Senin, 22 April 2013

Sita Mawarni Murdiati_109051000167_tugas ke 6

MEDIA CETAK DAN MEDIA KONVENSIONAL

SITA MAWARNI MURDIATI (NIM 109051000167)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM VI/G


PENDAHULUAN

Perkembangan komunikasi antarmanusia adalah sama dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Everett M. Rogers dalam bukunya mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Masyarakat mengetahui bahwa perkembangan teknologi media berkembang dimulai dari era media tulis dan cetak. Perkembangan media tulis telah lama dikenal masyarakat dan menjadi pertanda permulaan peradaban sebuah bangsa. Berbagai macam temuan budaya tulis manusia di berbagai bangsa di dunia dapat ditemukan dam bentuk relief, grafik, ukiran, tanda, dan simbol yang dibuat pada dinding-dinding bangunan, batu, kayu, pohon, pelepah pohon maupun daun, dan lainnya. Beberapa abad kemudian baru masyarakat terbiasa dengan mencetak huruf secara manual yang dilakukan pada media yang ada saat itu. Lalu kemudian barulah ketika Elergi Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1450 muncul sejumlah surat kabar. Teknologi mesin cetak dan era media cetak bertahan selama berabad-abad bahkan hingga saat ini.[1] Pada media cetak, kehadiran teknologi digital berhasil mengubah sistem mesin cetak tersebut menjadi media grafis atau digital.

Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers atau media massa: Bagian Redaksi (Editor Department) dan Bagian Pemasaran atau Bagian Usaha (Business Department). Bagian Redaksi dipimpin oleh Pemimpin Redaksi. Bagian Pemasaran dipimpin olen Manajer Pemasaran atau Pemimpin Usaha. Di atas keduanya adalah Pemimpin Umum (General Manager). Ada juga Pemimpin Umum yang merangkap Pemimpin Redaksi.
Bagian Redaksi tugasnya meliput, menyusun, menulis, atau menyajikan informasi berupa berita, opini, atau feature. Orang-orangnya disebut wartawan. Redaksi merupakan merupakan sisi ideal sebuah media atau penerbitan pers yang menjalankan visi, misi, atau idealisme media.Bagian Redaksi dikepalai oleh seorang Pemimpin Redaksi. Di bawah Pemred biasanya ada Wakil Pemred yang bertugas sebagai pelaksana tugas dan penanggungjawab sehari-hari di bagian redaksi.
Pemred/Wapemred membawahi seorang atau lebih Redaktur Pelaksana yang mengkoordinasi para Redaktur (Editor), Koordinator Reporter atau Koordinator Liputan (jika diperlukan), para Reporter dan Fotografer, Koresponden, dan Kontributor. Termasuk Kontributor adalah para penulis lepas (artikel) dan kolumnis. Di Bagian Redaksi ada pula yang disebut Dewan Redaksi atau Penasihat Redaksi. Biasanya terdiri dari Pemred, Wapemred, Redpel, Pemimpin Usaha, dan orang-orang yang dipilih menjadi penasihat bidang keredaksian. Ada pula yang disebut Staf Ahli atau Redaktur Ahli, yakni orang-orang yang memiliki keahlian di bidang keilmuwan tertentu yang sewaktu-waktu masukan atau pendapatnya sangat dibutuhkan redaksi untuk kepentingan pemberitaan atau analisis berita. Bagian lain yang terkait dengan bidang keredaksian adalah Redaktur Pracetak yang membidangi tugas Desain Grafis (Setting, Lay Out, dan Artistik) serta Perpustakaan dan Dokumentasi. Dalam hal tertentu, bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dapat masuk ke bagian Redaksi.[2]

Media komunikasi konvensional adalah yang hanya bisa menyediakan komunikasi satu arah dengan penggunanya. Contohnya: Radio, TV, Koran.

Sistem konvesional memiliki karakteristik sebagai berikut

1. Daerah jangkauan luas
2. Daya yang digunakan besar
3. Kapasitas sistem masih rendah
4. Modulasi analog berupa frequency modulation (FM) sehingga memerlukan bandwith yang besar.
5. Belum menggunakan handoff belum terhubung ke jaringan public service telphone network  (PSTN)
6. Komunikasi hanya untuk suara (voice) saja.[3]

METODE STUDI

Metode yang penulis gunakan pada penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode studi pustaka.Yakni penulis melakukan pencarian terhadap bahan bacaan relevan yang sesuai dengan judul materi tersebut

ANALISIS KASUS

Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti tengah, perantara atau pengantar.  Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4), Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar". Dijabarkan juga oleh  Djamarah (1995 : 136), Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Contoh-contoh Media antara Lain: Televisi, Radio, Film, Gambar yang di proyeksi, OHP, LCD, dan lain-lain. Media konvensional seperti surat kabar saat ini sudah tersaingi oleh media elektronik yang lebih praktis dan mudah digunakan . Karena banyaknya kesibukan seseorang maka pengguna media akan beralih ke media elektronik yang lebih praktis dan mudah digunakan . Akan tetapi kita tidak boleh begitu saja meninggalkan media konvensional karena sejarahnya yang begitu panjang . Dan sepertinya ada kelebihan tersendiri dari media konvensional dibandingkan dengan media elektronik yaitu harganya yang lebih terjangkau .

     Dampak positif dari media konvensional ; Sebagai media cetak pengantar informasi , sarana ilmu pengetahuan , informasi tentang lowongan pekerjaan , dan sebagainya .  Media kini menjadi bagian penting dalam proses interaksi antar manusia. Media semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi. Keberadaan media elektronik yang semakin hari menunjukkan progress dalam mempersempit hambatan ruang dan waktu cukup mempengaruhi keberadaan media konvensional yang lebih dulu muncul.

Sebagai contoh saja, keberadaan media konvensional seperti surat kabar cetak yang mulai tersaingi oleh keberadaan media elektronik seperti internet. Kemudahan – kemudahan yang ditawarkan media elektronk ditengah kesibukan manusia yang semakin tinggi, membuat media elektronik menjadi pilihan tepat untuk memperoleh informasi.

 

Ada Banyak orang yang mengatakan bahwa Internet dapat membuat tutupnya media publikasi konvensional yang hanya mengandalkan media cetak. Hype ini belum terbukti. Hal ini disebabkan karena dahulu untuk menayangkan (publish) sebuah tulisan di Internet dibutuhkan kemampuan coding HTML. Kemudian muncul alat bantu yang mempermudah penulisan HTML. Namun ini masih kurang. Hasil tampilan masih pas-pasan saja.  Muncullah blogger dengan alat bantu penulisan dan cara penyajian yang menarik. Ada mekanisme untuk mengubah tema (theme, style) dari tampilan dengan hanya menekan beberapa tombol saja. Hasilnya adalah tampilan yang sebanding dengan tampilan dari media cetak. Hanya, masalah konvensional masih belum dipecahkan, yaitu mencari sumber tulisan yang bagus. Yang ini ternyata masih belum bisa diotomatiskan. Masih harus dilakukan oleh orang. Mungkin suatu saat ini bisa diotomatiskan dengan menggunakan program intelegensia buatan yang dijalankan oleh komputer? Kita tinggal menuliskan plotnya, memilih temanya (serius, komedi), dan kemudian sang komputer menuliskan detailnya.[4]

DAFTAR PUSTAKA

·         Prof.Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos,M. Si, "Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi, Komunikasi di masyarakat", Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008, hal. 112

·         http://yuli-kamboja.blogspot.com/2011/04/media-cetak.html di akses pada tanggal 22 April 2013 pukul 12.46

·         http://teknologi.kompasiana.com/internet/2013/04/09/media-komunikasi-zaman-prasejarah-elektronik-dan-konvensional-549686.html di akses pada tanggal 22 April 2013 pukul 12.46

·         http://zolgazius.blogspot.com/2010/10/dampak-negatif-new-media-terhadap-media.html di akses pada tanggal 22 April 2013 pukul 12.46

 



[1] Prof.Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos,M. Si, "Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi, Komunikasi di masyarakat", Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008, hal. 112

[2] http://yuli-kamboja.blogspot.com/2011/04/media-cetak.html di akses pada tanggal 22 April 2013 pukul 12.46

1 komentar:

  1. Teori Idealis (Pendekatan Isi/Konsep)_Abbil Arqham T_109051000213_Tugas3
    1. Pendahuluan
    A. Pendahuluan
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, idealisme adalah aliran dalam falsafah yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar, yang dapat dirasakan dan dipahami, hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita atau patokan yang dianggap sempurna.
    Teori idealis melihat bahwa perubahan sosial dapat disebabkan oleh faktor non-material, seperti ide, nilai, dan ideologi. Apa yang ada di luar sana (di lingkungan sekitar) dapat dibangun dengan ide-ide yang ada. Ide merupakan rancangan yang ada dalam pikiran atau sebuah gagasan yang ingin kita aplikasikan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Sedangkan nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi masyarakat, dan ideologi merupakan sekumpulan konsep bersistem yang dapat memengaruhi pola pikir lingkungan sekitarnya.

    B. Metode Studi

    Metode yang penulis gunakan pada penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode studi pustaka.Yakni penulis melakukan pencarian terhadap bahan bacaan relevan yang sesuai dengan judul materi tersebut
    C. Analisis
    Teori idealis merupakan hasil dari pemikiran Max Weber. Pemikiran Weber dipengaruhi oleh dua orang ilmuwan, yaitu Dilthey sebagai seorang Neoidealis dan Rickert sebagai seorang NeoKantian. Para Neoidealis memperhatikan dunia sebagai sebuah lapangan untuk melakukan aksi, sementara para NeoKantian berurusan dengan dunia sebagai sebuah objek pengetahuan.
    Para idealis memandang perkembangan semangat manusia sebagai sebuah proses kreasi murni. Weber berpendapat bahwa sasaran nilai sejarah tak pernah dapat ditemukan dalam sebuah sistem nilai-nilai universal.Perubahan selalu terjadi dalam setiap fase kehidupan kita tanpa dapat kita ketahui akhirnya karena dalam kehidupan selalu terdapat aktivitas-aktivitas baru yang dapat menorehkan sejarah yang baru.
    Menurut Weber, ilmu kebudayaan memiliki peran untuk memahami makna-makna. Ilmu kebudayaan bertujuan untuk memahami suatu proses yang sedang berjalan dengan semacam bukti khusus yang dikaitkan dengan jalinan hubungan-hubungan yang bermakna.

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku-buku :
    Bachtiar, Wirda. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Tim Buku Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
    Soekanto, Soerjono. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Cetakan ke-3. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.



    BalasHapus

Cari Blog Ini