Rabu, 01 April 2015

Life History

Nama              : Rizka Hayatun Nisa

NIM                : 1112052000026

Jurusan           : Bimbingan dan Penyuluhan Islam/6

Matakuliah     : Metodologi Penelitian Kualitatif

 

 

TUGAS LIFE HISTORY

Ini adalah sebuah Life History lanjutan dari draf yang telah saya buat sebelumnya. Kisah mengenai seorang perempuan tangguh dan pekerja keras dalam meraih cita-cita yang ia bangun. Semoga dengan membaca kisah ini dapat menjadi dorongan dan motivasi bagi semua untuk meraih cita-cita dengan pantang menyerah.

Ade Fitrah Khaeriyani, perempuan kelahiran Tangerang, 28 Agustus 1979 dari pasangan bapak Cecep dan ibu Maesaroh ini, merupakan salah satu perempuan yang telah berhasil meraih impiannya, mewujudkan cita-cita yang pernah ia bangun semenjak duduk di bangku sekolah. Perempuan yang semenjak kecil tinggal di sebuah desa bernama Mekarbakti, yang terletak di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, pernah bermimpi untuk menjadi guru yang bekerja untuk negeri tercinta, mencerdaskan bangsa. Cita-cita yang beliau miliki, dikejarnya di atas pondasi nilai-nilai, baik agama maupun pengetahuan sesuai pandangannya. Ade, begitulah beliau biasa dipanggil, memiliki sebuah pandangan terhadap nilai agama dan ilmu pengetahuan. Baginya, agama memiliki nilai sebagai pedoman hidup dan pembimbing manusia agar tidak salah dalam melangkah. Tanpa agama, manusia akan bertindak dan berbuat semaunya, tanpa ada pedoman hidup. Karena dengan agama, manusia akan hidup sesuai dengan pedoman agama yang dianutnya, sebab pada hakikatnya setiap agama bertujuan untuk menjadikan umatnya berbuat baik. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan, baginya ilmu pengetahuan juga tidak kalah penting karena bernilai sebagai sesuatu yang bisa mengangkat derajat seseorang. Tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan, segala amal ibadah yang dilakukan manusia juga akan sia-sia. Demikianlah Ade menilai agama dan pengetahuan.

Mengawali pendidikan Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (MI) di sebuah sekolah kecil. Sekolah itu hanya terdiri dari dua ruang kelas, sekolah tersebut bernama Fathus Shibyan di desa sebrang tempat tinggalnya, yaitu desa Peusar, terletak di antara dua Sekolah Dasar (SD) Peusar I dan II. Semenjak duduk di bangku MI, Ade sudah menunjukkan kepandaiannya. Singkat kata, setelah menghabiskan waktu selama 6 tahun mengenyam pendidikan di sekolah yang jauh untuk bisa disebut sederhana itu, beliau melanjutkan pendidikan ke sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) swasta bernama Al-Muawannah yang terletak di kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Meski sama-sama berada di daerah Kabupaten Tangerang, Kecamatan Curug cukup jauh dari Kecamatan Panongan apabila ditempuh dengan berjalan kaki. Sehingga selama menjadi siswi MTs Al-Muawannah, beliau tinggal bersama sang bibi yang bernama Aam karena rumah bibi itu terletak tidak jauh dari MTs. Selain menjalani tugas sebagai siswi MTs Al-Muawanah Curug, beliau juga membantu sang bibi melakukan pekerjaan rumah sehari-hari. Prestasi Ade cukup membanggakan selama menjadi siswi di MTs Almuawanah sehingga berkat prestasi belajarnya yang gemilang itu membuatnya dipercaya oleh kedua orang tuanya untuk kemudian melanjutkan pendidikan ke sebuah Pondok Pesantren bernama Daarul Ihsan di daerah Pandeglang selama 4 tahun. Prestasi-prestasi belajar yang beliau raih sejak MI hingga Aliyah adalah berkat beliau mempelajari semua yang diterima dari guru, baik itu guru sekolah atau pun tempat belajar lainnya di manapun. Baginya yang terpenting adalah menerima segala yang ditugaskan pendidik dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh walaupun ia sendiri belum tau apa kegunaan ilmu yang diterima itu, karena beliau memiliki keyakinan bahwa pada saatnya nanti ia akan paham untuk apa ilmu yang diberikan guru kepadanya. Tentu saja perjuangan yang ia lakukan tidak selalu mulus. Banyak komentar-komentar negatif yang berusaha mematahkan semangatnya. Tidak sedikit cibiran yang diterimanya dari mulut-mulut orang lain yang menganggapnya sok pintar dan sok ideal. Sering sekali Ade dianggap demikian semenjak mengenyam pendidikan dulu. Perlakuan tersebut beliau terima hanya karena ia tak percaya dengan hasil pikiran orang lain. Dia merupakan gadis yang pantang menyontek jawaban orang dan enggan memberi contekan pula pada orang lain. Meski banyak yang mencibir, bukan berarti Ade tidak memiliki teman. Teman-teman yang Ade miliki berasal dari berbagai golongan, mulai dari orang baik sampai orang yang nyeleneh. Baginya, semua teman yang dimiliki bisa membuatnya enjoy.

Selepas mengenyam pendidikan di pondok pesantren, dengan bekal yang diterimanya itu, beliau dipercaya masyarakat untuk mengabdikan diri di sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta Al-Islamiyyah yang terletak di samping rumahnya. Tidak lama setelah mengabdikan diri di Madrasah, beliau mendapat rezeki untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dengan mengambil jurusan PGSD jenjang D3. Saat itulah Ade semakin yakin bahwa cita-cita yang ia miliki semakin mungkin untuk ia gapai. Dengan penuh semangat, Ade menjalani hidup sebagai mahasiswi UPI, melaksanakan tugas yang diberikan dosen seperti ia melaksanakan tugas-tugas yang diberikan gurunya semasa ia menjadi siswi. Layaknya mahasiswi pada umumnya, saat kuliah dulu beliau pernah menderita sakit maag dikarenakan sering telat makan. Alasannya pun tidak jauh berbeda dengan yang lain, telat makan akibat terlalu serius mengerjakan tugas-tugas sampai lupa jam makan. Begitulah kenang Ade. Namun, sakit yang dideritanya tidak terlalu berpengaruh pada proses perjuangan dalam merealisasikan mimpi yang telah beliau bangun karena baginya sakit yang ia derita terletak di lambung, bukan di otak.

Terlahir sebagai anak ke-2 dari 8 bersaudara, tentu merupakan posisi di mana ia memiliki banyak adik yang juga bersekolah, sehingga membutuhkan biaya yang harus dibayarkan. Saat itulah merupakan masa-masa krisis yang menerpa kehidupannya. Keadaan tersebut terjadi ketika Ade duduk di bangku kuliah, setiap berangkat ke kampus ongkos yang diterimanya selalu kurang untuk mencukupi kebutuhan di kampus, uang jajan pun harus dikeluarkan dengan irit, selain itu setiap ujian semester Ade selalu membuat surat perjanjian karena belum mampu untuk membayarnya. Maka dengan keadaan yang demikian, Ade harus mencari tambahan penghasilan di luar jam perkuliahan, seperti menjual kerudung, menjual makanan ringan, bahkan karena harus irit Ade sering melakukan puasa sunnah. Selain berjualan, berbekal pengetahuan agama yang cukup luas dari pondok pesantren menjadikan Ade dipercaya oleh banyak warga perumahan untuk menjadi guru ngaji di rumah-rumah warga sehingga beliau mampu membantu perekonomian keluarga dan berhasil menamatkan pendidikannya,  meraih gelar A. Md.

Setelah mendapatkan ilmu mengajar dari UPI, Ade kembali mengajar di MI Al-Islamiyyah tempatnya mengabdi sebelumnya. Meski mendapatkan gaji yang tidak seberapa sebagai guru honorer, dan dari mengajar privatnya, Ade mengumpulkan uang untuk melanjutkan kuliah meraih gelar S.Pd. Mulailah Ade menjalani hari-hari yang padat, bekerja sebagai guru di weekdays dan kuliah jenjang S1 di weekend. Dengan penuh cucuran keringat, Ade berhasil menyelesaikan proses itu dan menerima ijazah S1 nya dengan perasaan penuh kebahagiaan.

Selang beberapa tahun pasca kelulusannya dari universitas, Ade mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil. Berkat usaha dan doa dari kedua orang tua, Ade berhasil lolos dari tes tersebut dan menjadikannya seorang Pegawai Negeri Sipil, mengalahkan ratusan orang lainnya dalam tes, mewujudkan cita-cita yang telah beliau perjuangkan.

Saat ini Ade tinggal di sebuah rumah yang terletak di perumahan Mulya Asri II, daerah Cikupa, Kabupaten Tangerang. Di sana beeliau tinggal bersama suami dan kedua anak perempuannya yang berusia 5 dan 2 tahun. Sedangkan pekerjaannya adalah Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan di Sekolah Menengah Pertama Miftahul Jannah, Cikupa, Kabupaten Tangerang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini