EKO WAHYUDI
NIM : 109051000119
TUGAS SOSIOLOGI
Marx dan Marxian
TEORI KRITIS
Dari awal 1900-an teori Marxian terus berkembang, dan sebagian besar terlepas dari aliran utama teori sosiologi. Sebagai perkecualian adalah kemunculan teori kritis atau aliran Frankfurt yang berasal dari Marxisme-Hegelian yang lebih awal. Gagasan perkembangan teori Marxian berasal dari Felix J. Weil. Pada 3 Februari 1923 resmi berdiri Institut Riset Sosial di Frankfut, Jerman. Setelah berdiri beberapa tahun sejumlah pemikir yang sangat terkenal dalam teori Marxian bergabung dengan aliran kritis ini, diantaranya Marx Horkheimer, Theodor Ardono, Erich Fromm, Herbert Marcuse, dan yang lebih belakangan, Jurgen Habermas. Perlu dikemukakan beberapa aspek terpenting dari teori kritis ini. Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian, terutama kecenderungannya menuju determinisme ekonomi. Di tahun-tahun awalnya pakar yang bergabung dalam institut cenderung mengikuti pola pikir Marxis tradisional, mencurahkan sebagian besar perhatian mereka pada bidang ekonomi. Tetapi, sekitar tahun 1930 terjadi perubahan besar karena kelompok pemikir ini mulai menggeser perhatian mereka dari sistem ekonomi ke sistem kultural. Untuk membantu mereka memahami bidang kultural, teoritisi kritis mempelajari karya Max Weber.
Kritik Utama Terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat.
Kritik terhadap Teori Marxian. Teoritisi ini merasa sangat terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi yang mekanisitis. Beberapa orang diantaranya (misalnya, Habermas, 1971) mengkritik determinisme yang tersirat di bagian tertentu dari pemikiran asli Marx, tetapi kritik mereka sangat ditekankan pada neo-Marxis terutama karena mereka telah menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanisitis. Teoritisi kritis tak menyatakan bahwa determinis ekonomi keliru, ketika memusatkan perhatian pada bidang ekonomi, tetapi karena mereka seharusnya juga memusatkan perhatian pada aspek kehidupan sosial yang lain. Aliran kritis mencoba meralat ketakseimbangan ini dengan memusatkan perhatiannya pada bidang kultural.
Kritik terhadap Positivisme. Kritik terhadap positivisme sekurangnya sebagian berkaitan dengan kritik terhadap determinisme ekonomi karena beberapa pemikir determinisme ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme tentang pengetahuan. Aliran kritis menentang positivisme karena berbagai alasan. Pertama, positivisme cenderung melihat kehidupan sosial sebagai proses alamiah. Teoritisi kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada cara-cara aktivitas tersebut mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas. Singkatnya positivisme dianggap mengabaikan aktor, menurunkan aktor ke derajat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan alamiah. Positivisme menyebabkan aktor dan ilmuwan sosial menjadi pasif.
Kritik terhadap Sosiologi. Sosiologi diserang karena "keilmiahannya", yakni karena menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri. Selain dari itu sosiologi dituduh menerima status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa kini. Menurut anggota aliran ini, sosiolog lebih memperhatikan masyarakat sebagai satu kesatuan ketimbang memperhatikan individu dalam masyarakat, maka mereka mengabaikan interaksi individu dan masyarakat. Pandangan ini yang menjadi landasan serangan aliran kritis terhadap sosiologi. Karena mengabaikan individu sosiolog dianggap tak mampu mengatakan sesuatu yang bermakna tentang perubahan politik yang dapat mengarah ke sebuah masyarakat manusia dan yang adil.
Kritik terhadap Masyarakat Modern. Aliran kritis menggeser orientasinya ke tingkat kultural mengingat kultur dianggap sebagai realitas masyarakat kapitalis modern. Artinya, tempat dominasi dalam masyarakat modern telah bergeser dari bidang ekonomi ke bidang kultural. Seperti dijelaskan Trent Schroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan. Aliran kritis jelas telah mengadopsi pembedaan Weber antara rasionalitas formal danrasionalitas subjektif atau apa yang oleh teoritisi radikal dipandang sebagai reason. Menurut teoritisi kritis, rasionalitas formal tak mencerminkan perhatian mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah yang dipandang sebagai "cara berpikir teknokratis" di mana tujuannya, adalah untuk membantu kekuatan yang mendominasi, bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi. Tujuannya adalah semata-mata untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh pemegang kekuasaan. Cara berpikir teknokratis berbeda dari cara berpikir nalar (reason), yang dalam pikiran teoritisi kritis menjadi tumpuan harapan masyarakat. Aliran kritis memandang masyarakat modern penuh dengan ketidakrasionalan.
Kritik terhadap Kultur. Teoritisi kritis melontarkan kritik pedas terhadap apa yang mereka sebut "industir kultur", yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan (misalnya, jaringan televisi) yang mengendalikan kultur modern. Ada dua hal yang paling dicemaskan oleh pemikir kritis mengenai industri kultur ini. Pertama, mereka mengkhawatirkan mengenai kepalsuannya. Kedua, teoritisi kritis terganggu oleh pengaruh yang bersifat menentramkan, menindas, dan membius dari industri kultur terhadap rakyat. Douglas Kellner (1990) mengkritik aliran kritis karena "mengabaikan analisis rinci tentang ekonomi politik media televisi, mengonseptualisasikan kultur massa sebagai sebuah instrumen ideologi kapitalis semata". Selain melihat televisi sebagai bagian dari kultur industri, Kellner mengaitkannya dengan kapitalisme korporat dan sistem politik. Kellner tidak melihat televisi sebagai kekuatan monolitik atau kekuatan yang di kendalikan oleh korporat yang koheren, tetapi sebagai "media massa yang sangat konfliktual di mana bertemu kekuatan kultural, sosial, politik, dan ekonomi yang saling bersaing". Aliran kritis juga tertarik dan kritis terhadap apa yang disebut sebagai "industri pengetahuan", yang mengacu pada entitas-entitas yang berhubungan dengan produksi pengetahuan yang menjadi struktur otonom di dalam masyarakat. Meskipun teori kritik juga mempunyai sejumlah minat positif, tetapi ia lebih banyak memberi konstribusi yang lebih kritis ketimbang konstribusi positif.
Konstribusi-konstribusi utama
Subjektivitas. Konstribusi besar dari aliran kritis adalah usahanya untuk mengorientasikan teori Marxian ke arah subjektif. Aliran kritis telah bergeser pada "superstruktur" kultural, dan bukannya "basis" ekonomi. Salah satu faktor yang memotivasi pergeseran ini adalah bahwa minat aliran kritis mencakup aspek-aspek lain dari realitas sosial, terutama kultur. Selain faktor ini, serangkaian perubahan eksternal dalam masyarakat telah menunjukkan pergeseran itu. Ideologi menurut teori kritik adalah sistem ide, yang sering kali palsu dan mengaburkan, yang diciptakan oleh elite sosial. Semua aspek spesifik dari superstruktur dan orientasi aliran kritis terhadapnya dapat dimasukkan dalam tajuk "kritik terhadap dominasi". Salah satu perhatian aliran kritik pada tingkat kultural adalah apa yang disebut Habermas (1975) sebagai legitimasi. Ini dapat didefinisikan sebagai sistem ide yang dihasilkan oleh sistem politik, dan secara teoritis, oleh sistem lainnya, untuk mendukung eksistensi sistem. Kesadaran massa menjadi dikontrol oleh kekuatan eksternal. Akibatnya, massa gagal mengembangkan kesadaran revolusioner. Friedman (1981) mengatakan bahwa teoritisi kritis mengambil tiga hal dari karya Freud: (1) struktur psikologis; (2) pemahaman psikopatologi; (3) kemungkinan liberasi fisik.
Dialektika. Pada tingkat yang paling umum, pendekatan dialektika berarti fokus pada "totalitas" sosial. Dialektika juga memuat rumusan metodologis: satu komponen kehidupan sosial tidak dapat dikaji tanpa menyertakan komponen selebihnya. Menurut pandangan teori kritis (dan Marxis lainnya), orang mulai melihat masyarakat sebagai "sifat kedua"; ia "dibayangkan oleh akal sehat sebagai kekuatan yang asing, tak kenal kompromi, menuntut, angkuh-tak seperti sifat manusia. Agar terikat oleh aturan nalar, agar berperilaku rasional, meraih kesuksesan, agar bebas, manusia sekarang harus mengakomodasi dirinya pada 'sifat kedua' ini". Teoritisi kritis juga memikirkan tentang masa depan, tetapi dengan mengikuti pemikiran orisinil Marx, mereka menolak menjadi utopian; mereka menitikberatkan pada kritik dan mengubah masyarakat kontemporer. Salah satu kritik paling keras terhadap teori kritis adalah bahwa teori itu biasanya ditulis sedemikian rupa sehingga hampir tidak bisa dipahami oleh kebanyakan masyarakat.
Pengetahuan dan Kepentingan Manusia. Salah satu perhatian dialektika paling terkenal dari teori kritik adalah minat Jurgen Habermas (1970, 1971) terhadap hubungan antara pengetahuan dan kepentingan manusia, sebuah contoh dari perhatian dialektika yang lebih luas terhadap hubungan antara faktor subjektif dan objektif. Habermas membedakan tiga sistem pengetahuan dan kepentingannya yang saling berhubungan. Tipe pertama dari pengetahuan itu adalah ilmu analitik, atau sistem saintifik positivik klasik. Tipe kedua adalah pengetahuan humanistik, dan kepentingannya adalah untuk memahami dunia. Tipe ketiga adalah pengetahuan kritis, kepentingan yang melekat pada pengetahuan jenis ini adalah emansipasi manusia.
Kritik terhadap Teori Kritis
Sejumlah kritik telah diajukan kepada teori kritik. Pertama, teori kritis dituduh bersifat ahistoris, meneliti berbagai peristiwa tanpa banyak memperhatikan pada konteks sejarah dan komparatifnya. Kedua, aliran kritis umunya mengabaikan ekonomi. Ketiga, teoritisi cenderung berargumen bahwa kelas pekerja telah hilang sebagaimana halnya kekuatan revolusioner, pandangan yang bertentangan dengan analisis Marxian tradisional. Kritik-kritik tersebut membuat tokoh Marxis tredisional terkemuka seperti Bottomore berkesimpulan: "Aliran Frankrut, dalam bentuk orisinilnya, dan aliran Marxisme atau sosiolog, telah mati". Sentimen yang sama diekspresikan oleh Greisman, yang menyebut teori kritik sebagai "paradigma yang gagal".
Teori Kritis Dewasa Ini
Tekno-Kapitalisme. Teori Kellner didasarkan atas premis bahwa kita belum lagi bergerak ke abad post-industri, tetapi masih berada di zaman kapitalisme yang terus merajalela seperti di masa jayanya teori kritis. Menurut istilah teknis Marxian, dalam masyarakat tekno-kapitalisme, "modal konstan berangsur-angsur menggantikan modal variabel seperti tercermin dalam rasio antara teknologi dan tenaga kerja yang makin meningkat dengan mengorbankan input tenaga kerja manusia". Menurut Kellner peran kunci teori kritis tak hanya sekedar melancarkan kritik, tetapi berupaya menganalisis peluang kebebasan yang ditawarkan oleh tekno-kapitalisme. Inti dari tesis Kellner adalah bahwa meski telah berubah secara dramatis, namun kapitalisme masih akan tetap berkuasa dalam dunia masa kini, dengan demikian peralatan analisis yang disediakan oleh aliran kritis dan oleh teori Marxian pada umumnya masih tetap relevan untuk menganalisis kehidupan masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar