Senin, 06 Mei 2013

Penduduk_Organisasi_Muhammad iqbal_pmi6

RINGKASAN EKOLOGI DALAM SUDUT PANDANG KEPENDUDUKAN
Said Rusli dan Ekawati Sri Wahyuni
Oleh Muhammad Iqbal Abdul Ghofur
Saya tidak tahu harus memulai tulisan ini darimana, begitu kental hubungan antara Ekologi dan Demografi, hubungan dari kedua ilmu pengetahuan ini bisa dilihat dari bagaimana Demografi begitu jelas mempresentasikan akibat dari variabel-variabel Demografi (Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Penduduk) terhadap lingkungan hidup. Sesuai dengan saran dosen saya, saya akan mencoba untuk menganalisis satu persatu dengan memakai kacamata angka kelahiran (Variabel Demografi) untuk menjelaskan Ekologi.
A.    Landasan Argumentasi
Kita selalu membayangkan bahwa kemajuan teknologi akan membawa kita kepada suatu zaman dimana kehidupan dapat berjalan dengan apa yang diharapkan. Kemajuan teknologi tentunya akan dibarengi dengan pertumbuhan kebutuhan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan serta pengetahuan yang tinggi. Ada hal yang sebenarnya luput dari pandangan kita, diawali dari sebuah pertanyaan, kira-kira apa dampak terbesar dari meledaknya angka kelahiran sedangkan luas wilayah di Bumi tidak pernah bertambah.
Berbicara tentang Ekologi saya memandang Ekologi sebagai sebuah penghormatan, penghormatan manusia kepada lingkungan. Akan tetapi bagaimana apabila hal ini berbanding terbalik dari apa yang saya pandang. Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin tingginya kebutuhan manusia tidak sesuai dengan apa yang disediakan oleh alam. Dari sudut pandang Demografi setiap daerah yang ditempati oleh manusia daerah tersebut setidaknya harus mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Dalam Undang-undang RI No. 10 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, daya dukung lingkungan dibedakan menjadi daya dukung alam, daya tamping lingkungan binaan, dan daya tampung lingkungan sosial.
Dinyatakan sebagai berikut :
1.      Daya dukung alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumbernya untuk menunjang perikehidupan manusia serta mahkluk lain secara berkelanjutan.
2.      Daya tampung lingkungan binaan adalah kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memnuhi perikehidupan penduduk.
3.      Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda untuk hidup bersama-sama sebagai satu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib dan aman. (Said Rusli dan Ekawati Sri Wahyuni)
Dari tiga hal diatas saya kira menjadi utopia belaka ketika ternyata angka kelahiran tinggi sedangkan kematian rendah dan luas wilayah tidak pernah bertambah.
Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, tingginya angka kelahiran tentunya akan semakin banyak mulut-mulut manusia yang harus diberimakan sedangkan kemampuan alam untuk menyediakan kebutuhan manusia terbatas, pada akhirnya dengan alih-alih untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia akan merambah hutan untuk pemenuhan tersebut, tidak hanya itu limbah yang dihasilkan dari proses industrialisasi, pembangunan gedung akan semakin merusak alam yang pada titik tertentu alam tidak mampu lagi memberikan asupan untuk kebutuhan manusia.
B.     Daya Dukung Wilayah dan Masalah Lingkungan
Jumlah penduduk dunia yang diterima sebagai batas di mana penduduk dunia masih dapat hidup cukup makan dan cukup sehat, tetapi sama sekali tidak mewah adalah 11 milyar (Ward dan Dubos 1974). Selanjutnya Ward dan Dubos menyatakan:
"Jika batas ini dilampaui maka tak dapat dihindarkan lagi bahwa akan tiba masanya –walaupun dalam jangka waktu yang cukup jauh- bentuk lama pencegahan kenaikan jumlah penduduk yang ganas akan muncul kembali untuk memulihkan keseimbangan antara kesuburan dan kematian-penyakit, paceklik, perang, dan kematian" (Ward dan Dubos 1974: 218).
Itulah suatu perkiraan daya dukung dunia terhadap jumlah penduduk. Menjelang tahun 2000 penduduk dunia mencapai 6 milyar (Beni 1999), dan diperkirakan Mini (2006) jumlah tersebut telah berubah menjadi 6,5 milyar. Masih relative lebih jauh dari angka 11 milyar. Kita saksikan, di samping di berbagai kawasan dunia terjadi kemajuan-kemajuan, mayoritas penduduk dunia yang umumnya berada di negara-negara berkembang kesejahteraannya akan tetap terus menjadi persoalan. Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, masalah pengangguran dan kemiskinan tidak kunjung teratasi. Factor meningkatnya jumlah penduduk sulit diabaikan, kendatipun berbagai persoalan yang mengemuka yang terkait dengan hanya mengkaji factor penduduk. Misalnya terdapat permasalahan-permasalahan tatanan dunia yang kurang adil, penggunaan sumber daya untuk perang, kesenjangan ekonomi dan konsumsi antar lapisan-lapisan dalam masyarakat di negara-negara berkembang, serta pengurasan sumber daya alam serta kerusakan lingkungan hidup. Dilihat dengan pendekatan system, dapat dikatakan bahwa system penduduk bersama dengan sistem-sistem lain yang saling berhubungan berpengaruh dan menentukan tingkat kesejahteraan penduduk yang dapat dicapai. Suatu proyeksi penduduk dunia yang dilakukan PBB (Beni 1999), penduduk dunia pada tahun 2050 akan berjumlah 10,6 milyar-skenario tinggi, 8,9 milyar scenario menengah, dan 7,3 milyar scenario rendah.
Bagaimanapun rancangan-rancangan pembangunan yang diterapkan untuk mengurangi ledakan jumlah penduduk tidak akan berhasil, bukan bermaksud untuk pesimis, namun harus ada komitmen dari setiap negara untuk benar-benar menggalakan pengendalian peningkatan jumlah penduduk, hal ini sangat penting karena apabila diterapkan pada satu atau dua negara saja maka hal ini tidak akan mencapai titik yang diinginkan. Apabila hal ini terus terjadi, dimulai dari bertambahnya jumlah penduduk,  maka akan timbul masalah lain seperti kerusakan alam akibat limbah rumah tangga, limbah pabrik, perambahan hutan untuk pembangunan gedung, masalah sanitasi, hilangnya resapan air, bertambahnya pemukiman kumuh, pencemaran  udara, dan masalah kemanusiaan lainnya.
C.    Contoh Kasus, Jakarta dan Penduduknya.
Jakarta sebagai sebuah ibu kota, tempat dimana orang-orang dari desa berkumpul mencari nafkah/mengadu nasib. Hal ini wajar karena apa yang disediakan di Jakarta tidak mampu di dapatkan di pedesaan. Bukan maksud saya untuk menjelaskan dari sudut pandang ekonomi, akan tetapi harus ada sebuah kebijakan yang mampu mengendalikan perpindahan penduduk dari desa ke kota, pembangunan di desa harus digalakan secara serius untuk menahan arus perpindahan penduduk ke perkotaan.
Luas wilayah di DKI Jakarta tidak akan bertambah sedikitpun, namun itu bukanlah sebuah masalah, yang menjadi sebuah masalah baru adalah daya tampung Jakarta yang semakin berkurang diakibatkan  bertambahnya jumlah penduduk yang legal maupun illegal. Dari bertambahnya jumlah penduduk, maka Jakarta harus mampu menyediakan fasilitas-failitas untuk pemenuhan kebutuhan warganya, akan tetapi fasilitas tersebut terbatas dan akhirnya tidak mampu memberikan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Dari masalah meledaknya jumlah penduduk, maka hal lain yang muncul akibat dari bertambahnya penduduk adalah:
1.      Kemacetan.
2.      Pengangguran.
3.      Angka kriminalitas tinggi.
4.      Masalah sanitasi.
5.      Kurangnya ruang terbuka hijau akibat pembangunan gedung-gedung.
6.      Tidak tersediannya tempat pembuangan sampah.
7.      Banjir dll.
Ini adalah contoh kecil dari sebuah negara yang besar, coba bayangkan apabila kita mengkalkulasikan permasalahan diatas ini terjadi disetiap daerah diseluruh dunia. Maka kita akan menemukan realita yang mencengangkan bahwa telah terjadi kerusakan hebat terhadap bumi kita akibat dari ledakan jumlah penduduk yang tidak tertangani.
Penutup
Sepertinya kita masih dibutakan oleh indahnya pembangunan tanpa memandang kerusakan ekosistem alam yang dihasilkan oleh pembangunan. Saya kira masyarakat dunia harus diberikan pukulan keras agar mereka sadar bahwasannya kita perlu kerjasama yang solid dengan berbagai institusi internasional untuk benar-benar memfokuskan diri pada pemeliharaan lingkungan. Kalau sekadar kebijakan saja tanpa ada aksi langsung maka hasil yang dicapai akan sedikit disbanding kerusakan lingkungan yang didapat.
Sumber bacaan
-          Geertz, C. (1963) Agricultural Involition: The Processes of Ecological Change in Indonesia. University California Press. Berkeley.
-          Rusli, S. (1996) Pengantar Ilmu Kependudukan. Edisi Revisi. LPEES. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini