Minggu, 02 November 2014

Dauatus Saidah_pmi3_UTS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kita telah memasuki sistem perdagangan bebas yaitu zaman globalisasi. Bagi suatu lembaga ekonomi, agar mampu bertahan dalam menjalankan proses perubahan serta penyesuaian pada kondisi perekonomian. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk membangun suatu keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Mungkin karena kesadaran kurangnya kualitas, terpaksa atau alasan lain dari sejumlah daerah telah memikirkan pembenahan SDM. setiap daerah membangun fundamen SDM jangka panjang sebagai syarat yang tidak bisa ditawar lagi bagi berhasilnya otonomi nyata daerah. Kualitas SDM merupakan faktor utama di dalam pemberdayaan ekonomi daerah, karena potensi sumberdaya ekonomi tidak dapat dikelola secara maksimal jika tidak terdapat energi dengan Sumberdaya Manusia yang berkualitas.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Perilaku atau karakter masyarakat yang tinggal di kota sebagai SDM?
2.      Apa yang menjadi perbedaan karakteristik masyarakat kota dengan masyarakat desa?
3.      Apa yang harus di kembangkan dalam meningkatkan karakteristik SDM?
4.      Pengaruh system  kerja kontrak terhadap SDM?
1.3  Tujuan
Tujuan penelitian kali ini adalah meneliti berbagai karakteristik SDM (Sumber Daya Manusia) yang kini mulai banyak di dalam perkotaan. Banyak kalangan yang mengira, ibu kota DKI Jakarta adalah gudang dari pekerjaan dan memiliki SDM yang memumpuni hampir setiap bidang. Apalagi ada yang berpendapat "modal dengkulpun bisa sukses". Akan tetapi, karakterlah yang menentukan baik tidaknya SDM tersebut, terlebih dalam perkotaan.
Pada dasarnya perkotaan adalah gudangnya informasi dari perkembangan globalisasi, karena banyaknya kalangan masyarakat di dalam perkotaan. Baik dari desa, maupun luar negri. Akan tetapi informasi tidaklah berpengaruh terhadap basic tersendiri, baik title, fisik dll. Karena itu karakter baik di butuhkan untuk meningkatkan kualitas SDM di dalam masyarakat perkotaan.
1.4  Metode Penelitian
            Penelitian ini menggunakan metode survey dan wawancara yang  digunakan untuk mendapatkan  informasi  dalam bentuk opini dari sejumlah orang terhadap isu dan topik tertentu.
 
BAB II
KERANGKA TEORI
      SDM atau yang biasa kita kenal dari kepanjangan Sumber Daya Manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif (adaptasi) dan transformative (perubahan) yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Sumber daya manusia memiliki kualitas tersendiri. Semua itu bisa meliputi
1.      potensi
Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
  • Kemampuan dasar, seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap.
  • Etos kerja, seperti ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan.
  • Kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh luar.
Potensi sendiri adalah kemampuan diri seseorang.
2.      Pengetahuan
Pengetahuan  adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal baik materi ataupun non materi. Pengetahuan juga penting untuk meningkatkan kualitas SDM dalam perkotaan
3.      fisik
fisik sangatlah penting untuk penempatan masa, pada umumnya usia sangat di nilai. Lain halnya dari yang usianya lebih tua. Jika memiliki skills yang bagus dalam karirnya, bisa saja masih produktif.
semua itu akan memunculkan karakteristik seseorang, dan bisa berpengaruh dalam sumber daya manusianya bila di kembangkan secara serentak.
      Sumber daya manusia dalam perkotaan pada umumnya sangat baik dan memumpuni, hampir setiap orang di kota memiliki penghasilan sendiri. Tidak heran pendapatan dalam suatu kota sangatlah besar, khususnya ibu kota.
      Sekarang banyak tempat-tempat untuk pelatihan tenaga kerja, seperti yayasan dll. Untuk pelatihan kualitas masyarakat perkotaan dalam menghadapi masalah SDM sendiri. Akan tetapi banyak banyak yang menginginkan pekerjaannya memiliki penghasilan yang tinggi sehingga memilih menjadi TKI . Karena itu SDM dalam perkotaan tidaklah sedikit yang pergi ke Negara tetangga. Padahal pemerintah setempat sudah memiliki Upah Minimum Rakyat.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
GAMBARAN KASUS
Pemerintah dan masyarakat sangat memahami bahwa agar negara dan bangsa tetap eksis, sangatlah diperlukan sumber daya manusia yang memiliki karakter  yang terpuji, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan tangguh, memiliki kemampuan, keterampilan , serta sehat rohani dan jasmani sehingga bangsa itu memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif. Untuk membentuk sumber daya manusia yang dicita-citakan tersebut tentunya harus dipersiapkan dan dikader sejak dini, melalui pendidikan baik secara formal maupun informal.
Anak-anak pada fase sekolah TK sampai dengan SMA adalah masa yang paling tepat bagi para orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Berbicara tentang pendidikan, terlintas dalam benak adalah "sekolah". Tetapi sesungguhnya mendidik anak, membina anak tidaklah selalu di bangku sekolah. Pada saat anak di rumah yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Guru bertanggung jawab terhadap anak-anak di sekolah, namun di saat di luar sekolah dan rumah, lingkungan memiliki peran atau andil terhadap perkembangan anak.
Sekolah Berasrama/ Boarding School. Dalam rangka membangun sumber daya manusia Perkotaan banyak sekolah yang berbentuk "Sekolah Berasrama". Di dalam kehidupan asrama ini, tampak jelas bahwa kehidupan anak-didik ditata, diatur, dan dikendalikan dengan baik, agar tujuan pendidikan tercapai. Sepintas bisa jadi orang menyatakan kondisi tersebut mengekang hak anak
1.      Di kota Jakarta, sangatlah padat dan sesak, baik dari banyaknya penduduk dan juga tingginya urbanisasi. Semua itu sangatlah mengganggu akan elektabilisasi kota Jakarta. Baik segi transportasi yang mengakibatkan kemacetan dan sumber daya manusia itu sendiri. Banyaknya lapangan pekerjaan di kota Jakarta menumbuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hampir setiap masyarakat memiliki penghasilanya sendiri. walaupun tidak sedikit pula pengangguran yang ada. Selain itu dengan kebutuhan yang tidak ada habisnya, masyarakat perkotaan sangatlah kompetitif. Karena itu pemprov DKI Jakarta member fasilitas yayasan dalam mencari pekerjaan dan pelatihanya.
Dengan adanya Upah Minimum Rakyat yang berbeda dari sebelumnya, masyarakat akan semakin terdorong untuk mencari yang lebih baik dan lebih baik lagi dan menjadikan masyarakat  kota DKI Jakarta yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dari masyarakat pedesaan.
2.      Sudah sering kita lihat jika pergi ke kampung halaman, banyak sekali persawahan yang luas. Banyak petani yang sedang menumbuk padi jika sedang panen, ada juga yang sedang memetik daun teh, dan masih banyak lagi dari keindahan di pedesaan.
Akan tetapi itu semua sangatlah monoton, hampir setengah penduduk desa adalah petani. Oleh karena itu sumber daya manusia di pedasaan sangatlah minim. Tidak semua masyarakat pedesaan bisa memiliki pekerjaannya. Tak heran mereka beralih ke kota.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA
Berikut Praktek Lapangan mengenai karakteristik Sumber Daya Manusia dalam masyarakat perkotaan:
 
Bagaimana perilaku atau karakter masyarakat yang tinggal di kota sebagai SDM? Apakah menjadi SDM yang baik atau lebih buruk dari pada masyarakat di desa!
Perilaku masyarakat perkotaan sangatlah kompetitif, di karenakan kebutuhan hidup yang sangat menekan seseorang untuk mencari pekerjaan. Karena itu sumber daya manusia di perkotaan lebih baik dari pada masyarakat pedesaan.
Bukankah seharusnya masyarakat yang ada di kota bisa menjadi SDM yang baik karena dengan mudah bisa mendapat informasi?
Ya memang, tapi tidak sedikit pula yang tidak memiliki potensi kerja dalam perkotaan? Bisa dilihat dari tingginya pengangguran di perkotaan, seperti para pengamen di jalanan, bahkan sarjana pengangguranpun ada. Semua itu tergantung kemauan usaha masing-masing.  Karena itu pemerintah setempat menyediakan fasilitas pekerjaan dan pelatihan seperti yayasan dll.
Apa yang membedakan karakteristik masyarakat kota dengan masyarakat desa?
Tentu saja beda, masyarakat desa hanya sedikit memiliki potensi yang luamayan jauh. Karena masyarakat desa sangatlah minim akan pengetahuan. Apalagi tenatang pekerjaan.  Sedangkan masyarakat perkotaan memiliki banyak informasi. Terlihat jelas dari segi karakteristik perbedaan pada potensi dari keduanya. Tapi dari perbedaan tersebut memiliki alasan tersendiri. selain pengetahuan, kebutuhan masyarakat juga berpengaruh dengan karakteristik masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota sangatlah besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup, sedangkan di desa cukup sedikit.
Apa saja yang harus di kembangkan dalam meningkatkan karakteristik sumber daya manusia dalam masyarakat perkotaan?
Pastinya selain potensi, seseorang juga harus memiliki latar belakang yang baik, karena itu setiap orang harus belajar setinggi mungkin, tidak hanya gelar yang di dapat, akan tetapi modal pengetahuan dan pengetahuan skills juga bisa di dapat jika belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi pastinya pemerintah juga harus memfasilitasi untuk pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri, apalagi dalam suatu kota adalah sesuatu PR yang besar bagi pemerintah dalam menghadapi era globalisasi ini.
Apa pengaruh system  kerja kontrak atau outsourcing terhadap Sumber daya manusia?
Kerja kontrak sangatlah berpengaruh dalam sumber daya manusia dalam suatu tempat. Karena dengan adanya itu masyarakat akan berlomba dalam mencari pekerjaan dan memunculkan masyarakat yang kompetitif dan produktif. Selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam system kerja dalam suatu daerah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB V
PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Setelah mengulas semua permasalahan, sumber daya manusia memiliki karakteristik tersendiri di setiap tempat masing. Terlebih lagi karakteristik sumber daya manusia di kalangan masyarakat perkotaan. Pada dasarnya sumber daya masyarakat di perkotaan memiliki sumber daya manusia yang baik dan produktif, akan tetapi masih saja banyak yang pengangguran sekalipun memiliki kemampuan atau potensi yang bagus. Permasalahanya adalah fasilitas yang kurang, baik segi ekonomi maupun pendidikan anak usia dini. Karena itu pemerintah perkotaan harus lebih memperhatikan masalah pendidikan dan organisasi masyarakat yang ada. Begitu pula dengan lapangan pekejaan yang baik. Sehingga masyarakat perkotaan memiliki sumber daya manusia yang produktif.
Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Hubungan sosial menurut Weber  yaitu suatu tindakan dimana beberapa aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna dihubungkan serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Masing-masing individu berinteraksi dan saling menanggapi .
Weber juga membicarakan bentuk-bentuk empiris tindakan sosial dan antar-hubungan sosial tersebut. Weber membedakan dua jenis dasar dari pemahaman yang bersifat tafsiran dari arti, dari tiap jenis pemahaman ini bisa dibagi sesuai dengan masing-masing pertaliannya, dengan menggunakan tindakan rasional ataupun emosional. Jenis pertama adalah pemahaman langsung yaitu memahami suatu tindakan dengan pengamatan langsung. Kedua, pemahaman bersifat penjelasan. Dalam tindakan ini tindakan khusus aktor ditempatkan pada suatu urutan motivasi yang bisa dimengerti, dan pemahamannya bisa dianggap sebagai suatu penjelasan dari kenyataan berlangsungnya perilaku.
Max Weber dalam (J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2006:18) mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat yaitu;
a.      Rasionalitas instrumental
Yaitu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.
b.      Rasionalitas yang berorientasi nilai
Alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.
c.       Tindakan tradisional
Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar  atau perencanaan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini