Definisi-definisi Sosiologi, menurut :
1. August Comte
Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Ia membawa pengaruh besar pada beberapa orang teoretisi sosiologi yang lebih kemudian (khususnya Herbert Spencer dan Emile Durkheim). Comte mengembangkan pandangan ilmiahnya, "positivisme", atau "filsafat positif", untuk menyerang apa yang dipandangnya sebagai filsafat negatif dan destruktif Pecerahan. Comte mengembangkan fisika sosial, atau yang pada tahun 1839 disebutnya sebagai sosiologi.
Comte percaya bahwa pada hakikatnya sosiologi akan menjadi kekuatan ilmiah dominan di dunia karena kemampuan khasnya untuk menafsirkan hukum sosial dan mengembangkan reformasi yang ditujukan bagi penyelesaian masalah di dalam sistem tersebut. August Comte berada di garis depan perkembangan sosiologi positivistik. Comte menegaskan bahwa "semesta sosial bertanggung jawab atas perkembangan hukum yang dapat diuji dengan pengumpulan data secara seksama" dan "hukum-hukum abstrak ini akan merujuk pada unsur dasar dan generik semesta sosial tersebut dan akan memerlihatkan hubungan alamiah".
- Emile Durkheim
Durkheim mendaulat sosiologi di Prancis dan karyanya menjadi kekuatan dominan dalam perkembangan sosiologi secara umum dan teori sosiologi
secara khususnya. Ia mengonsepkan
Emile Durkheim mengembangkan konsep tersediri tentang pokok bahasan sosiologi, dan
selanjutnya mengujinya dengan studi empiris. Dalam buku The Rules of Sociological Method(1895/1982), Durkheim menyatakan bahwa tugas utama
sosiologi adalah mengkaji apa yang disebut sebagai fakta sosial. Ia mengonsepkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang ada di luar, namun
memiliki daya paksa terhadap individu.
Dalam buku Suicide((1897/1951), Durkheim beralasan bahwa jika saja ia dapat mengaitkan perilaku individu, semisal bunuh diri, dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial), itu berarti dia berhasil membuktikan betapa pentingnya disiplin sosiologi. Durkheim tertarik pada sebab-sebab perbedaan angka bunuh diri di antara beberapa kelompok, kawasan, negara, dan kategori orang yang berlainan (misalnya, menikah atau lajang).
3. Karl Marx
Marx mengambil dua elemen yang menurutnya paing penting dari kedua pemikir ini –dialektika Hegel dan materialisme Feuerbech- dan
memadukan keduanya ke dalam orientasi tersendiri yaitu materialisme dialektis, yang memfokuskan perhatian pada hubungan dialektis dalam dunia
material.
Marx meawarkan teori masyarakat kapitalis yang didasarkan pada pandangannya tentang hakikat manusia. Marx percaya bahwa pada dasarnya
manusia itu produktif; artinya, untuk bertahan hidup, mereka perlu bekerja di dalam alam dengan cara mengolahnya.
Pada dasarnya kapitalisme adalah struktur (atau, lebih tepatnya, serangkaian struktur) yang membentuk penghalang antara individu dengan proses
produksi, produk proses tersebut, dan orang lain; pada hakikatnya, sistem ini bahkan memisahkan individu dari dirinya sendiri. Inilah makna dasar
konsep alienasi: yaitu putusnya hubungan alamiah antar orang dan antara orang dengan yang mereka produksi. Alienasi terjadi karena kapitalisme
berubah menjadi sistem dua kelas di mana kaum kapitalis yang berjumlah sedikit menguasai proses produksi, produk, dan waktu kerja bagi orang yang
bekerja untuknya.
4. Max Weber
Weber tertarik pada pertanyaan umum mengapa institusi di dunia Barat tumbuh begitu progresif ke arah rasional, sementara sejumlah
hambatan yang begitu kuat tampak mencegah perkembangan serupa di belahan dunia lain. Weber mengembangkan teorinya dalam konteks
benyaknya kajian perbandingan sejarah Barat, Cina, India, dan kawasan–kawasan lain di dunia. Weber melihat birokrasi (dan proses historis
birokratisasi) sebagai contoh klasik rasionalisasi, namun kini rasionalisasi sangat tepat bila diilustrasikan oleh restoran cepat saji. Secara formal,
restoran cepat saji adalah sistem rasional di mana (pelayan dan pelanggan) digiring untuk mengupayakan sarana paling rasional dalam mencapai tujuan.
Weber berpendapat bahwa adalah sistem agama rasional (Calvinisme) yang memainkan peran sentral dalam lahirnya kapitalisme di Barat.
Sebaliknya, di belahan dunia lain, Weber menemukan sistem agama yang lebih irasional (misalnya, Konfusianisme, Taoisme, Hinduisme), yang
merintangi berkembangnya sistem ekonomi rasional. Dari sudut pandang Weber, rasionalisasi menimbulkan lebih banyak masalah masyarakat sosialis
daripada di masyarakat kapitalis.
Definisi sosiologi yang dikemukakan Weber adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada pemahaman interpretif atas tindakan sosial dan
pada penjelasan kausal atas proses dan konsekuensi tindakan tersebut.
Daftar Pustaka
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi. Jakarta: Kreasi Wacana Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar