TOR PRAKTIKUM SITU GEDE SUMEDANG
FENOMENOLOGI BENCANA STRUKTURAL DAN KULTURAL DAN DAMPAK AKIBAT PEMBANGUNAN SITU GEDE SUMEDANG
DOSEN PEMBIMBING:
1. Dr. Tantan Hermansah, M.Si
1. Dr. Tantan Hermansah, M.Si
2. Muhtadi, M.Si
Oleh :
Zuyin Arwani (1112054000020)
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan pedesaan di Indonesia sering menjadi sorotan baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Sorotan ini muncul karena berbagai praktek penyelenggara pembangunan pedesaan seringkali diciptakan oleh program atau proyek dari pusat (top down). Desa dianggap sebagai ajang berbagai pelaksanaan program dan proyek pembangunan sektoral, regional, inpres, atau sebagai sub system dari pembangunan daerah dan nasional. Model top down ini sering sekali tidak berkelanjutan, karena model ini banyak menimbulkan perubahan atau pergantian kelembagaan di desa agar sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan pembangunan. Akibatnya, inisiatif dan peran serta masyarakat desa itu sendiri terabaikan.
Begitu pula dalam dalam sejarah pembangunan Situ Gede di Sumedang, yang asumsi dasarnya merupakan sebuah ekploitasi besar-besaran penguburan sejarah yang berada disana. Dapat dibayangkan bagaimana sosok masyarakat yang kehilangan identitasnya ?. bukan hanya saja dalam aspek peleburan sejarah ditemukan juga penelitian geologis bahwa tanah yang dibangun sebagai waduk ini merupakan tanah yang rawan/ labil, dikarenakan dibawah bagian tanah tersebut ada sebuah lempengan sesar baribis dimana kalau benar-benar terealisasikan maka bukan hanya dampak leburnya sejarah saja akan tetapi akan berdampak pada lingkungan tahap ekonomi, social politik dan peran agama akan terganggu bahkan dampak Yang lebih lagi akan akan adanya korban yang akan jatuh dampak dari pembuatan Setu tersebut.
Parrilo (1987:14) menyatakan, bahwa pengertian masalah sosial mengandung 4 kompenen, dengan demikian suatu situasi atau kondisi masyarakat dapat disebut sebagai masalah sosial apabila terindikasi keberadaan 4 unsur tadi. Keempat komponen tersebut adalah:
Ø Kondisi tersebut merupakan masalah yang bertahan untuk suatu priode waktu tertentu.
Ø Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau nonfisik, baik pada individu maupun masyarakat.
Ø Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari salah satu atau beberapa sendi kehidupan masyarakat.
Ø Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan.
Menurut Weinberg, masalah social adalah situasi yang dinyatakan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai warga masyarakat yang cukup singnifikan, dimana mereka sepakat dibutuhkannya sesuatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut. Maka dari pengertian tersebut munculah unsur yang penting apakah sebuah kebijakan itu berjalan segaris laras dengan sesuatu yang memihak masyarakat yaitu:
1. Suatu situasi yang dinyatakan
2. Warga masayarakat yang signifikan
3. Kebutuhan akan tindakan pencegahan masalah.
Melihat kenyataan bahwa pembangunan desa yang tidak berkelanjutan, memunculkan pemikiran-pemikiran baru tentang pembangunan, antara lain yang dikemukakan oleh Sjahrir dan Korten (1988), yaitu system pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centred perspective). System ini menekankan upaya pembangun dengan memusatkan perhatian pada rakyat dan kesejahteraannya.
Pemikiran lainnya yaitu paham pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), yaitu pembangunan yang diartikan sebagai daya upaya untuk memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi-generasi mendatang.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan kami bawakan adalah seputar fenomena pembanguna situ Gede yang berada di Sumedang. Apakah hal tersebut berdampak positif bagi pembanguan berjangka panjang ataupun sebaliknya. Maka kami himpun beberapa pertanyaan kritis terkait hal tersebut.
1. apa peran masyarakat terhadap hal tersebut ?
2. bagaimana organisisasi social memandang dampak yang akan terjadi akan pembangunan tersebut ?
3. Apa dasar-dasar yang menjadikan pemerintah tetap kekeh atas pembangunan Waduk tersebut ?
4. Apa langkah kontribusi yang harus dilakukan demi mementingkan keputusan yang memihak terhadap masyarakat Sumedang ?
C. TAHAP PERSIAPAN
Masalah sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan keseharian fenomena tersebut hadir bersamaan dengan fenomena social yang lain, oleh sebab itu untuk dapat memahaminya sebagai masalah sosial dan membedakannya dengan fenomena yang lain dibutuhkan suatu indentifikasi. Kaitannya dalam praktikum di Situ Gede Sumedang ini diperlukannya suatu tahap dimana tahap-tahap real dalam menemukan suatu permasalahan yang krusial disana.
Demikian kami membagi tahap-tahap persiapan kami menjadi 3 bagian yaitu:
1. Tahap Identifikasi
Dalam menidentifikasi berbagai maalah yang ada di Situ Gede Sumedang, kami akan mencoba menggunakan ukuran yang objektif dalam pengalihan data baku dan berbagai variable-variabel berdasarkan indikator masalah yang terjadi.
Dalam penggalian indikator yang akan diambil, maka sekiranya kami akan kelompokan indikatornya menjadi
a. Indikator sederhana
b. Indihator kependudukan
c. Indikator berganda
d. Indikator jarak sosial
e. Indikator partisipasi sosial
2. Tahap Diagnosa
Setelah melakukan tahap identifikasi masalah yang diakibatkan oleh pembagunan Setu Gede, tahap selajutnya yang akan dilakukan adalah mendiagnosa masalah yang terjadi. Yang dimaksud dengan tahap diognosa disini adalah tahapan mengenal sifat, eskalasi dan latar belakang masalah. Dengan mengetahui hal yang berkaitan tersebut maka akan mempermudah bagi kita untuk membantu menentukan suatu tindakan sebagai upaya tindakan pemecahan masalah.
3. Tahap Treatment
Tahap Treatment adalah upaya pemecahan masalah yang ideal. Secara singkat bahwa tahap treatment disini menekankan terhadap sebuah solusi yang dihasilkan oleh berbagai macam masalah social yang terjadi. Tujuan dilakukan tahap tersebut adalah sebagai upaya perbaikan serta perubahan terhadap sesuatu yang dianggap masalah.
Dalam tahap ini dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan permasalahannya:
a. Usaha Rehabilitatif
b. Usaha Preventif
c. Usaha Developmental
D. METHODOLOGI PENELITIAN
Methologi yang akan dibawakan oleh penulis dalam praktik dilapangan adalah Methode PRA (Participacy Rules Action). Methodelogi ini diartikan sebagai sebuah tindakan untuk menyadarkan masyarakat sehingga dapat membuahkan inovasi, gagasan, ide, solusi, gambaran permasalahan-permasalahan dengan pendekatan persuasif dan tidak menggurui.
Seperti yang dikatakan oleh Gunawan, bahwa secara operasional fungsi penelitian tindakan adalah upaya mengubah (dalam arti mengembangkan) status pola pikir, pandangan, dan sikap tertentu dari suatu komunitas sedemikian sehingga perubahan itu disadari oleh dan dimualai dari warga komunitas itu sendiri sebagai suatu kebutuhannya untuk mencapai efektifitas dan efesiensi kerja yang lebih tinggi yang diperuntukan bagi komunitas itu sendiri.
Dengan tahap-tahap seperti berikut:
1. Tahap Sosialisasi
2. Tahap Wawancara
3. Tahap FGD (Forum Group Discusion)
4. Tahap Diskusi dengan Oppinion Leader
E. HIPOTESIS
Hipotesis yang akan kami sampaikan saya akan mengambil teori Struktur Fungsional yang masyarakat dan kebudayaan, para penganutnya melihat bahwa struktur social cenderung stabil. Perubahan dalam struktur berarti perubahan dalam nilai-niali dasar yang menyatukan system. Parson salah satu tokoh teori structural fungsional melihat beberapa pola proses perubahan dalam masyarakat, yaitu:
1. Proses keseimbangan yang mengacu pada proses yang membantu mempetahankan batas-batas system baik secara dinamis maupun statis.
2. Proses perubahan structural yang mengidentifikasikan adanya saling ketergantungan unit system social, sehingga terjadi perubahan fundamental pada suatu unit tertentu mungkin akan menimbulkan sejenis pertumbuhan dalam unit lain.
3. Proses diferensiasi structural, dimana proses ini terjadi perubahan akan tetapi struktur system social secara keseluruhan tidak berubah. Dengan kata lain bahwa diferensiasi social nilain – nilai yang sudah mapan dianggap tetap tidak berubah.
4. Proses evolusi masyarakat, yaitu evolusi social dimulai dengan defensiasi yang menimbulkan unit – unit baru yang berbeda struktur maupun fungsinya.
Dari beberapa aspek yang saya telah kemukan diatas maka dapat saya ambil permasalahan yang nantinya akan kami bahas didalam Lapangan.
F. TAHAP KEGIATAN
Dalam menyesuaikan kegiatan yang dilakukan di Setu Gede Sumedang.
HARI
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
Pagi (Kamis, 14 Mei 2015)
|
Istirahat
|
All Partisipant
|
Siang
|
Sosialisasi warga sekitar (Pembukaan)
|
All Partisipant
|
Sore
|
Diskusi dan Identifikasi Masalah
|
All Partisipant
|
Pagi (Jum'at, 15 Mei 2015)
|
Silaturahim
|
All Partisipant
|
Siang
|
Diagnosa masalah
|
All Partisipant
|
Sore
|
Mncoba melakukan tahap Trearment
|
All Partisipant
|
Pagi (Sabtu, 15 Mei 2015)
|
Wawancara Intensif dengan Juru Kunci
|
All Partisipant
|
Siang
|
FGD dengan Warga
|
All Partisipant
|
Sore
|
Pemuatan Laporan dan Penutupan Acara
|
All Partisipant
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar