TUGAS
METODE KUALITATIF
LIVE HISTORY
Nama : Noviana Fatikhatuz Zahroh
Jurusan : BPI 6
Nim : 1112052000005
Dosen : Tantan Hermansyah, M.Si.
Sosok perempuan yang cantik, berkulit agak putih, lumayan tinggi, memilki gestur tubuh berisi dan memiliki sifat keibuan. Seorang perempuan hebat, perempuan yang sukses, perempuan yang pantang menyerah atas kerasnya cobaan kehidupan ini. Dalam kamus kehidupan wanita paruh baya ini tidak ada kata menyerah, akan tetapi berusaha, berdoa dan bertawaqal kepada sang Maha Pencipta. Wanita paruh baya ini akrab dengan panggilan Bu So, nama aslinya adalah Siti Maryam. Beliau kelahiran Surabaya Jawa Timur, 03 Maret 1975.
Sekarang ini Bu So bertempat tinggal di daerah kota Bekasi, tepatnya pada perumahan villa jatirasa jln. Walet blok C7 no.13 Rt 02/11 Kec. Jatiras Kel. Jatiasih kota Bekasi. Bu So dilahirkan di lingkungan yang taat beragama selain itu di lahirkan di lingkungan yang penuh kasih sayang dan kedisiplinan. Panggilan bu so di ambil dari ibu bakso karna bu siti maryam adalah seorang pedagang bakso yang memilki beberapa anak buah bakso keliling dan memiliki 2 warung makan bakso di daerah bekasi
Ibu Siti Maryam menikah dengan pak abdul karim pada tahun 1993, dan mempunyai anak pertama laki-laki pada tahun 1994. Anak pertama beliau bernama Muhammad Akmalana Kahfi dan sekarang bekerja di sebuah bank swasta. Anak pertama bu So adalah anak pintar, akmal adalah panggilan akrapnya, dia menyelesaikan kuliahnya hanya dengan 3 setengah tahun dengan nilai terbaik. Anak pertama ibu bu So dan pak karim pernah sekolah di pondok pesantren jawa timur, dari SMP hingga SMA.
Anak kedua bu so bernama Ahmad Asyroful Anam lahir pada tanggal 1996, sapaan akrapnya adalah anam, sekarang anam sedang duduk di bangku kuliah semester 2. Anampun juga sama seperti kakanya sekolah di pondok pesantren jawa timur mulai dari SMP hingga SMA. Anak kedua ibu so juga tidak kalah pintar dengan sang kakak, anam sering mengikuti lomba-lomba.
Liberta Isnanida Al-Kautsari adalah anak perempuan satu-satunya dari ibu So dan Pak Karim. Berta adalah nama panggilannya, liberta sekarang duduk di bangu SMA kelas 2. Berta berbeda dari kakak-kakanya, karena sejak kecil berta tidak pernah bersekolah di pondo pesantren karna berta mudah sakit.
Bu so adalah orang asli surabaya jawa timur, bu so lahir dan menikah di surabaya. Sedangkan pak karim sendiri adalah asli orang semarang simpang lima jawa tengah. Setelah menikah bu so tinggal di surabaya selama 2 tahun kemudia pindah ke semarang. Di semarang bu so melahirkan anak pertamanya. di semarang karna kebutuhan ekonomi yang semakin sulit akhirnya bu so dan pak karim pun berjualan sapu keliling. Akan tetapi tidak mudah untuk mendapatkan uang, hingga akhirnya bu So merantau ke jakarta.
Di jakarta Bu So pada awalnya hanya mensewa sebuah kontkan 3 petak, segala usaha telah di coba untuk mencari rezeki, tetapi bu so tidak mudah menyerh dan terus berusaha, bekerja dengan gigih, dengan ulet sehingga mencapai kesuksesan seperti sekarang.
1. Nilai Agama
Alhamdulillah ibu siti Maryam adalah seorang Muslim sejak kecil ini di karenakan faktor keturunan dari kedua orang tuanya, namun setelah beranjak dewasa beliau juga paham bagaimana ajaran-ajaran Islam, beliau mendapatkan pelajaran agama dari Ayah, Ibu serta Kakek ibu So. Jadi bu so masuk islam atas kesadaran penuh dari diri bu Siti Maryam sendiri, dan beliau yakin bahwa sebenar-benar agama adalah agama Islam. Ayah Bu So adalah seorang guru ngaji di kampung halamannya jln. gubeng jaya II no.69 Kel.Gubeng Kec.Gubeng Rt/Rw 15/03 Surabaya. Sejak kecil bu So telah di ajarkan agama oleh ayah dan ibunya, sejak kecil pula bu So telah belajar mengaji sekitar usia 4 tahun. Hampir setiap hari bu So belajar mengaji dan agama bersama teman-temannya di rumah bu So sendiri. Ketika adzan maghrib bu So bergegas menuju langgar (Mushola) yang berada di dekat rumahnya untuk berjamaah. Kedua orang tua ibu So selalu mengajarkan kepadanya untuk sholat berjamaah mumpung langgar itu dekat dengan rumah.
Kedua orang tua bu So selalu mengajarkan hal-hal yang baik dan menerapkan kedisiplinan kepada semua anaknya. Mulai dari tutur kata, ucapan, tingkah laku, sopan santun. Selama berkeluarga bu So juga mengajarkan apa yang di ajarkan kedua orangtuanya kepada anak-anak bu So. Alhamdulillah bu so telah melakukan rukun Islam yang kelima yaitu naik haji, setelah bu So naik haji, beliau bercerita bahwa beliau harus terus merasa bersyukur dengan apa yang di berikan Allah. Beliau juga rajin mengikuti pengajian-pengajian.
2. pendidikan
Beliau bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI), bu so sendiri juga lupa tepatnya tahun berapa masuk sekolah dasar, bu so juga mendapatkan banyak pelajaran tentang agama islam. Hampir seluruh pendidikan yang di tempuh oleh bu so berhubungan dengan agama islam. Sehingga menjadikan bu So seorang muslim yang baik dan seseorang yang tahu tentang agamnya, tahu tentang nilai-nilai agama islam. Setelah lulus MI bu So melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi bu so duduk di Madrasah Tsanawiyah (MTS) kurang lebih tahun 1988. Sore harinya bu so belajar agama di sekolah sore. Bu So mengaku bahwa dirinya termasuk murid yang rajin, bu so mengakui bahwa dirinya tidak terlalu pintar. Maka dari itu bu So berusaha untuk selalu giat belajar. Bu so selalu rajin membantu kedua orangtuanya, supaya bu So dapat meringankan beban kedua orang tuanya. Bu so lulus dari mts kurang lebih tahun 1990. Sekolah MTS bu so tidaklah jauh dari rumah, sehingga ketika istirahat beliau tidak pernah jajan tetapi dia pulang ke rumah untuk makan, dan uang jajanya di masukan kedalam sebuah celengan ayam yang terbuat dari tanah liat.
Pada tahun 1991 bu So duduk di bangku (madrasah aliyah) MA dan lulus pada tahun 1992, dengan uang saku sebesar 500 rupiah. Pada zaman dulu uang sebesar 500 rupiah sudah amatlah besar nilainya, tidak seperti sekarang ini. Dulu ketika MA bu So memiliki guru favorit pak toyib namanya. Ketika kelas satu setelah ujian semesteran bu so hampir saja berhenti sekolah karena tidak ada biaya lagi untuk bersekolah. Pada saat kelas 2 MA beliau tidak bisa menyelesaikan sekolahnya, ini di karenakan tidak adanya biaya. Ayah ibu So hanyalah seorang petani dan guru ngaji sedangkan ibunya juga seorang petani dan ibu rumah tangga, sedangkan bu So adalah anak ke dua dari bertujuh 7 saudara. Setelah pulang sekolah bu So ikut membantu ayah dan ibunya di sawah mencari rumput untuk memberi makan hewan ternaknya.
3. Nilai Lingkungan
Lingkungan rumah kampung halamannya bu so sangatlah asri dan nyaman, bu So bercerita bahwa dulu waktu di kampung di desanya masih banyak sekali pohon-pohon dan sawah. Berbeda sekali dengan sekarng, banyak bangunan-bangunan yang tambah bikin sempit dan panas. Dulu halam rumah pun sangat luas. Lingkungan rumah bu So hampir seluruh penduduknya dan tetangganya adalah seorang muslim, selain itu orang-orang di sekeliling rumahnya juga ramai dengan anak-anak yang hendak belajar mengaji.
Di lingkungan rumah tempat tinggal ibu so sekarang juga sangatlah nyaman, terlihat dari sekitar rumah bu So yang ada di bekasi. tetangga bu So sangatlah ramah. Rumah bu so juga sangatlah bersih dan teduh karna di sebelah rumahnya terdapat pohon yang besar dan rimbun oleh dedaunan yang lebat.
Ketika saya melakukan wawancara dengan tetangga ibu so yang bernama bu Iwan yang berumah tepat di sebelah rumah bu so. Bu Iwan mengatakan bahwa bu So adaalah orang baik, ramah, suka membagi-bagikan bakso, orang yang supel, mau membantu tetangganya dan orang yang taat ibadahnya. Ini terlihat ketika bu so rajin berjamaah di masji Al-Muhajirin, salah satu masji di villa jatirasa tempat ibu So tinggal. Bukan hanya dari ibu Iwan saja saya mendapatkan informasi tentang bu So tetapi juga dari pak Pardi tetangga depan rumah bu So. Pergaulan ibu So dengan tetangannya sangat baik dengan teman-temannya. Pak karim dan bu So adalah orang dermawan "kata bu iwan tetangga dari bu So
4. Kekerabatan
Bu so di lahirkan dari rahim seorang perempuan yang bernama ibu siyam dan ayah bu So bernama pak achsun. Bu So adalah anak kedua dari 7 bersaudara, kakak laki-laki pertama bu so adalah pak Sartono, yang sudah berkeluarga dan tinggal tanggerang, adek pertama bu so adalah laki-laki bernama bapak suwarto, beliau juga telah berkeluarga dan sekarang tinggal di Boyolali, adek kedua adalah perempuan bernama Jumrotun, yang juga telah berkeluarga dan tinggal di sumatera, adek ketiga adalah laki-laki bernama suwarno, beliau juga telah berkeluarga dan tinggal di sumatera dekat dengan kakaknya ibu Jumrotun, adek ke empat adalah laki-laki bernama suwardi juga telah berkeluarga yang tinggal di bekasi dekat dengan bu So dan adek kelima sunarni, beliau juga telah berkeluarga dan tinggal di bantul jawa tenggah dan adek terakhir adalah Ahmad Sunaeni, adalah adek satu-satunya ibu so yang belum berkeluarga. Ahmad sunaeni sedang menempuh kuliahnya di salah satu universitas di surabaya.
Bu So dan saudara-saudaranya termasuk orang-orang yang sukses atas usaha dan kerja keras. Bu so juga memiliki hubungan yang baik terhadap saudara-saudaranya. Bu So mengakui bahwa jarang sekali untuk bertemu dengan saudara-saudaranya, mungkin bisa bertemu dan berkumpul ketika di hari lebaran pada saat pulang ke kampung halaman.
Interaksi bu so dengan orang-orang di ligkungan rumahnya sangat baik, ini terbukti dari peryataan beberapa tetangga bu so yang saya temui.
Kesuksesan yang di raih oleh bu so juga sangat di pengaruhi oleh kerabat dan keluarganya, Bu So dapat sesukses sekarang karena sebuah tuntutan untuk membiayai adek-adeknya sekolah. Bu so selalu gigih dalam bekerja, beliau ingin sekali adek-adeknya dapat sekolah hingga ke perguruan tinggi. Karena bu So sendiri tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena biaya. Bu So ingin adek-adeknya menjadi orang yang berpendidikan dan menjadi orang yang sukses.
Ibu Siyam
Pak Achsun
|
1. Sartono
2. Siti Maryam
3. Suwarto
4. Jumrotun
5. Suwarno
6. Suwardi
7. Sunarni
8. Ahmad Sunaeni
|
ANAK
|
5. Riwayat Kesehatan
Setelah saya melakukan wawancara dengan bu So, beliau sedikit bercerita tentang kesehatannya. Alhamdulillah saya tidak pernah sakit yang sampe parah atau sampe harus di rawat di rumah sakit. Biasanya hanya sakit yang ringan seperti pada umumnya, demam dan kepala pusing, batuk dan pilek, tapi kalo pak karim pernah. Pak karim pernah masuk dan di rawat di rumah sakit bahkan di operasi karna terkena usus buntu. bu So dan pak Karim termasuk orang yang suka olah raga, beliau suka lari pagi dan olah raga lainnya.
Ketika pak karim sakit dah sampe harus di operasi itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan bu So dan pak Karim. Semua kegiatan atau pekerjaan menjadi terhambat. Akan tetapi pak kari menyadari bahwa kesehatan itu mahal untuk di jaga.
Bu so dan pak karim adalah pedagang bakso yang sukses, tentunya kesuksesan itu tidak mudah untuk di dapatkan, bu So dan pak Karim bekerja dengan giat, pantang menyerah
6. Masalah Kerentanan/Krisis Hidup
1. Ekonomi
Dari segi ekonomi, ibu Siti maryam banyak memberikan saya pelajaran-pelajaran penting, pada awalnya bu so berasal dari sebuah keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Bahkan bu So harus rela berhenti sekolah pada saat kelas 2 SMA untuk bekerja demi membiayai adek-adek bu So agar tetap bisa bersekolah. Bu So sulit mencari pekerjaan hanya dengan Ijazah kelulusan SMP saja. Sehingga bu So bekerja membantu ayah dan ibunya di sawah. Setelah beberapa lama bu So bekerja pada sebuah pabrik makana, dan di situlah bu So bertemu dengan Pak Karim. Tidak lama dari perkenalan bu So dengan Pak karim akhirnya mereka memutuskan untuk menikah, bu so mengikuti suaminya untuk tinggal di semarang. Setelah melahirkan anak pertama bu So berfikir bahwa dia harus berjuang lebih keras lagi untuk membiayai anak dan adk-adeknya. Di semarang bu So berjualan dari makanan kecil, jualan keliling, jualan barang kredit akan tetapi itu tidak bertahan lama. Pada akhirnya bu So merantau ke Jakarta di daerah kampung rambutan. Pada mulanya bu So sangat kesulitan mencari pekerjaan di Jakarta, sampe suatu hari bu So di tawarkan pekerjaan sebagai seorang pembantu oleh saudaranya. Bu So bekerja sebagai pembantu kurang lebih 3 tahun, majikannya adalaaah seorang pengusaha restourant,
Bu so pun berinisiatif untuk berjualan bakso keliling, waktu SMA dulu bu So pernah membantu pamannya berjualan bakso malang dari sirulah awal usaha bu So hingga bisa sukses seperti sekarang, tentu saja bu So sering mengalami jatuh bangun dalam bekerja.
Bu so dan pak karim berkeyakinan bahwa "orang yang mau berusaha dan bersyukur untuk memperjuangkan hidupnya dengan baik pasti akan di berikan kemudahan jalan oleh sang maha kuasa", sejak kecil bu so memegang teguh agama islam. Bu so belajar agama dari kedua orang ta ibu so sendiri
2. Sosial
Kehidupan sosial ibu Siti Maryam juga sangatlah baik, di mata para tetangga bu So, bahwasanya bu So dan pak karim adalah orang yang dermawan, orang yang tidak sombong, rukun dengan tetangganya. Di kampung halamannya bu So di kenal sangat baik juga karena mempekerjakan tetangga-tetangganya untuk berjualan di bekasi
3. Budaya
Bu Siti Maryam adalah asli orang jawa timur dan dan pak Karim adalah orang jawa tengah, budaya antara keduanya tidak jauh berbeda. Bu So walaupun tinggal di kota tapi budaya jawa mereka sangatlah kental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar