Selasa, 22 Maret 2016

Andriyani_Anindya_Meidiana_Selvi_Eva_Usaha Burung Puyuh Malond (Manuk Londho)_Tugas 3

Oleh:   Andriyani                    (11140530000036)

            Anindya Putri Y         (11140530000042)

            Meidiana Utami          (11140530000041)

            Selvi Claudia R           (11140530000039)

            Eva Lutfia                   (11140530000045)

Jurusan: Manajemen Dakwah – 4B

Metodologi Penelitian Dakwah

Usaha Burung Puyuh Malond (Manuk Londho)

·         Proses Mencari Isu

Hal pertama yang kami fikirkan tentang isu yang akan kami angkat adalah bagaimana isu ini memiliki cangkupan yang cukup luas, mudah diamati, dan tentu saja dalam ruang lingkup dakwah. Pada tanggal 18 Maret 2016, tepatnya hari Jum'at kami mulai mendiskusikan isu apa yang nantinya kita ambil. Saat itu sekitar pukul 10.00 WIB di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tepatnya di sekitar Ka'bah lantai 6, kami bertemu dan memulai diskusi.

Untuk mengambil satu keputusan memanglah cukup sulit, 4 dari 5 orang kelompok kami memiliki sedikitnya 2 judul atau pokok permasalahan yang disumbangkan sebagai usulan permasalahan pokok. Beberapa diantaranya membahas tentang persoalan majlis ta'lim, persoalan masjid-masjid yang ada disekitar mereka. Anindya mengusulkan kembali tentang yayasan yang diolah oleh keluarganya, Meidiana dan Andriyani mengusulkan tentang persoalan remaja masjid yang mereka ikuti, Eva mengusulkan pengajian ibu-ibu yang diikuti oleh ibunya. Dan saat itu hanya Selvi yang tidak mempunyai usulan.

Disaat kita sedang berdiskusi dengan cukup ramai, tiba-tiba salah satu ponsel kami berbunyi, bunyi itu berasal dari salah satu aplikasi Al-Qur'an dalam ponsel milik Selvi. Ayat yang berbunyi di dalamnya adalah Surat Al-Baqarah [2] : 275

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُواْ إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَاءهُ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَىَ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Kemudian kami sempat terdiam sejenak, lalu salah satu diantara kami menceletuk "Bagaimana jika isu yang akan kita jadikan penelitian tentang jual-beli? Bagaimana tentang dampaknya terhadap orang-orang disekitarnya atau tentang siapa saja orang berpengaruh terhadap majunya produksi jual-beli tersebut?". Satu ide yang menurut kami cukup menarik, karena Rasulullah SAW pun berdakwah melalui perniagaan (jual-beli).

Setelah kami sepakat mengambil isu tentang perniagaan, kami pun memutuskan membahas tentang produksi jual beli menu baru "Burug Puyuh Pedaging" yang didistribusikan oleh tetangga Selvi Claudia. Dan dari sinilah kami menentukan isu yang akan kami angkat, kami mulai merancang jadwal tentang kapan kami akann melakukan wawancara atau penelitian tersebut.

·         Proses Mengundang Masyarakat

Pada tanggal 18 Maret 2016 (Jum'at) setelah kami menentukan tentang isu apa yang akan kami ambil, Selvi langsung menghubungi anak dari distributor "Burung Puyuh Padaging" yang kebetulan adalah temannya sendiri. Setelah melakukan janjian bertemu dengan pihak-pihak tertentu, lalu keesokan harinya dengan mengorbankan banyak hal (karena weekend) kami berkunjung kerumah beliau untuk bertemu dengan Bapak Masri, istri beliau, karyawan dan satu tetangga beliau. Rumah beliau berada cukup jauh yaitu di daerah Alam Sutra.

Dengan menggunakan 3 motor, kami berangkat menuju rumah bapak Masri selaku narasumber yang akan kami wawancarai. Dalam perjalanan ini Selvi bahkan berangkat dari rumah menuju kampus untuk menuntun arah jalan yang kami tidak tahu pasti. Ketika sudah hampir sampai menuju rumah bapak Masri, Selvi berhenti di pinggir jalan karena satu motor yang ditumpangi teman kami sempat tertinggal di belakang. Dan kamu berangkat kurang lebih pukul 10.00 pagi, dan cuaca sedang cukup terik (panas). Selvi iseng membuka ponselnya dengan maksud untuk menghubungi Andriyani yang tertinggal, namun pada ketika itu pula Selvi mendapatkan diponselnya ada sebuah pesan yang diterima sekitar pukul 10.38 WIB, pesan itu berisi: "Selvi, mohon maaf sebesar-besarnya, pagi ini kami sekeluarga harus pergi ke Bekasi untuk menjenguk saudara kami yang tiba-tiba masuk rumah sakit, mungkin sore ini baru akan pulang", kurang lebih itu pesan singkat yang dikirim oleh Abi (anak dari bapak Masri). Seketika itu juga kami (Selvi, Meidiana, Anindya) merasa sangat terkejut, lalu tidak lama Andriyani dan Eva datang, mereka pun ikut terkejut dengan berita ini.

Akhirnya salah satu dari kami mengusulkan bagaimana jika kami menunggu di rumah Selvi yang jaraknya tidak jauh dari rumah bapak Masri, kami pun melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah Selvi, kami beristirahat dan menyiapkan apa-apa yang harus disiapkan. Sekitar pukul 15.15 (sesudah ashar), kami kembali menghubungi Abi anak dari bapak Masri, ternyata jawaban dari Abi cukup membuat kami kaget sekaligus kesal. Abi berkata bahwa kemungkinan besar mereka tidak akan pulang sore ini. Hal ini sempat membuat kami berfikir untuk merubah narasumber dari isu yang kami angkat, namun jika difikirkan lagi akan sia-sia usaha kami. Akhirnya kami membuat perjanjian untuk keesokan harinya, dan Alhamdulillah bapak Masri menyetujui dan berjanji akan ada di tempat yang telah kami sepakati yaitu di rumah makan burung puyuh miliknya.

Sekali lagi dengan mengorbankan jadwal weekend kami, kami berangkat menuju rumah makan milik bapak Masri di Ciledug. Kesan pertama kami bertemu dengan beliau sangat baik, beliau cukup ramah pada kami bahkan beliau berkata "Siapa tau usaha burung puyuh malond ini akan tenar dikalangan kampus", ujarnya dengan nada tawa dan kami pun memulai penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Beliau, istrinya karyawan dan tetangganya menjawab dengan ramah setiap pertanyaan yang kami ajukan, bahkan kami disuguhkan menu andalan rumah makan itu yaitu 'Burung Puyuh Malond (Manuk Londho)'

Terimakasi untuk bapak Masri yang sudah mengizinkan kami meliput bisnis jual-beli yang bapak geluti dan juga yang sudah bersusah payah mau mengundang tetangga bapak yang menjadi pelanggan setian bapak.

Ø  Mengapa kami memilih perniagaan Burung Puyuh?

Karena menurut kami, bisnis yang digeluti oleh bapak Masri itu salah satu bisnis yang masih jarang orang tahu. Selain itu berdakwah melalui jalur berniaga adalah salah satu dakwah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Diagram Venn

 

Penjelasan dari Diagram Ven:

1.      Keluarga

Merupakan faktor yang paling utama berpengaruh bagi kehidupan pribadi bapak Masri. Awalnya beliau hanya membuka usaha ayam goreng/bakar, setelah beberapa lama ada suatu perusahaan yang menawarkan untuk bekerja sama berbisnis burung puyuh dan akhirnya beliau mengambil kesempatan tersebut dengan jual-beli di RM. Burung Puyuh Padaging hingga sekarang. Selain itu, istri beliau juga ikut turut terjun langsung dalam keberlangsungan usaha suaminya. Istri bpk. Masri yang awalnya capek memasak di dapur, semenjak ada burung puyuh ini menjadi ramai dan banyak yang membantu (ada karyawan). Jadi tidak membuat istri beliau kerepotan, karena istri beliau juga harus mengurus anak-anaknya dirumah. Selain itu kehidupan ekonomi keluarga bapak Masri ini menjadi lebih baik dari sebelumnya yang sudah baik.

2.      Perusahaan PT. Peksi (Burung Puyuh)

Merupakan faktor kedua yang berpengaruh atas berkembangnya usaha burung puyuh ini, PT ini sangat berkembang karena semenjak bapak Masri menjadi salah satu distributor burung puyuh secara otomatis omsetnya naik drastis, dari yang hanya 8000/minggu kini dapat menjadi 12000/minggu. Hal ini membuat PT. Peksi terus mengoreksi produksi yang mereka keluarkan.

3.      Masyarakat/SDM

Merupakan faktor ketiga, ini membuka lapangan perkerjaan untuk masyarakat sekitar yang tidak mempunyai pekerjaan saat itu, mereka terbantu dengan dibukanya usaha yang ;ebih besar ini khususnya bagi sumber daya manusia yang memang pas pada tempatnya. Selain itu bagi masyarakat yang kurang mengetahui rasa dari daging burung puyuh, membuat mereka ingin datang berkungjung sekaligus mencicipi cita rasa dari burung puyuh tersebut.

4.      Pecinta Kuliner

Merupakan faktor keempat, ini khususnya pada pencinta burung puyuh yang mungkin jarang kita temui/jumpai dirumah makan yang biasanya hanya menyediakan ayam/bebek. Selain itu mereka juga mungkin ada yang hanya mengetahui telur dari burung puyuh tersebut dibandingkan rasa dari daging burung puyuh itu sendiri. Sajian menu yang disajikan oleh beberapa restoran-restoran kecil maupun besar membuat para pencinta kuliner makin memperkaya rasa yang mereka baru temui. Dari hasil riset 95% konsumen baik pecinta kuliner maupun biasa saja merespon positif adanya menu sajian baru ini. Dalam beberapa sajiannya burung puyuh diolah menjadi puyuh gokar (goreng-bakar, puyuh asam manis, puyuh penyet, dsb)

5.      Industri Kuliner/Perusahaan-perusahaan Kuliner

Merupakan faktor terakhir, industri-industri kuliner dengan adanya menu baru ini merasa sangat diuntungkan, hal ini terbukti dengan repeat-order yang mereka lakukan perminggunya. Seperti PT. Cita Rasa Betawi, Grup Gubuk Makan Mang Engking (GGMME), Bebek H. Slamet dsb. Mereka dapat mengorder kurang lebih 1000 perminggunya. Mereka juga sangat berterimakasih dengan adanya menu sajian baru burung puyuh ini membuat restoran mereka makin ramai dari konsumen berbagai daerah. Kini burung puyuh sudah merambah hingga daerah Sumatera, Bali dan Kalimantan, tidak hanya industri kuliner besar saja namun juga warung-warung pinggiran daerah Jakarta-Tangerang-Bekasi sudah banyak yang memakai.

Demikian hasil dari penelitian yang telah kelompok kami lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini