Rabu, 16 Maret 2016

tugas 1

AHMAD ALI NIDAULHAQ

PMI VI (6)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)

TUGAS_1_ TEMA_SOSIOLOGI LINGKUNGAN

MATA KULIAH EKOLOGI MANUSIA

Berbicara sosiolgi lingkungan. Sosiologi adalah seseorang yang mempelajari masyarakat, dari lingkup kelompok, komunitas, masyarakat, bangsa sampai negara. Dalam konteks pedesaan, perkotaan, perbatasan, pesisir, hutan, perkebunan, tanaman pangan, daerah Aliran Sungai (DAS), sampai industri apakah ia juga mempelajari lingkungan alam?

Sosiologi lingkungan merupakan kajian komunitas dalam arti yang sangat luas (Bell 1998). Orang, binatang, lahan dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Air, udara- semuanya memiliki hubungan kiat mengait yang sangat erat. Bersama-sama mereka membentuk semacam solidaritas, yang kemudian kita sebut dengan ekologi.

Masalah lingkungan tidak hanya berupa masalah teknologi dan industri, ekologi, dan biologi. Pengendalian polusi dan pencegahan polusi. Masalah lingkungan juga berupa masalah sosial. Masalah lingkungan adalah masalah bagi masyarakat yang mengancam pola-pola organisasi sosial yang ada dalam masyarakat. Adalah manusia yang menciptakan masalah lingkungan, dan manusia juga yang harus mencari jalan keluarnya. Berangkat dari hal ini lah dibutuhkan kehadiran teori sosiologi lingkungan. Ekologi sering digambarkan sebagai kajian tentang komunitas alam. Sementara sosiologi digambarkan sebagai kajian tentang komunitas manusia. Sosiologi lingkungan merupakan kajian keduanya secara bersama-sama. Dimana bumi yang satu harus kita tinggali bersama-sama, kadang-kadang dengan rasa enggan (tidak suka). Dengan manusia lain, bentuk kehidupan lain, dan batu, air, tanah dan udara yang mendukung seluruh kehidupan.

Konseptualisasi Alam Menurut Sosiologi Lingkungan

Alam Sebagai Suatu Sumber Daya

Konsep alam sebagai sumber daya mengimplikasikan bahwa alam diterima terutama sebagai suatu cara (alat) produksi, barang untuk konsumsi, suatu kondisi awal untuk kesehatan manusia. Dengan kata lain sebagai suatu basis (pangkalan) makanan.

Konsepsi alam sebagai sumber daya merupakan konsepsi yang paling banyak mendominasi kajian atau faham sosiologi lingkungan. Menurut Van Koppen, konsepsi alam sebagai sumber daya sesungguhnya telah berakar jauh sebelumnya dalam jantung sosiologi lingkungan yakni teori ekologi manusia. Yang kemudian seiring berjalanya waktu konsepsi tersebut berbijak pada teori sistem, teori marxis, dan teori tindakan komunikatif Habermas. Konsepsi alam sebagai sumber daya memiliki tiga ciri utama. Pertama, alam bernilai instrumental. Maksudnya, alam baru bernilai manakala melaluinya dapat terwujud nilai-nilai yang lain. Kedua, alam berfungsi sebagai pemasok kebutuhan material manusia, seperti produksi pangan, kesehatan, tersedianya ruang untuk kehidupan, dan pemasok energi dan materi. Ketiga, defenisi alam yang umunya lekat dengan ilmu pengetahuan alam. Sebagian besar ilmuwan yang mengusung konsep alam sebagai sumber daya menyadari benar-benar adanya pandangan ini bahwa alam juga mempunyai dimensi estetika dan moral, namun pandangan ini dianggap kurang relevan atau dikesampingkan alih-alih untuk keperluan pembatasan lingkup analisis (Van Koppen 2000: 301).

Alam Sebagai Suatu Yang Arcadian

Menurut Worster (1985). Padangan arcadian terhadap hubungan antara manusia dan alam adalah kesetian pada penemuan nilai-nilai intrinsik dan pemeliharaanya berlawanan dengan pandangan imperialis yang menyuarakan "penciptaan suatu dunia isntrumental dan ekploitasinya". Pendekatan arcadian merupakan kritik terhadap pendekatan sumber daya (yang memandang alam hanya sebagai instrumen yang di manfaatkan manusia) dan pandangan reduksionis ( yang mempertimbangkan alam hanya sebagai sekumpulan fenomenan fisika-kimia yang dapat di kuantifikasi.

Menurut Koppen (2000), terdapat 4 tradisi penting dalam pendekatan Arcadian yang berakar pada budaya:

1.      Tradisi simpati pada binatang ( Thomas 1993: Fisher 1992). Pengalaman emosional bersahabat dengan binatang-binatang yang lebih tinggi. Misalnya termanifestasikan dengan ketidaksukaan terhadap kekerasan pada binatang.

2.      Tradisi menikmati keindahan dan kecantikan alam dan landscape. Gambaran terhadap kegembiraan musim semi. Kecantikan bunga, kelucuan binatang sama tuanya dan seni dan literatur itu sendiri.

3.      Tradisi sejarah alam. Pengembangan sejarah alam dalam ilmu seperti botani, zoologi, dan geografi terkait erat dengan tradisi estetika ( Hargrove 1989).

4.      Tradisi keagamaan tentang hidup dan rahasia alam raya. Tradisi keagamaan tentang nilai alam termaninfestasikan dalam sejarah Barat. Pengaruh supernaturalisme alam dapat diikuti pada seni modern Barat ( Rosenblum 1975).

Alam Sebagai Suatu Kontruksi Sosial

Dipropagandai oleh ahli sosial seperti Bruno, Latour, Michel Callon, Karin Knorr, Collins, dan Law, pendekatan kontruksi sosial diperoleh dalam diskursus sosiologi tentang alam. Pendekatan kontruksi sosial menekankan peranan budaya dan simbolnya dalam mengkonseptualkan tentang alam. Makna alam tidak cukup dijelaskan secara karakteristik biofisik maupun nilai-nilai intrinsik. Pendekatan terhadap alam mengalami dekonstruksi, melalui demonstarsi bagaimana konsep alam tergantung pada konteks sosialnya, pemaknaanya, dan penggunaanya yang dapat dijelaskan dalam konteks proses sosial. Semenjak proses sosial menjadi subjek analisis pendekatan kontruksi sosial, pendekatan ini mengimplikasikan proses refleksi terus menerus ( Law 1994.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini