Minggu, 25 November 2012

Laporan ke 4 Imas Hayati Nufus KPI 1E

Nama                 : Imas Hayati Nufus
Nim                    : 1112051000159
Tugas                 : Laporan IV
KELEBIHAN SEBUAH LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS PESANTREN
a.      Latar Belakang
Sebuah pendidikan  yang sempurna tidak hanya sebatas mendidik ilmu-ilmu yang bersatandar nasional melainkan juga ilmu-ilmu agama, tentunya sangat penting untuk di pelajari oleh umat manusia. Bukan hanya untuk umat Muslim, melainkan untuk seluruh manusia. Karena agama menyangkut urusan moral dan akidah seorang manusia. Khususnya bagi umat Muslim, karena agama adalah pokok dari segalanya. Ilmu dunia tanpa ilmu agama akan terasa tidak seimbang. Karena hanya kenikmatan dunia saja yang akan di dapatkan. Sedangkan akhiratnya tidak akan ia dapatkan.
Senada dengan hal ini. Pesantren, sebuah lembaga islam yang memberikan pendidikan  ilmu nasional dan ilmu agama sudah nampak banyak mengisi pelosok-pelosok tempat di berbagai daerah. Karena melihat begitu pentingnya agama maka tidak sedikit orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya di pesantren. Meskipun mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggin, namun mereka tidak pernah merasa rugi demi ilmu-ilmu agama yang di ajarkan di pesantren.
b.      Pertanyaan Pokok
1)      Apa manfaat belajar di sebuah lembaga pendidikan agama  yang berbasis pesantren?
Pertanyaan ini di ajukan guna mencari tahu apa manfaat dan kelebihan belajar di lembaga pendidikan agama yang berbasis pesantren. Serta mengetahui seberapa penting unsur-unsur agama.
c.       Metode Penelitian
Objek yang menjadi penelitian kali ini adalah sebuah tempat belajar umat Muslim yang berbasis asrama (pesantren). Yaitu, Pondok Pesantren al-Washilah Yang bertempat di daerah Kembangan Utara, tepatnya terletak di jl. Kp. Baru no. 20, Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada hari kamis, 21 november 2012. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana kegiatan –kegiatan di dalam pesantren ini berjalan setiap harinya. Jenis metodelogi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metodelogi penelitian kualitatif. Metode ini bersifat alamiah yang tidak sama sekali menggunakan grafik maupun hitungan matematis dengan rumusan statistik. Metode ini juga dapat memberikan data yang lengkap secara deskriptif secara lisan maupun tulisan.
d.      Gambaran Tokoh
Infomasi penelitian kali ini saya dapat dari bapak H. Muhammad Sahidi Rahman, MA selaku lurah dari pesantren al-Washilah. Di samping beliau menjabat sebagai lurah di pesantren al-Washilah, beliau juga aktif sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di kota Serang-Banten. Bapak H. Muhammad Sahidi Rahman, MA ini sudah terbilang cukup lama mengajar di pondok pesantren al-Washilah.
e.       Analisis
Di lihat dari namanya, "Pondok Pesantren" sudah dapat kita simpulkan bahwa pendidikan yang ada di dalam lembaga tersebut mencakup pendidikan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama.  Anak didiknya  pula harus bermukim di pondok tersebut, karena pondok identik dengan tempat bermukim.
 "al-Washilah" Lembaga pendidikan yang berbasis pesantren ini sangat membantu umat muslim pada zaman sekarang  ini, khususnya para remaja yang kebingungan karena semakin hari  semakin merosot pendidikan keagamaannya. Khususnya perilaku moralnya, yang semakin hari semakin mengikuti perkembangan zaman yang kian melupakan budaya sopan santun yang di ajarkan agama, khususnya adab terhadap orang tua. Di pesantren pelajaran moral di ajarkan melalui teladan para ustadz dan ustadzahnya, dan juga kakak-kakak kelasnya. Yang kecil harus menghormati yang besar, dan yang besar harus pula menghargai yang kecil. Dalam pada itu, hal moral ini di ajarkan juga melalui kitab akhlak al-banin. Yaitu pelajaran mengenai adab terhadap orang tua, guru, dan sesame manusia.
Pondok Pesantren al-washilah ini sudah cukup lama berdiri,  yaitu pada tahun 1988 di atas tanah yang luasnya + 8.000 m yang bertempat di jl. Kampung Baru no. 20. Mulanya, pesantren ini bergerak hanya sebatas dalam bidang pendidikan informal. Seperti pengajian majelis ta'lim, kuliah umum di bulan ramadhan, festival qasidah dan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya.
Setelah mengantisipasi kemajuan zaman yang pesat. Dr. KH. Ahmad dasuki Adnan, SH, MA memandang pendidikan agama sangatlah penting untuk mengimbangi pendidikan umum. Maka tepatnya pada tahun 1989 podok pesantren ini membuka pendidikan TK, TPA, MTS, SLTP, SLTA (SKM I dan II) dan juga perguruan tinggi.
Meskipun demikian, kurikulum yang di gunakan dalam pesantren al-Washilah ini menggunakan  dua kurikulum dalam kegiatan belajar mengajarnya. Karena salah satu misi dari pesantren al-Washilah ini adalah mengkombinasikan Kurikulum pondok pesantren dengan kurikulum pendidikan nasional. Sehingga, mereka mengkombinasikan dua kurikulum ini dengan cara; kurikulum diknas pada pagi hari, dan kurikulum pondok pesantren pada siang hingga malam hari.
 Pada dasarnya, pesantren ini tidak menghilangkan unsur agama yang kuat di dalam sistem belajar mengajarnya. Karena sebagian besar aktifitas yang ada di dalam pesantren tersebut lebih condong kepada keagamaannya. Meskipun pesantren ini memiliki dua kurikulum, kurikulum  pendidikan nasional dan kurikulum pendidikan agama. Namun, kurikulum pendidikan agama tetap di prioritaskan di dalam kegiatan-kegiatannya serta belajar mengajarnya. Karena memang tujuan awal pendiri pondok pesantren ini demikian. Tidak meninggalkan aspek kesalafiannya meskipun ia pondok pesantren yang berbasis modern.
Walaupun pesantren ini masih terbilang pesantren yang masih seumur jagung karena belum bisa menyaingi pesantren-pesantren yang sudah di kenal oleh masyarakat banyak. Namun, sudah banyak prestasi-prestasi yang di raih oleh pesantren ini, yaitu meraih juara dalam berbagai kegiatan serta berbagai event bertaraf daerah, provinsi maupun tingkat nasional.
Memang biasanya pada awalnya, para santri baru merasa tidak kerasan berada di dalam pesantren, karena di dalam pesantren terdapat peraturan-peraturan yang jika di langgar mereka akan mendapat hukuman. Tidak memandang apakah santri tersebut berasal dari kalangan atas atau kalangan bawah. Sehingga biasanya ini menjadi alasan mereka agar dapat keluar dari pesantren tersebut. Namun, justru dari peraturan-peraturan dari pesantren itulah yang secara tidak langsung mendidik mereka menjadi orang  yang  mandiri. Di pesantren juga para santri di ajarkan untuk terbiasa hidup sederhana, yaitu melalui makan yang serba apa adanya. Ini bertujuan agar para santri bisa menjadi orang yang sederhana.
Bukan hanya itu, masih banyak manfaat-manfaat belajar di sebuah lembaga pendidikan agama yang berbasis pesantren.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini