Rizka Fitriana Sari
1113051000119
A. DEFINISI SOSIOLOGI
1. Auguste Comte (1798-1857)
Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Ia membawa pengaruh besar pada beberapa orang teoretisi sosiologi yang lebih (khususnya Herbert Spencer dan Emile Durkheim). Ia percaya bahwa studi sosiologi haruslah ilmiah, sebagaimana yang dirintis teoritisi klasik dan sosiolog-sosiolog kontemporer.
Comte mengembangkan fisika sosial, atau yang pada tahun 1839 disebutnya sebagai sosiologi. Penggunaan istilah fisika sosial menunjukkan bahwa Comte berusaha membangun sosiologi dengan mengikuti "ilmu-ilmu keras". Ilmu pengetahuan baru ini, yang menurut pandangannya akan menjadi ilmu dominan, menelaah statistika (struktur sosial yang ada) dan dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial.
Sosiologinya tidak terfokus pada individu namun justru menjadikan entitas yang lebih besar, seperti keluarga, sebagai unit dasar analisisnya. Yang sangat penting bagi teori-teori sosiologinya, adalah penekanan Comte pada karakter sistematis masyarakat.
Comte percaya bahwa pada hakikatnya sosiologi akan menjadi kekuatan ilmiah dominan didunia karena kemampuan khasnya untuk menafsirkan hukum sosial dan mengembangkan reformasi yang ditujukan bagi penyelesaian masalah disistem tersebut.
2. Emile Durkheim (1858-1917)
Durkheim mengembangkan konsep tersendiri tentang pokok bahasan sosiologi, dan selanjutnya mengujinya dengan studi empiris. Dalam buku The Rules of Sociological Method(1895/1982), Durkheim menyatakan tugas utama sosiologi adalah mengkaji apa yang disebut sebagai fakta sosial. Ia mengonsepkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang ada di luar, namun memiliki daya paksa terhadap individu. Durkheim membedakan dua jenis fakta sosial – material dan non material. Fakta sosial material misalnya kebudayaan, institusi sosial. Fakta sosial non material misalnya birokrasi, hukum.
Kesimpulan definisi sosiologi menurut Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial namun memiliki daya paksa terhadap individu.
3. Karl Marx (1818-1883)
Marx bukanlah sosiolog dan tidak menganggap dirinya demikian. Meskipun karya Marx terlalu luas untuk dicakup istilah sosiologi, namun teori-teori yang bersifat sosiologis banyak ditemukan dalam karyanya. Namun bagi kebanyakan sosiolog awal, karyanya adalah kekuatan negatif yang bertentangan dengan terbentuknya sosiologi mereka.
Hal yang paling merisaukan Marx adalah penindasan sistem kapitalis yang muncul dari Revolusi Industri. Marx tertarik pada revolusi yang berlawanan dengan keinginan kaum konservatif untuk melakukan reformasi dan perubahan secara tertata.
Secara intelektual, Marx memberikan perhatian pada struktur kapitalisme dan dampak opresifnya terhadap aktor. Secara politis, keinginannya untuk membebaskan orang dari struktur kapitalisme yang menindas. orang harus bertindak pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat demi terwujudnya sosialisme.
4. Max Weber
Kalau Karl Marx menawarkan teori tentang kapitalisme, maka Weber menawarkan teori tentang proses rasionalisasi. Rasionalitas formal meliputi perhatian pada aktor yang memilih sarana dan tujuan. Rasionalitas formal ini berasal dari struktur yang skalanya lebih besar, khususnya birokrasi dan ekonomi.
Weber lebih bersikap liberal terkait dengan sejumlah isu dan lebih konservatif untuk isu lain. Weber bergerak di atas tradisi filosofis yang membantu membentuk karya sosiolog-sosiolog lain dikemudian hari. Jadi Weber bergerak di atas tradisi Kantian, dan berarti ia cenderung berpikir dengan model sebab-akibat.
Perbandingan Definisi
Sosiologi yang didefinisikan oleh Comte landasannya yang konservatif, reformis, dan ilmiah. Tidak terfokus pada individu tetapi menekankan pada karakter sistematis masyarakat. Sedangkan menurut Durkheim, mempelajari tentang fakta sosial tetapi terdapat daya paksa individu. Menurut Marx, menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Sedangkan menurut Weber, sosiologi berusaha memahami tindakan-tindakan sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar