MEDIA CETAK DAN MEDIA KONVENSIONAL (STRUKTUR, SISTEM, DAMPAK)
Nama : Farwah Assegaf (109051000146)
Kelas : KPI 6F
A. PENDAHULUAN
Media cetak merupakan media komunikasi pertama yang dikenal manusia sebagai media yang memenuhi ciri-ciri komunikasi arah ( satu arah, melembaga, umum, serempak ). Media massa cetak berbentuk surat kabar, tabloid, majalah, bulletin. ( Abede ; 2002 ).
Ciri-ciri media cetak ( Abede ; 2002 : 103 ) :
1. Daya tampungnya tinggi ( memiliki peluang untuk menambah halaman )
2. Daya dokumentasinya tinggi ( sangat mudah disimpan atau diperbanyak )
3. Jaringan distribusinya terbatas ( karena sifatnya yang literer ).[1]
Sedangkan Yang kita kenal dengan Media Konvensional adalah : TV, Radio, Koran, Majalah dan lain-lain, dengan cepat pula kita dapat memperoleh informasi dari media tersebut. Ada sebagian orang yang mengatakan saat ini media konvensional tersebut sudah menjadi traditional media dimana media digital sudah mulai mempengaruhi gaya hidup manusia di Era informasi seperti saat ini.
Struktur Media Cetak dan Media Konvenional
Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers atau media massa: Bagian Redaksi (Editor Department) dan Bagian Pemasaran atau Bagian Usaha (Business Department). Bagian Redaksi dipimpin oleh Pemimpin Redaksi. Bagian Pemasaran dipimpin olen Manajer Pemasaran atau Pemimpin Usaha. Di atas keduanya adalah Pemimpin Umum (General Manager). Ada juga Pemimpin Umum yang merangkap Pemimpin Redaksi. Bagian Redaksi tugasnya meliput, menyusun, menulis, atau menyajikan informasi berupa berita, opini, atau feature. Orang-orangnya disebut wartawan. Redaksi merupakan merupakan sisi ideal sebuah media atau penerbitan pers yang menjalankan visi, misi, atau idealisme media.Bagian Redaksi dikepalai oleh seorang Pemimpin Redaksi. Di bawah Pemred biasanya ada Wakil Pemred yang bertugas sebagai pelaksana tugas dan penanggungjawab sehari-hari di bagian redaksi. Pemred/Wapemred membawahi seorang atau lebih Redaktur Pelaksana yang mengkoordinasi para Redaktur (Editor), Koordinator Reporter atau Koordinator Liputan (jika diperlukan), para Reporter dan Fotografer, Koresponden, dan Kontributor. Termasuk Kontributor adalah para penulis lepas (artikel) dan kolumnis. Di Bagian Redaksi ada pula yang disebut Dewan Redaksi atau Penasihat Redaksi. Biasanya terdiri dari Pemred, Wapemred, Redpel, Pemimpin Usaha, dan orang-orang yang dipilih menjadi penasihat bidang keredaksian. Ada pula yang disebut Staf Ahli atau Redaktur Ahli, yakni orang-orang yang memiliki keahlian di bidang keilmuwan tertentu yang sewaktu-waktu masukan atau pendapatnya sangat dibutuhkan redaksi untuk kepentingan pemberitaan atau analisis berita. Bagian lain yang terkait dengan bidang keredaksian adalah Redaktur Pracetak yang membidangi tugas Desain Grafis (Setting, Lay Out, dan Artistik) serta Perpustakaan dan Dokumentasi. Dalam hal tertentu, bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dapat masuk ke bagian Redaksi.
Sistem Media Cetak dan Media Konvensional
Pertama, kebijakan redaksi yang tergantung pada ideologi atau politik media cetak. Misal, KOMPAS (Katolik), Suara Pembaruan (Kristen), Republika (Islam), Suara Karya (Parpol) dll. Kedua, frekuensi terbit: harian; mingguan, dwi mingguan; bulanan. Ketiga, tenggat terbit: jam (harian); hari tertentu (mingguan); minggu tertentu (bulanan). Ini perlu diketahui dan diperhatikan oleh pemasang iklan. Keempat, cetak: off set modern sampai dengan cetak digital jarak jauh. Kelima, sirkulasi: lokal; nasional; regional; internasional. Keenam, pembaca: jenis kelamin, usia, pendidikan, penghasilan, profesi, hobby, suku, agama dan ras/etnik. Ketujuh, metode distribusi: bagaimana media cetak itu didistribusikan. Misalnya, eceran, loper, agen, toko dll.[2]
Dampak Media Cetak dan media Konvensional
Masing – masing media memiliki kelebihan dan kekurangan serta mempunyai khalayak sendiri – sendiri. Menurut Dominick ( JISK ; 2001), media cetak memiliki kelebihan sekaligus kekurangan, yaitu : pertama, kelebihan media cetak yaitu pada kedalaman analisisnya yang lebih panjang dan tajam, lalu kekurangannya dimensi "ruang" (space) lebih menentukan cara penyampaian berita. Kedua, media cetak memiliki kekayaan dalam member informasi kepada khalayak yang lebih banyak dan mudah diingat, media cetak lebih permanen, dalam pengertian membacanya bisa diulang-ulang dan bisa dibaca kapan saja. Ketiga, kekurangan media cetak terletak antara hubungan wartawan dengan pembaca, sangat berjarak, umumnya wartawan bersifat anonym. Keempat, proses penyajian berita pada media cetak lebih sederhana, yang menentukan si wartawan sendiri dan redakturnya.[3]
Media konvensional seperti surat kabar saat ini sudah tersaingi oleh media elektronik yang lebih praktis dan mudah digunakan . Karena banyaknya kesibukan seseorang maka pengguna media akan beralih ke media elektronik yang lebih praktis dan mudah digunakan . Akan tetapi kita tidak boleh begitu saja meninggalkan media konvensional karena sejarahnya yang begitu panjang . Dan sepertinya ada kelebihan tersendiri dari media konvensional dibandingkan dengan media elektronik yaitu harganya yang lebih terjangkau .
Dampak positif dari media konvensional ; Sebagai media cetak pengantar informasi , sarana ilmu pengetahuan , informasi tentang lowongan pekerjaan , dan sebagainya . Dilihat dari fungsinya sepertinya media konvensional pun tidak begitu kalah dengan media elektronik seperti internet , hanya saja internet lebih unggul dari lebih banyaknya informasi yang didapatkan dan tampilannya yang lebih menarik dibandingkan dengan media konvensional . Tetapi semoga saja media konvensional dan media cetak tetap banyak digunakan oleh pengguna yang mencari informasi .[4]
B. MTODE STUDI
Dalam penulisan Paper ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data yaitu dengan melihat, membaca, dan mempelajari buku-buku referensi juga mencari dari Wikipedia/internet.
C. ANALISIS
Media cetak merupakan sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah. Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat, di samping media elektronik dan juga media digital. Di tengah dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya, yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.
Dalam banjir informasi seperti ini, masyarakat harus hati-hati karena banyak informasi yang belum tentu benar, bahkan mungkin menyesatkan, di antaranya yang berasal dari media non konvensional, yaitu informasi yang berasal dari sms, blackberry messenger (bbm), dan media sosial lainnya. Sebagai contoh, akibat sms berantai tentang isu penculikan di Nusa Tenggara Barat, pada bulan Oktober 2012, sebanyak lima orang tewas dikeroyok massa. Setelah diperiksa ternyata ke lima orang yang tewas itu bukan penculik. Sekretaris Jenderal Serikat Perusahan Pers Pusat, Ahmad Djauhar menulis di Harian Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2012, setelah korban berjatuhan akibat sms berantai itu, sejumlah pejabat di NTB menyeru kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri.
Untuk itu, diharapkan masyarakat jangan langsung percaya terhadap informasi yang diterimanya, walaupun informasi itu disiarkan oleh media-media konvensional. Yang dimaksud dengan media konvensional adalah radio, televisi dan media cetak. Setiap ada informasi yang masuk perlu dikaji, perlu dikonfirmasi sekali lagi. Pengambilan keputusan yang terlalu cepat terhadap informasi yang beredar bisa berakibat fatal seperti yang terjadi di Lombok. Korban yang tewas tidak bisa dihidupkan lagi.
Sangat disarankan kepada masyarakat, jika mendengar isu yang mengganggu keselamatan masyarakat, segera bertanya kepada pengelola media konvensional untuk melakukan konfirmasi. Misalnya bertanya kepada radio yang mengkhususkan diri sebagai saluran berita. Jika info yang beredar menyangkut nyawa seseorang, selain bertanya kepada radio berita, periksa juga siaran televisi, dan keesokan hari periksalah berita itu di koran-koran. Jika di radio, televisi dan koran tidak ada berita yang diisukan melalui bbm atau sms, hampir dapat dipastikan berita bbm dan sms berantai itu bohong. Misalnya isu tentang tewasnya seorang mahasiswa di Jakarta pada waktu demonstrasi anti kenaikan harga bahan bakar minyak yang disiarkan melalui sms berantai dan bbm. Matinya seorang mahasiswa dalam demonstrasi anti kenaikan harga BBM itu adalah berita besar yang pasti akan disiarkan media konvensional. Ternyata tak ada mahasiswa yang mati ditembak waktu demonstrasi itu, dan tidak ada satu pun media konvensional di Indonesia yang menyiarkannya.
Mengapa perlu merujuk ke media konvensional? Karena media itu ada penanggungjawabnya, sudah mempunyai riwayat kredibilitas, dan mempunyai standar layak siar. Media konvensional juga memegang teguh kode etik jurnalistik, sehingga kalau ada kesalahan dalam berita, mereka segera memperbaiki, dan seringkali diiringi permohonan maaf kepada khalayak.
DAFTAR PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar