Metode-Metode Sosiologi
A. A. Metode Kualitatif
Sebagian banyak para sosiologi bersandar kepada metode-metode kualitatif, yaitu tekhnik-tekhnik penelitian yang didesain untuk memperoleh pemahaman, penafsiran,dan subjektif atas perilaku social. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam atas apa yang dilakukan masyarakat dan menafsirkan perilaku-perilaku tersebut dengan cara-cara yang dipahami oleh mereka sendiri. Konsekuensi dari penelitian ini adalah berusaha menangkap perasaan, tekstur, dan makna perilaku dan konteks yang lebih luas yang didalamnya suatu peristiwa terjadi dalam metode kualitatif ini para peneliti bersandar kepada tiga tekkhnik mendasar, yaitu :
1. Rekaman-rekaman Historis
Dalam analisa historis ini biasanya berdasarkan kepada surat-surat, catatan-catatan harian, laporan-laporan masa lalu, dan materi-materi serupa yang lainnya. Metode historis ini berguna juga karena menyelidiki informasi detail sekaligus penjelasan-penjelasan yang luas serta menyediakan suatu rasa(sense) tempat kita berada dan membantu kita memahami tempat kita didunia ini.
Dalam memahami peristiwa historis ini waktu sangat penting dalam suatu peristiwa itu terjadi. Suatu perilaku yang tampaknya irasional bisa merubah menjadi hal yang sulit karena rekaman-rekaman historis sering tidak akurat, tidak lengkap. Seperti yang dikutip oleh Yusron Razak dalam bukunya Sosiologi Sebuah Pengantar, Kehidupan orang-orang berkuasa biasanya terdokumentasi dengan baik semantara kehidupan masyarakat miskin dan lemah biasanya terabaikan.[1]
2. Interview dan Life Historis
Untuk topic-topik yang lebih interpretif dan lebih luas ini, sang peneliti bisa beralih kepada structured interview, yaitu sebuah prosedur dimana sang peneliti menanyakan responden serial pertanyaan dan merekam jawabannya, biasanya dengan menuliskan kata perkata, atau dengan menandai respon-respon dalam sebuah daftar jawaban, atau dengan tape recorder yang akan ditranskip kemudian hari.
Tekhnik kualitatif lain yang biasanya digunakan disebut life history, yaitu sebuah interview panjang atau serial-serial interview, dimana sang peneliti berusaha menemukan bentuk-bentuk esensial, memen-memen penting, atau titik-titik balik dalam suatu kehidupan responden. Dalam melakukan tekhnik ini mensyaratkan sang peneliti untuk menghabiskan waktu lama untuk berbicara dengan responden secara mendalam dan mendapatkan hasil yang baik.. kesuksesan metode ini mensyaratkan keahlian yang tinggi dan kesabaran sang peneliti. Seperti yang dikutip oleh Yusron Razak dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Sebuah Pengantar, metode ini hanya akan berjalan saat digunakan kepada satu atau sedikit sponden.[2]
3. Participant Observation
Tujuan mempelajari metode participant observation adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam dari pengetahuan yang rinci dan kadang pribadi dari masyarakat yang sedang dikaji. Untuk mencapai tujuan ini, para peneliti terkadang ikut terlibat dalam berbagai aktivitas masyarakat yang menjadi objek kajian.
B. B.Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif sangat bergantung kepada statiska dan matematika untuk menjawab berbagai macam pertanyaan seputar perilaku social. Untuk membuat ilustrasi metode-metode kuantitatif, simaklah pertanyaan berikut ini : "semakin anda belajar, semakin tinggi nilai yang anda peroleh". Untuk secara kuantitatif meneliti pertanyaan tersebut, kita bisa membuat sampel bagi para pelajar akan beberapa jam lamanya mereka biasa menghabiskan waktu belajar untuk persiapan ujian. Pada saat yang sama, kita juga bisa menanyakan rata-rata nilai mereka. Jika pertanyaan mereka benar, maka nilai rata-rata para pelajar yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar mesti lebih tinggi ketimbang nilai rata-rata pelajar yang lebih sedikit belajar. Dengan kata lain, kita dapat menentukan bagaimana variasinya dalam satu variable, beberapa jam belajarnya, memproduksi suatu perubahan (variasi) pada variable lain, dan nilai rata-rata dengan cara menggunakan tekhnik-tekhnik ini, yaitu:
1) Survey
Survey mungkin adalah suatu metode yang paling luas dan banyak dipakai untyk mengumpulkan informasi atau data kuantitatif. Metode ini sangat popular sehingga kebanyakan orang pada saat yang sama atau waktu yang lain menjadi taret dari survey yang sama. Misalnya, kamu mungkin saja ditelfon oleh sebuah perusahaan yang tertarik dengan acara televise yang anda tonton, atau mungkin anda disapa saat berjalan kesekolah seraya menanyakan akan memilih partai mana untuk pemilihan umum kepala desa bulan depan, atau mungkin saja anda berjalan melewati sebuah mall dan diminta mencicipi jenis minuman dan menentukan mana yang lebih anda sukai.
2) Eksperimen terkendali
Eksperimen adalah sebuah metode untuk mengkaji relasi antara dua atau lebih variable dalam kondisi-kondisi yang sangat terkendali. Untuk mengilustrasikan suatu eksperimen dalam ilmu-ilmu social, bayangkan bahwa seorang peneliti pada sebuah perusahaan bisnis besar igin menguji efektivitas akan sebuah tayangan pelatihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan etos kerja para karyawan. Ia bisa memprosesnya dengan tiga langkah, yaitu pertama, ia akan menyeleksi sampel dari para pekerja dan mengukur tingkatan etos kerja mereja, mungkin dengan cara memberinya daftar pertanyaan. Pengukuran semacam ini disebut dengan pre-test.
Kedua, dia akan secara acak membagi subjek-subjek tersebut kedalam dua kelompok, yaitu Experimental group mengikuti proses eksperimen dalam hal ini mereka menonnton tanyangan tersebut. Setengah dari sampel tersebut , yaitu control group, tidak mengikuti proses eksperimen, maksudnya mereka tidak menonton tayangan tersebut. Gantinya, mereka melakukan berbagai aktivitas regular.
Ketiga, setelah experimental group melihat tayangan tersebut, sang peneliti kembali mengukur tingkat etos kerja mereka. Pengukuran seperti ini sering disebut dengan post-test. Jika tayangan itu memiliki efek yang dimaksud, maka tingkatan etos kerja para karyawan dalam experimental group mestinya menjadi lebih tinggi setelah melihat tayangan ketimbang sbelum menontonnya, dan tingkatan etos kerja karyawan dalam control group tetap tidak berubah. Jika hal diatas tidak terjadi. Maka sang peneliti akan menyimpulkan bahwa tayangan tersebut pada realitasnya telah meninhkatkan etos kerja dan dia bisa dengan sangat yakin atas kesimpulannya itu.
Meski model eksperimen terkendali ini sangat tekendali dan sangat cocok untuk mencari kaitan antara sebab dan akibat, para sosiolog jarang menggunakannya. Alasannya, adalah bahwa berbagai eksperimen paling baik dilakukan dalam sebuah laboratorium, sementara kebanyakan sosiolog ingin mengkaji perilaku sebagaimana adanya yang terjadi di alam nyata. Penegcualiannya jika objek penelitiannya adalah kelompok yang kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar