dan inggris dan malam minggunya khusus pidato bahasa arab.

 

E.     Berhubungan Dengan Pihak Luar   

 

            Pondok pesantren daarul rahaman ini dari dahulu sampai sekarang tidak ada kerja sama dengan pihak lain karena ijaza pondok pesantren itu sudah di akui oleh pemerintah atas berkat jerit payah kh. Syukron ma'mun sendiri.

 

F.      Impek Terhadap Masyarakat

 

·       Pendidikan

 

Beberpa studi empiris tentang pendidikan Islam di Indoensia menyimpulkan masih terdapatnya beberapa kelemahan. Karena itu kini banyak ditemukan beberapa lembaga pendidikan alternatif yang mengakomodir berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah-sekolah unggulan, SMP Plus, SMU Terpadu yang kini banyak berdiri merupakan respon dari fenomena di atas. Tidak jarang kini ditemukan SMP atau SMU yang berasrama seperti halnya pondok pesantren. Dipergunakannya nama "SMP" dan "SMU" di atas hanya lebih karena dorongan kebutuhan market (pasar). Sebab, nama pondok pesantren pada sebagian masyarakat masih dianggap kolot dan ketinggalan zaman.

 

Bentuk pendidikan ini dilengkapi dengan kurikulum yang tidak kalah dengan yang terdapat pada pesantren dan sekolah umum. Terbukti adanya sejumlah sekolah ini yang melahirkan "Huffadz" (penghafal al-Quran) padahal lahir dari sebuah SMP atau SMA.

 

Di sisi lain, bentuk lembaga ini merindukan pudarnya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum agar integritas keduanya berjalan bersama-sama sebagaimana yang pernah ditemukan dunia Islam masa silam. Inilah mungkin yang pernah diungkapkan oleh KH. Zainuddin MZ sebagai "Hati Mekkah, Otak Jerman". Walaupun semboyan ini tidak seluruhnya benar. Soalnya, pendidikan Islam harus bersemboyan "Hati, Otak dan jiwa harus Islami", dan ini telah terbukti dengan lahirnya ilmuwan-ilmuuwan Islam di zaman keemasan.

 

·       Ekonomi

 

Biaya pondok pesantren daarul rahman ini dari usaha jerit payah kh. Syukron ma'mun melalui berdakwahnya. Dan adapun sumbangan dari wali-wali santri yang anaknya mesantren di daarul rahaman.

·       Sosial

 

Pandangan masyarakat sekitar pada adanya pondok pesantren ini sangat senang di karenakan akan memberi berkah kepadanya oleh karena itu pondok pesantren ini banyak yang mendukung samapai sekarang.

 

G.   Profil Pendiri Pondok Pesantren Daarul Rahman

 

Nama              :  Kh.Syukron Ma'mun

Lahir:              : Sampang, madura jawa timur 21 desember 1941

Keluarga:        :  Ayah kh. Ma'mun nawawi

                           Ibu hj.masturoh

                          Anak 1: ust. H. ahmad zainal ridlo

                          Anak 2: ust.H.  Ahmad faiz

                          Anak 3 : ustz. Hj. Qonita lutfiyah

                          Anak 4 : ust. H umar faruq

Pendidikan       : Sr (SD) dan madrasayah miftahul ulum di sampang dan sekolah guru di sampang, pesantren salafiyah pasurwan jatim, pesantren gontor ponorogo jatim, dan insitut darussalam gontor.

Karir                : pendiri ikatan pemuda NU di sampang, ketua umum lembaga dakwah NU, pengasus daarul rahman , ketua umum ittihadul mubalighin, dan ketua umum partai nahdatul ulama.

Alamat             : Jl. Senopati dalam No 35 Kebayoran Baru jakarta selatan

 

Kalau saja tidak bercita-cita jadi kiyai, Kh syukron ma'mun barang kali jadi guru SD, selepas guru di madura, anak kedua dari empat belas sodara ini ahirnya mengabaikan SK pengangkatan sebagai guru dan memilih memperdalam ilmu agama islam, hal ini memang sesuai dengan keinginan ayah nya, seorang kiyai.

Di pesantren salafiyah, pasurwan, jawatimur, beliau menimba ilmu dari kitab kuning selama 2 thun kemudian melanjutkan ke pesantren gontor, ponorogo, setelah 9 thn di gontor -5 thn menimba ilmu, 4 thn mengajar anak sampang madura itu masuk institut darusalam masi di gontor, ia sarjana angkatan pertama dari pergurian gontor kelak di kemudian hari ilmu yang di timba dari pesantren itu di kombinasikan di pesantren daarul rahman di jakarta, yang di pimpinnya.

Hijrahnya dari gontor ke jakarta berkata ajakan KH, idam Kholid, mentri agama dan juga ketua umum PBNU nahdatul ulama di jaman ptresiden soekarno, tinggal satu rumah dengan Kyai idam Kholid, kyai syukron berkesempatan belajar ilmu politik dan organisasi dari nya. Saat itu ada keinginan keluar negri tapi, karena mulai sibuk dalam kegiatan sosial katanya; ahirnya saya memutuskan berkecimpung di masyarakat saja, ke masjid-masjid" dalam benaknya walaupun belajar keluarnegri seperti di universitas negri di mesir pulang nya juga ke mesjid juga.

Jalan lempang untuk mendirikan pesantren terbuka setelah menikah dengan afifah nur, pada 1971 oleh H. Abdurahmanaedi, orang betawi asli yang punya tanah luas beliau di beri lahan. Di jalan senopati jakarta selatan, di atas tanah itu, beliau dan rekan-rekanya yaitu,

·        Kh. Antung Ghozali BA ( senior beliau di gontor)

·        Kh. Abdul Qodir rahman ( putra KH. Abdrahman naedi)

·        Kh. Masyhuri baidlowi MA

Memulai dengan membangun madrasah ibtidaiyah, kemudian pada tahun 1975 beliau mendirikan ( dan sekalian mengasuh) pondok pesantren daarul rahman, pesantren ini menggunakan sistem pendidikan gabungan antara kurikulum pesantren salafiyah ( tradisional ) dan pesantren gontor, ponorogo ( Moderen ).

Dari gontor beliau memperoleh kemahiran berbahasa arab dan ber bahasa inggris serta scara-cara berorganisasi, sedangkan drai salafiyah beliau mendalami kitab-kitab kuning, tapi karena menggunakan kurikulum sendiri dan tidak ikut ujian negara, ijaza dari daaru rahman tidak di akui oleh pemerintah orde baru, barulah setelah melalui perjuangan panjang mentri pendidikan nasional di jaman revormasi, Bpk malik fajar mengeluarkan SK bahwah daarul rahman tidak usah mengikuti kurikulum pemerinta, tidak usah ikut EBTA/EBTANAS, cukup menjalan kan kurikulum yang ada di pondok tapi ijazanyakan disamakan oleh ijaza negri.

Dalam pandangan pak kiyai syukron ma'mun, penyeragaman kurikulum dapat mengakibatkan orang mengabaikan kualitas" mestinya pemerintah membebaskan kurikulum, nanti pemerintah yang melaksanakan ujian negara",

Katanya, ia pun mencontokan universitas al-azhar dan cali vornia universiti atau america serikat yang tidak menggunakan kurikulum pemerintah, tapi perpacu untuk maju hingga di akui oleh masyarakat" yang paling penting bagi pendidikan adalah pengakuan masyarakat" ia menegaskan.

Saat ini, selain tetap pengasuh pondok pesantren daarul rahman jakarta depok dan bogor beliau aktiv di organisasi politik mulai partai NU (nahdartul ulama) beliau termasuk pendiri PPP pada tahun 1998 mendirikan PNU (partai nahdatul umah) kemudian berganti baju menjadi PPNUI dan pada tahun 2008 beliau pulang kandang ke PPP atas permintaan ketua umum PPP dengan MOU.

Pendiri dan mantan ketua umum partai persatuan nahdatul umah (PPNI) kh, syukron ma'mun beliau sosok pemimpin yang bersahaya dan tidak rakus kekuasaan di jjabatan"saya mendirikan partai politik bukan untuk mencari kekuasaan atau jabatan, tapi untuk berdakwah bagai mana cara politik yang santun dan berahlak" katanya, dan tatkala beliau untuk bergabung kembali kerumah PPP, beliau tidak asal bergabung ke PPP ada MOU atau perjanjian yang di sepakati bersama.


"Saya masuk ke PPP pakai MOU jadi tidak sembarangan, karena saya prihatin dengan puluhan partai yang ada saat ini banyak partai islam yang justru masi partai kecil, jadi suaranya tak bisa bersatu untuk pemberharuan" tutur kh. Syukron ma'mun sesuai jumpa pers di kantor DPP PPP Jl. Diponogoro jakarta, hari ini ( jum'at 23 januari 2009)

Adapun isi memorindum of understending (MOU) yang telah di sepakati yang pertamah.

1.      Suapaya PPP konsisten dengan visi misi nya

2.       Agama dalam hal ini agama islam hendaknya tak di jadikan alat bagi parpol untuk memperoleh suara

3.      Saya ingin ppp melakukan penyegahan artinya dalm hal pengurusan ada regenerasi, ada jangka waktu dari pengurus yang menjadi anggota legislatif yakni 2 atau 3 periode saja " tegas kh, syukron ma'mun.

Melalui partai yang berlandas islam ini  ia ingin mengabdi pada negara dengan memberikan masukan di bidang hukum ekonomi dan lain-lain.

Meski sibuk ia merasa tak ada amsalah dengan pengaturan waktu" dakwah jalan, keluar negri jalan" tuturnya demikian pula dengan pendidik anak-anaknya, saya di rumah sebagi suri teladan, bagai mana saya solat, mengajarkan semua suri teladan untuk anak-anak saya"

Begit juga untuk seluruh santrinya beliau berharap akan banyk penerus-penerus yang akan menjadi seperti dirinya, dan akan lebih baik jika ada yang dapat melebihi beliau. Sudah sepantsnyalah beliau menjadi salah satu idola kita beliau yang tak pernah putus asa, selalu berusaha mengapai cita-citanya. Segala keberanian beliau dalam membela kebenaran juga kepatuhan beliau akan orang tua dan guru-guru beliau sangatlah patut kita teladani.

 

PENUTUP

A. Kesimpulan

 

 

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren daarul rahman ini telah banyak memberikan andil bagi bangsa Indoneisa, baik dahulu maupun kini.

Maka dari itu pondok pesantren daarul rahman ini yang di dirikan oleh Kh. Syukron ma'mun hasil dari usaha beliau sendiri melalui berdakwanya dari satu kampung sampai ke kampung lain dari dalam kota sampai luar kota dan adapun sistem kulikuler nya ponpes ini tidak mengikuti kulikules dari depag atau diknas karena beliau pun mengikuti Al-azar yang ada di kairo mesir. Dan adapun pondok pesantren ini bercabang yang pertama

v Daarul rahamn I yang letak nya di jakarta

v Daarul rahman II yang letaknya di Bogor

v Daarul rahman III yang letaknya di sawangan Depok

Daarul rahman ini sudah memiliki banyak alumni-alumni adapun alaumni yang sudah jadi ust dan ustza, guru pesantren dan lain-lainya.

Kehandalan pondok pesantren ini selama berabad-abad, walau dengan segala kesederhanaannya masih menjadi harapan umat Islam sebagai benteng satu-satunya bagi umat Islam dan kelimiahannya. Karena dari sanalah lahir generasi-generasi yang melanjutkan da'wah Islam. Tidak aneh bila ada anggapan bahwa para orientalis mulai menggeluti sosiologi pesantren untuk mencari titik yang dapat melemahkan kesinambungannya demi pengikisan Islam di Indonesia, baik melaui cara halus.

Oleh karena itu perlu adanya upaya memberi materi Islam secara kaffah, kamil dan mutakamil. Sehingga pemahaman dan sikapnya terhadap Islam pun bersifat komprehensif, dan tidak sepenggal-penggal.

            Dan yang sudah kami baca dari bukunya nurholis madjid beliau membicarakan pesantren kata beliau yang pertama mengembangkan pesantren moderen di bandingkan dengan pesantren salaf di karenakan dari sistem pembelajaranyapun kurang berkualitas maka oleh karena itu beliau meningkatkan pondok yang moderen supaya generasi-generasi kedepanya ada peluang untuk membangun keislaman khususnya di indonesia sendiri.

B.    Motto Ponpes daarul rahman

 

1.     Siap di pimpin dan siap memimpin

2.     Sebelum patah sudah tumbuh

 

C.    Dokumentasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Nurkholis Madjid Bilik-Bilik Pesantren paramadinah dian rakyat Hlm 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini