Senin, 21 April 2014

FittaFauziah_TugasV_KonsepPenelitianSosiologi

A. Latar yang membelakangi tingkat ekonomi mempengaruhi budaya masyarakat

Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan
sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial maupun
ekonomi. Fenomena munculnya pengemis diindikasikan karena himpitan
ekonomi yang disebabkan sempitnya lapangan kerja, sumber daya alam
yang kurang menguntungkan dan lemahnya sumber daya manusia (SDM).
Praktek mengemis merupakan masalah sosial, di mana mereka dianggap
telah menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku. Mereka
adalah orang sehat dengan kondisi tubuh yang tidak kurang apapun (Bina
Desa, 1987 : 3). Antropolog Parsudi Suparlan (1986; 30) berpendapat
bahwa gelandangan dan pengemis sebagai suatu gejala sosial yang
terwujud di perkotaan dan telah menjadi suatu masalah sosial karena
beberapa alasan. Pertama, di satu pihak menyangkut kepentingan orang
banyak (warga kota) yang merasa wilayah tempat hidup dan kegiatan
mereka sehari-hari telah dikotori oleh pihak gelandangan, dan dianggap
dapat menimbulkan ketidaknyamanan harta benda. Kedua, menyangkut
kepentingan pemerintah kota, di mana pengemis dianggap dapat mengotori
jalan-jalan protokol, mempersukar pengendalian keamanan dan mengganggu
ketertiban sosial. Tidak ditemukan data secara pasti yang mencatat
sejak kapan munculnya tradisi mengemis. Akan tetapi, beberapa informan
mengatakan bahwa tradisi mengemis itu telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, antara tahun 1930-1940an. Bertahannya budaya mengemis
tersugesti oleh 'filsafat hidup' yang dipegang oleh leluhur bahwa
kalau ingin kaya harus miskin dulu, di mana miskin dimaknai dengan
susahnya untuk mempertahankan hidup, sehingga pemikiran itu mendorong
orang untuk giat bekerja dan berperilaku hemat dengan apa yang mereka
dapat.

Munculnya asumsi bahwa lahirnya budaya mengemis disebabkan oleh faktor
ekonomi merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Oleh sebab itu,
dalam menangani masalah pengemis diperlukan adanya kesadaran,
pemahaman yang komprehensif, baik dalam tataran konseptual, penyusunan
kebijakan sampai kepada implementasi kebijakan.


B. Rumusan Masalah

Dari realitas di atas, muncul pertanyaan mengapa masyarakat yang tidak
kekurangan secara ekonomi mau menekuni profesi menjadi pengemis,
bahkan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan
bagaimana pandangan mereka tentang profesi ini, serta nilai-nilai apa
yang disosialisasikan sehingga mendorong mereka berprofesi sebagai
pengemis.

Penelitian ini difokuskan untuk melihat secara etnografis berbagai hal
menyangkut keberadaan komunitas pengemis, khususnya menyangkut
persepsi mereka tentang profesi mengemis, bagaimana proses sosialisasi
nilai itu terjadi baik pada lingkup keluarga maupun di dalam lingkup
masyarakat (komunitas) yang lebih luas. Masalah lain yang dikaji
adalah model-model (modus operandi) dalam praktek mengemis, serta
jaringan antara pengemis yang ada di desa tersebut.

Munculnya Budaya Mengemis

Tidak ditemukan data secara pasti yang mencatat sejak kapan munculnya
tradisi mengemis. Akan tetapi, beberapa informan mengatakan bahwa
tradisi mengemis itu telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, antara
tahun 1930-1940an.

Bertahannya budaya mengemis di desa ini tersugesti oleh 'filsafat
hidup' yang dipegang oleh leluhur bahwa kalau ingin kaya harus miskin
dulu, di mana miskin dimaknai dengan susahnya untuk mempertahankan
hidup, sehingga pemikiran itu mendorong orang untuk giat bekerja dan
berperilaku hemat dengan apa yang mereka dapat.

Konsep Penelitian

Agar penelitian ini terarah sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang
diterapkan, maka perlu terlebih dahulu disusun konsep pemikiran dalam
melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini menganalisis tentang
banyaknya jumlah gelandang dan pengemis di Pusat Perbelanjaan seperti
Mall dan Pasar, Latar Belakang Pengemis, Alasan Pengemis, dimana
sasaran akhir dari program adalah meningkatkan partisipasi dari orang
lain yang mau mengeluarkan ide / pemikiran / solusi sampai
penghimpunan dana untuk membantu hidup mereka, minimal pembekalan
keterampilan mereka agar dapat berwiraswasta untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Wawancara Sample

Fitta : Assalamu'alaikum

maaf mengganggu bu boleh saya mewawancarai ibu sebentar..?

Ibu Aminah : Wa'alaikum salam, oh ia boleh de.

Fitta : Nama ibu siapa terus usia ibu berapa?

Ibu Aminah : Saya Aminah usia saya 65 tahun.

Fitta : Ibu berasal dari daerah mana?

Ibu Aminah : saya dari Bogor, de.

Fitta : sudah berapa tahun ibu tinggal dan mengemis di Jakarta terus
tinggal dimana ibu? Maaf ya bu

Ibu Aminah : ±2 tahun, disini saya tidak punya tempat tinggal, saya
tidur dimana aja sama anak-anak jalanan.

Fitta : sebab ibu rela menjadi pengemis apa bu?

Ibu Aminah : sebenarnya saya tidak mau menjadi pengemis, tapi harus
bagaimana lagi, dulu saya pemulung, dibantu oleh suami dan anak saya,
kemudian suami saya meninggal, disitu saya putus asa, ekonomi saya
semakin menipis dan saya harus ngasih makan pada anak kedua saya.
Kemudian ada ibu-ibu dikampung saya mengajak saya ikut dengannya, saya
bertanya "mau dibawa kemana bu? Terus pekerjaannya apa?" tanya saya,
ibu - ibu itu menjawab,"pokoknya ibu ikut saya, nanti juga tahu"
setelah saya ikut dengannya ternyata saya diajak mengemis di
purwakarta dan anak saya di titipkan di panti asuhan.

Fitta : oh seperti itu, terus apakah ibu tidak takut tidur dimana aja?

Ibu Aminah : tidak de, karna sudah biasa, terus anak-anak jalanannya juga baik.

Fitta : maaf buu, penghasilan ibu sehari rata-rata berapa ya bu?

Ibu Aminah : Ah saya tidak banyak de, tidak seperti orang-orang di
pusat kota sehari paling banyak 30.000, seringnya mendapat 20.000 atau
15.000.

Fitta : Dari dan sampai jam berapa ibu keliling?

Ibu Aminah : dari jam 6 sampai 3 sore atau sampai dzuhur.

Fitta : Bu, Apakah ada pengemis lain yang mengemis uangnya hanya untuk
berfoya-foya?

Ibu Aminah : Oh banyak de, mereka mengemis hanya untuk mabuk-mabukan,
senang-senang, melupakan ibadah. ibu sangat menyayangkannya, ingat ya
de kita jangan sampai ketinggalan shalat yang 5 waktu.

Fitta : Pasti bu, Insyaallah tidak akan sampai begitu. Harapan ibu
kepada Pemerintah apa?

Ibu Aminah : Harapan saya, saya ingin pemerintah memberikan pekerjaan
kepada pengemis-pengemis seperti saya, seperti rencana pemerintah di
Jakarta, yang akan memperkerjakan anak jalanan, pengemis, dll sebagai
pembersih jalan dan menggajihnya setiap bulan, itu sangat mulia
dibandingkan pekerjaan ini, tapi saya sangat menyayangkan kepada
pengemis Jakarta yang tidak mau diatur oleh Pemerintah.

Fitta : emmm gitu,, Ibu mungkin segini saja, maaf ya bu sudah
mengganggu waktu ibu, makasi atas perhatiannya.

Ibu Aminah : oh ia de sama-sama


Pengemis Anak Jalanan

1.Apakah kamu masih sekolah?
Ya, saya masih sekolah kelas V SD

2.Jika kamu masih sekolah, lantas apa yang kamu lakukan di jalanan?
Saya berada di jalanan untuk membantu ibu mencari uang dengan cara mengemis

3.Dalam semingggu, berapa kali kamu melakukan pekerjaan ini?
Hampir setiap hari aku ke tempat ini untuk bekerja, mulai siang sampai malam

4.Kapan dan di mana kamu biasa melakukan pekerjaan ini?
Saya berada di tempat ini setelah saya pulang sekolah sampai nanti
malam. Saya biasanya mencari uang di depan Cinere Mall sini

5.Sejak kapan kamu melakukan pekerjaan ini?
Saya melakukan pekerjaan ini sejak saya duduk di kelas IV SD

6.Apakah kamu masih mempunyai keluarga?
Saya masih mempunyai keluarga, tapi ayah saya sudah tidak ada. Jadi
saat ini saya tinggal bersama ibu dan adik saya

7.Bagaimana kondisi ekonomi keluarga kamu?
Kondisi ekonomi keluarga saya masih kekurangan, makanya saya bekerja seperti ini

8.Apakah penghasilan dari pekerjaan ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari?
Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan makan masih cukup, tapi jika
untuk kebutuhan yang lain masih kurang

9.Bersama siapa kamu biasa melakukan pekerjaan di jalanan ini?
Saya melakukan pekerjaan ini bersama ibu dan adik saya

10.Apa yang membuat kamu bersedia melakukan pekerjaan ini?
Saya mau melakukan pekerjaan ini karena kemauan saya sendiri untuk
membantu perekonomian keluarga dan meringankan beban ibu

11.Apa pendapat kamu tentang sekolah?
Saya merasa sekolah itu tidak enak, lebih enak bermain dengan teman
sambil mencari uang

12.Menurut kamu apakah pekerjaan ini tidak mengganggu kegiatan belajar?
Saya tidak merasa terganggu dengan pekerjaan saya sebagai pengemis disini

13.Apakah kamu tidak takut menghadapi dunia di jalanan yang keras?
Tidak, soalnya saya sudah biasa tinggal di jalanan seperti ini.
Lagipula disini temannya juga banyak

14.Permasalahan apa yang sering kamu hadapi saat kamu berada di jalanan?
Ya, saya pernah tertangkap razia paling permasalahan yang sering
timbul adalah pada saat ada razia petugas keamanan

15.Pernahkah kamu tertangkap razia petugas keamanan?
Ya, saya pernah tertangkap razia

16.Apa yang kamu lakukan pada saat ada razia oleh petugas keamanan?
Begitu saya tahu akan ada razia, saya langsung lari dan bersembunyi
ditempat yang aman

17.Apa yang dilakukan petugas keamanan kepada kamu jika kamu tertangkap razia?
Saya pernah dipukul, diinjak dan dicubit oleh petugas keamanan

18.Adakah kebahagiaan yang pernah kamu dapatkan sebagai anak jalanan?
Tidak ada, lebih enak tinggal di rumah bisa main dengan teman-teman
dantidak perlu dikejar-kejar sama petugas keamanan

19.Apa harapan dan cita-cita kamu sebenarnya?
Tidak tahu, yang jelas saya ingin bermain di rumah dengan teman-teman

20.Apa suka duka kamu saat menjadi anak jalanan?
Sukanya pada saat dapat uang banyak, kalau dukanya pada saat ditangkap
petugas keamanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini