Nama :Lilis Yunengsih
Nim :1110054000005
Jurusan :Pengembangan Masyarakat Islam
EKOFEMINISME
Melani Abdulkadir-Sunito Dan Ekawati Sri Wahyuni
Ekofeminisme: Gerakan Lingkungan Berbasisi Feminisme
Ekofeminisme adalah gerakan social dan politik yang menyatukan paham lingkungan (environmentalism) feminis dan gerakan spiritualitas perempuan karena keprihatinan bersama tentang kemaslahatan bumi dan segala bentuk kehidupan di bumi. Ekofeminisme percaya kesakralan dan kesaling terhubungan dari segala bentuk kehidupan., dalam hal mana keberlanjutan dan kesetaraan dipandang sebagai tujuan yang saling berkaitan.
Ekofeminisme juga mengacu pada sub aliran sastra yang muncul di AS pada 1980an. Pail Gray, dalam timbangan buku Animal Dreams di Time, menggambarkan elemen dasar literatur ekofeminis: perempuan mengandalkan intuisi dan sesame perempuan, memobilisasi diri untuk menyelamatkan bumi, atau lingkungan tempat tinggalnya dari kebinasaan – perang, polusi, rasisme, dan lainnya – yang dilakukan oleh laki-laki kulit putih. Reformasi prilaku manusia ini bi
Banyak ekofeminis melihat hubungan antara bagaimana masyarakat melakukan perusahaan lingkungan alam, dengan bagaimana manindas perempuan (Denfeld 1996; Eckersley 2001). "Deklarasi kesaling terhubungan" dari WEDO menyebutkan:
" Adalah keyakinan kami bahwa pengusaha alam oleh laki-laki parallel dengan penaklukan perempuan di banyak masyarakat, maniadakan kedaulatan perempuan atas hidup dan tubuhnya."
Dengan keyakinan itu mereka menentang sikap-sikap patriarchal yang dianggap mengarah pada eksploitasi sumber daya bumi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Beberapa karya mutakhir (antara lain Shiva 1990; Mies dan Shiva 1993) membahas system kapitalis dan patriarki yang berdasarkan dominan rangkap tiga dari "orang-orang selatan", perempuan, dan lingkungan alam.
Ekofeminisme: Beragam Pendekatan Dan Pemikiran
Istilah ekofemionisme atau feminisme ekologis (ecological feminism) dicetuskan Francoise d'Eaubonne pada tahun 1974, untuk menggambarkan potensi perempuan dalam mengwujudkan revolusi ekologis yang menjamin keberlanjutan hidup manuysia di bumi (Merchant 1990:100). Revolusi ekologis itu mencakup hubungan gender yang baru antar laki-laki dan perempuan, serta antara manusia dan alam. Cara pandang ekofeminisme ini dipelopori Susan Griffin di AS; Maria Mies di Jerman; dan Vandana Shiva di India.
Aliran feminisme liberal, radikal, dan sosialis menaruh perhatian pada perbaikan hubungan manusia dengan alam, dan masing-masing aliran feminisme ini member subangan yang berbeda dalam membentuk perspektif ekofeminisme, Marchant (1990:100) memaparkan, feminisme liberal konsisitewn dengan tujuan-tujuan reforma lingkungan untuk merubah hubungan manusia dengan alam melalui jalur hokum dan peraturan yang baru. Ekofeminisme radikal menganalisa masalah-masalah lingkungan di dalam kritik mereka terhadap patriarki, serta menawarkan alternative yang membebaskan perempuan dan alam. Ekofeminisme sosialis mendasarkan analisanya pada patriarki kapitalis dan hendak membentuk ulang secara total struktur dominasi atas perempuan dan alam, yang inheren dalam penggunaan kedua sumberdaya itu dalam ekonomi pasar, melalui revolusi sosialis.
Akar feminisme liberal adalah liberalism. Feminisme liberal berargumen bahwa perempuan tidak berbeda disbanding laki-laki sebagai agen rasional. Adalah pengucilan dari kesempatan memperoleh pendidikan dan kegiatan ekonomi yang mencegah mereka menyadari potensi dirinya untuk beraktifitas dalam segala bidang kehidupan manusia.
Bagi feminisme liberal masalah lingkungan merupakan akibat dari pembangunan sumberdaya alam yang terlampau cepat dan kegagalan untuk membereskan pilutan-poluta lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan konservasi, serta parbaikan perangkat hokum merupakan pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan masalah sumberdaya. Dengan kesempatan pendidikan yang setara untuk menjadi ilmuan, pengelola sumberdaya alam, penentu kebijakan, ahli hokum, dan legislator, maka perempuan sebagaimana juga laki-laki dapat mendoromg perbaikan lingkungan. Konservasi sumberdaya alam, dan peningkatan kualitas hidup manusia. Perempuan, dengan demikian, dapat mengatasi stigma social dari cirri biologisnya dan bergabung dengan laki-laki dalam pro0yek budaya konservasi lingkungan.
Bentuk radikal dari ekofeminisme merupakan respons atas persepsi bahwa perempuan dan alam berhubungan satu sama lain dan dinilai rendah dalam budaya Barat, serta bahwa keduanya dapat diangkat dan dibebaskan melalui aksi politis (Marchant 1990;101). Filosofi ekofeminisme radikal merangkum intuisi, etika memelihara (caring)., dan jejaring hubungan manusia dengan alam. Spiritualitas dipandang sebagai sumber perubahan perorangan maupun perubahan social.
Merubah gambaran hubungan antara perempuan dan reproduksi biologis menjadi sumber pemberdayaan perempuan dan aktivitas ekologisnya. Dalam pandangan ekofeminis radikal, teknologi yang dirancang dan diproduksi oleh laiki-laki mengabaikan efek radiasi niklir, pestisida, limbah beracun, dan bahan kimia rumahan pada organ reproduksi perempuan dan pada ekosistem.
Aktivisme feminis radikal adalah dengan mengekspos pembuangan limbah bercun yang meresap ke tanah dan sumber air minum di sekitar pemukiman. Mereka juga menolak pemakaian pestisida dan herbisida pada tanaman pangan. Perempuan acap kali menjadi ujung tombak dalam aksi local menentang penyemprotan pestisida dan keberadaan pembangkit nuklir, serta mengorganisir orang untuk menuntut pembersihan wilayah yang terpapar limbah beracun. Carolyn Merchant (dalam McGregor 2004) menyebut penerapan nilai-nilai keibuan dan pemeliharaan dalam menghadapi masalah lingkungan ini sebagai suatu bentuk etika pemeliharaan bumi. Digabung dengan etika lingkungan yang menghargai alam., tindakan demikian ini berotensi menungkatkan kesadara perempuan akan penindasan yang mereka alami, sekaligus pembebasan lingkungan dari efek polusi dari industrialisasi.
Bagi feminisme sosialis, masalah lingkungan berakar dari berkembangnya patriarki kapitalis dan ideology bahwa bumu dan alam dapat dieksploitasi dengan teknologi untuk kemajuan manusia. Perkembangan kapitalis mengikis pertanian berbasis subsistensi dan industry dan perempuan merupakan patner ekonomi. Akibat dari itu ialah ekonomi kapitalis yang didominasi laki-laki, serta lingkup domestic dimana kerja perempuan dirumah tidak diupah dan subordinasi kerja laki-laki di pasar kerja. Baik perempuan maupun alam dieksploitasi laki-laki sebagai upaya pembebasan atas hambatan alam. Akibat dari hal ini adalah aliensi perempuan dari laki-laki dan aliensi keduanya dari lingkungan alam.
Feminis sosialis memasukan banyak wawasan feminis radikal, tapi memandang baik lingkungan alam maupun lingkungan manusia dikonstruksi oleh sejarah dan masyarakat. Lingkungan manusia dipandang sebagai produk interaksi antar manusia dengan alam, antar laki-laki dengan perempuan, antar kelas, dan antar ras, yang kesemuanya berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, analisa hubungan manusia dengan alam baru bermakna jika dipahami dari sudut pandang kekuasaan, tidak saja antar pribadi tapi juga dalam bidang politik. Sebagaimana feminis radikal, feminis sosialis bersikap kritis terhadap pandangan mekanistik sains atas lingkungan alam yang pasif dan struktur kekuasaannya yang didominasi laki-laki.
Feminis sosialis juga menyesalkan ketiadaan analisa gender dalam sejarah, serta pengalihan peran reproduktifitas (biologis dan social) dan jiwa memelihara perempuan. Reproduksi biologis yang dimaksud ini mencakup reproduksi spesies dan reproduksi kehidupan sehari-hari melalui pangan, sandang, papan, sedangkan reproduksi social mencakup sosialisasi dan reproduksi legal/politis dari tatanan social. Teori lingkungan feminis sosialis menetapkan reprodukasi dan produksi sebagai sentral. Etika lingkungan feminis sosialis mencakup pengembangan hubungan manusia dengan alam yang berkelanjutan dan tanpa dominasi, serta menyediakan kualitas hidup yang tinggi bagi semua orang.
Mary Mellor (dikutip Redcliffe 2002;85-7) member penjelasan paling jernih dari ide-ide ekofeminisme yang sebagaimana aliran utama pemikiran lingkungan terdiri dari suatu rangkaian cara pandang. Dua kategori besar yang kemukakan Mellor adalah ekofeminisme afinatis yang berpusat pada hubungan alamiah antara perempuan dengan alam, dan pendekatan radikal yang berbasis pendekatan konstruktivisme social. Mellor membedakan feminis spiritualitas dan ekofeminisme afinitas yang berhubungan dengan esensi biologis perempuan, ekofeminisme social/sosialis dan ekofeminisme pembangunan, yang disebut Mellor sebagia "pandangan dari Selatan". Mellor selanjutnya mengidentifikasi ekofeminisme sosialis sebagai inti keterkaitan antara gerakan social untuk perdamaian.
Ekofeminisme 1990an: Kritik Dan Perubahan Focus
Kritik pertama atas ekofeminisme adalah bahwa ia radikal dan anti-saims beberapa ilmuan bahkan menganggap ekofeminisme sebagai bukan feminisme maupun ekologi.
Dikalangan feminis yang sevagian besar bukan bagian dari kaum radikal, cara pandang radikal dan anti sains ini juga dapat kritikan. Janet Biehl megkritik ekofeminisme sebagai idealis terlalu berfokus pada ide hubungan mistis dengan alam, dan tak cukup focus pada kondisi actual perempuan. Kritik ini, lagi-lagi tak berlaku untuk sebagian besar ekofeminisme yang memang menolak ide mistisme dan esensialisme mengenai hubungan antara perempuan dan alam.
Hal yang penting pada pemikiran ekofeminisme adalah bahw aia meragukan beberapa asumsi mengenai sifat dasar pembangunan. Namun juga, dalam beberapa bidang, ekofeminisme membuat romantisasi berlebih atas sifat masyarakat tradisional. Asunsi ejkofeminisme bahwa semua perempuan di Negara berkembang memiliki masalah yang sama, dan bukan merupakan bagian dari masalah degradasi lingkungan tetapi merupakan pendukung dari suatu gambaran masa depan yang ekologis, menunjukan kegagalan mengidentifikasi perbedaan di antara perempuan.
Rene Denfeld (1996), seorang feminis liberal, mengkritik ekofeminisme sebagai suatu kemunduran kaum feminis dan aktivisme politik dan ekonomi kea lam moralitas. Perkembangan ekofeminisme sejak 1980an dalam gerakan social perempuan dipandang Denfeld hamper tak mengandung kemiripan dengan feminisme bervisi perubahan (reform) pada akhir 1960an dan 1970an. Lebih lanjut Denfeld melihat ekofeminisme tak menarik bagi generasi "pasca feminis" mereka yang berusia di bawah 35 tahun dan terbiasa dengan ide kesetaraan karena terlalu kaku dan tradisioanal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar