Senin, 06 Mei 2013

Media Elektronik dan Media Online (Struktur, System, dan Dampak)_Arif Priyadi_Pertemuan 8

Media Elektronik Dan Media Online (Struktur, System, Dan Dampak)

A. Media elektronik

Televisi dan radio adalah representasi dari media massa yang
meggunakan aliran listrik dalam melakukan komunikasi massa. Sehingga,
media massa tersebut juga dikenal dengan media elektronik. Media massa
tersebut berkomunikasi kepada audiens atau massanya memakai fasilitas
frekuensi. Kegiatan komunikasi yang di lakukan media elektronik
disebut dengan siaran. Kemudian, muncul satu istilah lain untuk media
elektronik adalah media penyiaran atau stasiun penyiaran.


Stasiun penyiaran berdiri dengan dasar pengorganisasian. Sehingga
untuk mendirikan sebuah stasiun penyiaran ada yang peril diperhatikan
dan di laksnakan. Yaitu, pengorganisasian. Pengorganisasian
(organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan
lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan
struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi merupakan pengelempokan kegiatan-kegiatan yang
sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini
tercermin pada struktur formal suatu organisasi, dan tampak atau
ditunjukan oleh suatu bagan organisasi.
Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu
dalam organisasi bertanggung jawab untuk mlaksanakan sekumpulan
kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar proses
pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif.

Struktur oganisasi stasiun penyiaran pada umumnya tidak memiliki
standar yang baku. Bentuk organisasi stasiun penyiaran berbeda-beda
satu dengan yang lainnya, bahkan pada wilayah yang sama stasiun
penyiarannya tidak memiliki struktur organisasi yang persis sama.
Perbedaan ini biasanya disebabkan oleh perbedaan skala usaha besar
kecilnya stasiun penyiaran.

Menurut McQuil (1992:33), proses komunikasi massa terlihat berproses
dalam bentuk:
1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.
Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi
kemasyarakatan dalam skala yang besar, sekali siaran, pemberitaan yang
disebarkan dalam jumlah yang luas, dan diterima oleh massa yang besar
pula.
2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu
dari komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif di antara
mereka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan
ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja
didominasi oleh komunikator.
3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara
komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi di antara merka
berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi kondisi
emosional disebabkan karena pemberitaan yang sangat agigatif, maka
sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan tidak permanen.
4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non-pribadi)
dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit
diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah
pergerakan massa di jalan.
5. Proses komuniasi massa juga berlangsung berdasarkan pada
hubungan-hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti, televisi
dan radio melakukan penyiaran mereka karena adanya kebutuhan
masyarakat tentang pemberitaan-pemberitaan massa yang ditunggu-tunggu.
Dengan demikian, maka agenda acara televisi dan radio juga sangat
ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat menonton atau
mendengar acara itu, apabila tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka
acara tersebut akan dihentikan karena dianggap merugi dan tidak
disponsori pasar.

B. Media Online
Sebagai sebuah budaya (culture), pada awalnya internet merupakan model
komunikasi yang sederhana bila dibandingkan dengan model komunikasi
secara langsung atau face-to-face (Baym, 1998). Bahwa interkasi
face-to-face tidak hanya melibatkan teks sebagai simbol atau tanda
dalam berinterkasi semata. Ekspresi wajah, tekanan suara, cara
memandang, posisi tubuh, agama, usia, ras, dan sebagainya merupakan
tanda-tanda yang berperan dalam interaksi antar-individu. Apapun dalam
komunikasi termediasi komputer (computer mediated communication)
interaksi terjadi berdasarkan teks semata bahkan emosi pun ditunjukkan
dengan menggunakan teks, yakni dengan simbol-simbol dalam emoticon.
Sebagai sebuah kultur, internet merupakan konteks institusional maupun
domestik di mana teknologi ini juga menggunakan simbol-simbol yang
memilki makna tersendiri, dan sebagai sebuah bentuk "metaphoricall"
yang melibatkan konsep-konsep baru terhadap teknologi dan hubungannya
dengan kehidupan sosial. Bebagai bentuk sosial ini memproduksi sebauah
objek (budaya) yang dikenal dengan "internet". Artinya, istilah
internet tidak hanya sebatas pada pengertian teknologi yang
menghubungkan antarkomputer semata, melainkan juga terkadang di dalam
sebuah istilah tersebut terjadi dalam interaksi antar individu secara
face-to-face; meski pada beberapa kasus internet memberikan kerumitan
dan perbedaan yang menyolok dibandingkan fenomena sosial pada umumnya.

Era teknologi digital dan teknologi komunikasi telah mengubah arah
komunikasi yang selama ini menganut pola broadcast. Jika model
broadcast adalah komunikasi satu arah, maka dengan kehadiran teknologi
komunkasi itu bisa menjadi dua arah bahkan lebih atraktif. Komunikasi
tidak lagi memakai pola dari sumber yang satu menyebar ke banyak
audiens atau khalayak, berpusat, khalayak bersifat pasif, dan penerima
berada dalam posisi terisolasi (Levy, 2001: 223), melainkan lebih
dinamis, tidak tersentral, sampai pada melibatkan khalayak.

Kehadiran internet pada kenyataanya memberkan perspektif baru bagi
proses komunikasi yang lebih instan, berkurangnya mediasi, dan
terjadinya dua arah komunikasi yang semua ini merupakan institusi dari
pemahaman terhadap komunikasi beserta fasilitasnya yang selama ini ada
di broadcast media.

Secara ontologi, sifat alamiah internet bisa membawa individu pada
interaksi langsung yang dua arah dibandingkan televisi yang hanya
bersifat sartu arah dan sumber informasi yang terpusat. Pengalaman
dalam berinteraksi di internet menjadi lebih banyak sementara
broadcast lebih sedikit. sebaliknya televisi lebih banyak broadcast
dan sedikit bahkan nihil untuk interaksi.

Sherry Turkle dalam bukunya the second self (1995:9) menyatakan bahwa
internet telah menghubungkan miliaran individu dari belahan bumi mana
pun dalam ruang baru yang berimplikasi pada cara kita berpikir selama
ini tentang seksualitas, bentuk-bentuk dari komunitas, dan bahkan pada
identitas diri. Bahkan di era internet saat ini ketika berbicara
tentang komunitas virtual, maka kita berpartisipasi denga orang lain
dari seluruh dunia, orang-orang terlibat dalam percakapan setiap
waktu, bahkan terhadap orang yang secara relasi kita intim dengan
mereka, namun orang-orang sangat mungkin tidak pernah bertemu secara
fisik.

DAFTAR PUSTAKA
Morissan, 2008. Manajeman Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &
Televisi, Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan, 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan
Diskursu Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana.

Nasrullah, Rulli, 2012. Komunikasi Antarbudaya: Di Era Budaya Siber,
Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini