Minggu, 30 September 2012

Marxian dan Teori Kritis

 

           

            Teori Marxian terus berkembang pada tahun 1900 sampai dengan tahun 1930. Dan sebagian dari teori tersebut terlepas dari aliran sosiologi yang utama. Dengan itu pula munculah teori kritis sebagai tolak ukur belakang dari teori Marxian yang tumbuh dan berkembang dari pemikiran Marxis Hegelian. Seperti Lukas dan Gramsci. Dan teori ini pun telah bergeser lebih jauh dari akar determinasi ekonomi Marxian tradisional.

     Yang cukup penting adalah perkembangan sosiologi Amerika yang membahas berbagai masalah dari sudut pandang Marxian. Ada kelompok sosiolog yang sangat penting yang mempelajari sosiologi sejarah menurut perspektif Marxian. Kelompok lain menganalisis kehidupan ekonomi menurut perspektif sosiologi. Kelompok ini membuat analisis sosiologi empiris yang masih agak tradisional, tetapi hasil karya mereka ditandai oleh basis pemikiran yang kuat dari teori Marxian (misalnya Kohn, 1976). Perkembangan yang menjanjikan dan relatif baru adalah marxisme spasial. Beberapa pemikir sosial (Harvey, 2000; Levebvre, 1974/1991; Soj. 1989) yang telah meneliti geografi sosialdari perspektif Marxian.

 

     Tetapi, dengan runtuhnya Uni soviet atau Rusia serta Rezim Marxis di seluruh dunia, teori Marxian pun mulai mengalami kemunduran pada 1990-an. Akibat dari kemuduran teori Marxian ini sebagian pakar tetap belum berhasil merekonstruksi ulang teori Marxis. Yang lain terpaksa mengebangkan versi baru teori Marxian. Kelompok lainnya tiba pada kesimpulan bahwa teori Marxian harus dibuang. Wakil pendirian terakhir ini adalah buku Ronald Aronson, After Marxism (1995). Dibagian awal buku itu dikatakan: "Marxisme telah berlalu dan kita berada dalam pemikiran kita sendiri" (aronson, 1995:1). Inilah pengakuan seorang Marxist. Meski Aronson menyadari masih ada orang yang berkarya dengan teori Marxian, ia mengingatkan bahwa mereka harus menyadari bahwa karyanya itu tak lagi menjadi bagian proyek Marxian yang lebih luas tentang transformasi sosial. Artinya teori Marxian tidak lagi berhubungan dengan program yang bertujuan mengubah basis masyarakat seperti yang dimaksudkan Marx. Teori marxian menjadi teori tanpa praktik. Suatu ketika teoritisi Marxis tak lagi tergantung pada program Marxian, tetapi harus bergulat dengan masyarakat modern dengan "kekuatan dan energi mereka sendiri" (Aronson, 1995:4).

 

            Sementara neo-Marxian tak akan pernah mencapai status yang pernah dicapainya dahulu, ia mengalami suatu mini-renaisans (misalnya, Hardt dan Negri, 2000) dari sudut pandang globalisasi, persepsi bahwa bangsa kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin (stiglitz, 2002), dan protes diseluruh dunia menentang disparitas dan penyalahgunaan lainnya. Ada banyak orang yang percaya bahwa globalisasi akan membuka seluruh dunia, mungkin untuk pertama kalinya, kearah kapitalisme dan eksesnya (Ritze, 2004). Jika demikian, dan jika ekses itu terus berlanjut dan bahkan terakselerasi, kita akan melihat kebangkitan kembali minat terhadap sosiologi Marxian, kali ini diterapkan pada ekonomi kapitalis global

            Teori ini merupakan produk sekelompok neo-Marxis jerman yang tidak puas dengan keadaan dari teori Marxian, terutama kecenderungannya menuju determinasi ekonomi. Dengan adanya teori ini pun telah dibangun sebuah organisasi yang berkaitan dengan teori kritis. The Institute of Social Research di dirikan di kota Frankfurt yang berada di negara Jerman, pada tangal 23 Februari 1923. Teori ini telah berkembang dari sebagian besar berorientasi ke pemikiran Eropa. Meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika.

            Teori ini sangat merasa terganggu oleh pemikir Marxian penganut determinasi ekonomi yang mekanistis. Teoritisi kritis tak menyatakan bahwa determinis ekonomi keliru, namun ketika memusatkan perhatian pada bidang ekonomi saja, tetapi mereka seharusnya memusatkan perhatian pada aspek kehidupan sosial lainnya. Selain menyerang teori Marxian lain, aliran kritis ini jugamengkritik masyarakat lain seperti bekas Uni Soviet.

            Teori kritis ini juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung penelitian ilmiahterutama di bidang positivisme. Aliran kritis ini menentang positivism karena berbagai lasan. Pertama, karena positivism lebih cenderung melihat kehidupan sosial sebgai proses alamiah. Teori ini lebih menyukai dan memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada cara-cara aktivitas tersebut. Positivisme juga di serang karena berpuas diri hanya dengan menilai alat untuk mencapai sebuah tujuan tertentu, dank arena tidak membuat penilaian serupa terhadap tujuan.

            Ciri khas dari  Teori Kritis  ialah bahwa teori ini sama sekali berbeda dengan pemikiran filsafat dan sosiologi yang berpikiran secara tradisional. Inti dari semuanya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Pada point tertentu, ia menganggap dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris.

            Pada dasarnya, teori kritis dipengaruhi oleh dua pemikiran yang menjadi pemikran yang utama. Yang pertama adalah teori kritis yang dungkapkan oleh Frankfurt school.  Yang sumber pemikirannya bisa dilacak dari pemikiran-pemikiran yang telah di keluarkan oleh Habermas, Adorno, dan Max Horkheimer, serta disukung oleh pemikir-pemikir lain seperti Herbert Marcuse, Walter Benjamin, Eric Fromm, Albrecht Wellmer, Karl-Otto Apel, dan Axel Honneth. Pengaruh yang kedua yakni berasal dari karya dan pemikiran Antonio Gramsci dan lain-lain.

Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme. Yaitu memiliki pengertian  memahami keberadaan struktur-struktur sosial dan politik sebagai bagian dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial politik. Sifat politis pengetahuan ini berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda, yakni

 

1.    Pemikiran mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja (parsial) yang dikemukakan oleh Kant.

 

2.    Mengenai teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut yang dikemukakan oleh Hegel dan Marx.

 

3.     Pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua kategori, yakni tradisional  dan kritis.

Teori tradisional menganggap adanya pemisahan antara teoritisi dan objek kajiannya. Artinya, teori tradisional berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-obyek dan berargumen bahwa teori selalu memilki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu.

Sosiologi pun sempat di kritik dengan teori ini. Sosiologi diserang karena keilmiahannya . yang dimaksud ialah karena menjadikan teori ilmiah sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri. Selain itu sosiologi dituduh menerima satus quo.

Namun teori kritik pun masih mendapat beberapa kritikan. Sejumlah kritik yelah diajukan terhadap teori kritik, yakni :

1.  Teori ini dituduh bersifat ahistoris atau meneliti berbagai peristiwa tanpa banyak memperhatikan pada konteks sejarah dan   komparatifnya.

2.       Umumnya teori ini mengabaikan hal ekonomi

3.       Teori ini cenderung berpendapat bahwa kelas pekerja telah hilang sebagaimana halnya kekuatan revolusioner.

Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa teori kritis dibentuk untuk  menjadi tolak ukur dri teori Marxian. Namun teori kritis pun masih banayak kekurangan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini