NAMA : RACHMAT JAZULI KELAS : KESSOS 2A
NIM : 1113054100032
Teori Karl Marx
1. Kapital, kapitalis dan ploretariat
Marx menemukan inti masyarakat kapitalis didalam komoditas. Suatu masyarakat didominasi oleh objek-objek yang nilai utamanya adalah pertukaran yang memproduksi kategori-kategori masyarakat tertentu. Dua tipe utama yang menjadi perhatian Marx adalah proleariat dan kapitalis.
Proletariat adalah para pekerja yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat-aat produksi sendiri. Mereka tidak memilik sarana-sarana sendiri dan pabrik-pabrik sendiri, tetapi marx percaya bahwa ploretariat bahkan akan kehilangan keterampilan mereka seiring dengan meningkatnya mesin-mesin yang mengantikan mereka. Karena proletariat hanya memproduksi demi pertukaran, maka mereka juga konsumen. Karena mereka tidak memiliki sarana-sarana untuk memproduksi sarana-sarana untuk memproduksi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, maka mereka harus menggunakan upah yang mereka peroleh untuk membeli apa yang mereka butuhkan. Maka dari itu proletariat tergantung sepenuhnya pada upahnya untuk bertahan hidup. Hal inilah yang membuat proletariat tergantung pada orang yang memberi upah.
Orang yang memberi upah adalah kapitalis, jelas adalah kapialis adalah orang-orang yang memiliki alat produksi. Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata lain, kapital lebih merupakan uang yang di investasikan ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keingginan manusia.
Jadi kapitalisme adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa kapital bukan hanya itu : kapital juga merupakan sebuah resolusi sosial tertentu. dengan kata lain uang hanya akan menjadi kapital, karena adanya relasi sosial antara proletariat yang bekerja dan harus membeli produk dengan orang yang menginvestasikan upahnya. Kapitalis kapital untuk memperoleh keuntunagan terlihat sebagai kekuatan yang di bantu oleh alam- suatu kekuatan produktif imanen didalam kapital.
Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.
Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional."Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-
Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.
2. Eksploitasi
Bagi Marx, ekploitasi dan dominasi lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan dan kekuasaan yang tidak seimbang. Ekspliotasi merupakan suatu bagianpenting dari ekonomi kapitalis. Tentu saja masyarakat memiliki sejarah eksploitasi, tetapi yang unik dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal dan "objekti". Kemudian paksaan jarang dianggap sebagai kekerasan, malah menjadi kebutuhan pekerja itu sendiri, yang biasaterpenuhi hanya melaui upah, secara ironis Marx menggabarkan kebebasan upah kerja ini.
Untuk menggubah uangnya menjadi kapital ....pemilik uang harus bertemu di dalam pasar dengan buru-buruh bebas, bebas dalam dua pengrtian, dari satu sisi sebagai seseorang yang bebas dia bisa mengatur tenaganya sebagai komoditasnya sendiri, dan disisi lain sebagai seseorang yang tidak memiliki komoditas lain untuk dijual, dia kekurangan segala sesuatu yang penting untuk merealisasikan tenaganya.
Para pekerja menjadi"buruh- buruh yang bebas", membuat kontrak-kontrak bebas dengan para kapitalis. Namun , Marx percaya bahwa para pekerja tidak lagi mampu memproduksi demi kebutuhan mereka sendiri. Hal ini benar khususnyakarena biasanya kapitalisme menciptakan apa yang disebut Marx sebagai"tentara cadangan" dari pengagguran yang mau melakukanya. Inilah misalnya yang ditemukan Barbara Ehrenreich sebagai tujuan iklan lowongan kerja berupah yang rendah.
Kapitalisme membayar para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. Hal ini membawa kita pada konsep sentral tentang nilai-nilai suplus. Nilai surplus di didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai produksi ketika dijual dan nilai elemen-elemen yang digunakan untuk membuat poduk tersebut (termasuk kerja para pekerja). Kaptalisme biasanya menggunakan keuntungan ini untuk konsumsi pribadi, akan tetapi hal tersebut belum mengakibatkan ekspansi kapitalisme. Kapitalis melebarkan perusahaa mereka dengan menggubah nilai-surplus itu menjadi modal yang akan menghasilkan nilai-nilai surplus yang lebih banyak. Marx memberiakan sebuah ibarat, tentang hal ini" kapitalisme merupakan kerja mati, seperi vampir, yang hiup dengan menhisap kehidupan kerja, dan makan dia hidup, makin banyak kerja yang dihisapnya"
Marx menggemukakan poin penting lainya tentang kapital" kapital eksis dan hanya bisa eksis sebagai kapital-kapital. Maksudnya disini adalah bahwa kapitalisme selalu di dorong oleh kompetisi yang tiada henti. Kapitalisme mungkin terlihat terkontrol, meskipun mereka didorong oleh kompetisi yang konstan antara kapital-kapial. Kapital dipaksa untuk memperoleh lebih banyak keuntungan demi mengakumulasikan dan menginvestasikan lebih banyak kapital. " begitulah, kapitalis sama dengan si kikir dalam sebuah hal yang absolut, yakni memperkaya diri sendiri. Namun yang terlihat pada si kikir sebagai kegilaan individu, maka dalam kapitlis terlihat terliha sebagai efek dari mekanisme sosial yan roda penggeraknya adalah dirinya sendiri.
Keingginan untuk memperoleh lebih banyak keuntungan dan lebih banyak nilai surplus untuk ekspansi, mendorong kapitalisme pada apa yang disebut Marx denagan hukum-hukum akumulasi kapital. Kapitalis berusaha mengesploitasi pekerja semaksimal mungkin: tertendensi konstan kapitalis adalah untuk memaksaonkos kerja kembali..ke angka Nol". Marx berpendapat bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi. Unutk melakukan hal ini, berdasarkan pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat. Inilah yang mendorong terjadinya konflik kelas.
3. Konflik kelas
Marx sering menggunakan istilah kelas di dalam tulisan-tulisanya, tetapi dia tidak mendefinisikan secara sistematis apa yang dia maksud dengan istilah ini. Biasanya ia menggunakan untuk menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam hubunganya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Namun, hal ini belumlah merupakan deskripsi yang sempurna dari istilah kelas sebagaimana digunakan Marx, kelas bagi marx selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik. Individu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu konflik biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai-surplus. Di dalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dan para buruh yang kerja mereka diupah kembali menjadi nilai surplus. Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas.
Karena kelas didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, maka konsep ini berbeda-beda baik secara teoritis maupun historis. Sebelum mengidentifikasi sebuah kelas, diperlukan suatu teori tentang konflik berpotensi terjadi dalam sebuah masyarakat. Bagi Marx sebuah kelas banar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain. Tanpa kesadaran ini mereka hanya akan membentuk apa yang disebut marx dengan suatu kelas di dalam dirinya. Ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk didrinya.
Ada dua macam kelas yang dikemukakan Marx ketika menganalisis kapitalisme: borjuis dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan memperkerjakan pekerja upahan. Konflik antar kela borjuis dan kelas priletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak ada satu pun dari kontradiksi-kontradiksi ini yan bisa di selesaikan kecuali dengan menggubah struktur kapitalisme. Bahkan sampai perubahan tercapai, kontradiksi ini, makin memburuk . masyarakat makin berisi pertentangan antara dua kelas besar yang berlawanan. Kompetisi denagn toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan binis-bisnis kecil dan idependen; mekanisasi akan mengantikan buruh tangan yang cekatan; bahkan kapitalis akan ditekan melalui cara-cara ampuh unuk memonopli, misalnya dengan melakukan merger semua orang yang digantikan ini akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terelakan didalam jumlah proletariat ini dengan proletarianisasi.
4. Agama
Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi. Dia merujuk pada agama sebagai candu masyarakat. Marx percaya bahwa agama, seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama. Marx dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama. Bentuk keagamaan ini mudah di kacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan keagamaan sering berada garda depan dalam melawan kapitalisme(lihat,misalnya, teologis pembebasan)
5. komunisme dan Sosialisme
Istilah sosialisme selalu identik dengan sosok Karl Marx. Padahal pemikiran tentang sosialisme terlampau jauh berkembang sejak abad ke V – sebelum Marx mulai memikirkan recolusi proletariat. Pemikiran Marx sendiri tentang sosialisme sebenarnya sudah termaktub dalam beberapa karya dan budaya Yunani kuno – meskipun terbatas pada objek dari sosialisme itu sendiri. sosialisme untuk semua digagas oleh Jambulos dan Euhemeros. Jambulos mendeskripsikan sebuah 'negara matahari' dimana segala-galanya – termasuk para isteri – dimiliki bersama.
Kata 'sosialisme' sendiri mucul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu juga 'komunisme'. Kedua kata ini pada awalnya memiliki makna yang selaras, namun 'komunisme' segera dipakai oleh golongan sosialis radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Frans. 2003:14). Sosialisme pada abad pertengahan memiliki motif-motif yang erat dengan nilai-nilai religius tertentu, yaitu Kristen. Terutama dalam pertimbanhan tentang penyambutan Kerajaan Allah, Orang harus bebas dari keterikatan.
Sedangkan memasuki zaman pencerahan, perkembangan paham sosialisme tidak mampu berkembang pesat. Hal ini disebabkan dominasi golongan borjuasi yang menuntut kebebasan politik supaya dapat bebas berusaha dan berdagang untuk kepentingan milik pribadi – sebesar dan sebebas mungkin. Sejak bergulirnya Revolusi Prancis (1789-1795), sosialisme memasuki era modern dalam perkembangannya. Keyakinan dasar para pemimpin sosialis modern adalah, secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik bersama dianggap tuntutan akal budi. Mereka meyakini bahwa masyarakat akan berjalan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi.
Sejalan dengan perkembangan sosialisme, paham komunisme sebagai 'sosialisme radikal' pun berkembang mengiringi perkembangan induknya. Sejarah perkembangan kedua pemikiran ini – sampai saat ini – seolah mengerucut pada pergolakan yang terjadi di belahan Eropa, khusunya Uni Soviet – sekarang Rusia. Diantara tokoh-tokoh yang memiliki dominasi penuh atas kedua pemikiran ini adalah Karl Marx, Engels, Stalin, dan George Lukaes. Oleh karena itu, untuk memahami perkembangan pemikiran sosialis dan komunis, penulis menitik beratkan kajian pada perkembangan pemikiran Marx, Engels, dan Stalin. Sedangkan untuk memperkuat pengaruh pemikiran sosialisme dan komunisme modern, tulisan George Lukaes yang berjudul History and Class Conciousness (1923) tentunya tidak dapat ditinggalkan.
Sosialisme-nya Marx
Pandangan Marx tentang sosialisme bertentanngan dengan konsepsi-konsepsi sosialisme yang diciptakan Fourier dan Owen – yang menciptakan 'dunia baru' dimana setiap orang hidup bahagia. Marx berasumsi bahwa konsepsi tersebuat hanya angan-angan belaka, karena tidak menunjukkan jalan bagaimana mencapainya. Semua itu utopia, kata Marx, hanya impian belaka. Disisi lain, Marx sendiri selalu menolak member gambaran sosialisme. Menurutnya, sosialisme – ilmiah – tidak dapat "membuat resep bagi dapur umum dimasa datang".
Sementara itu, untuk membedakan ajaran dari gagasan sosialisme utopis, Marx menyusun suatu teori sosial yang menurutnya didasari hokum-hukum ilmiah dan karena itu pasti terlaksana. Marx meyakini adanya 'hukum-hukum gerak' dalam masyarakat yang dijalankan dengan prinsip 'kebutuhan yang mutlak' didasarkan pada penjelasan naïf dari kemajuan ilmu pengetahuan alam (Elster. 2000:31). Pertimbangan moral, menurut Marx, bukanlah dasar bagi sosialisme. Penilaian bahwa kapitalisme itu jahat dan sosialisme itu baik tidak berlaku mutlak, melainkan jika syarat-syarat objektif pengahpusan hak milik pribadi atas sesuatu itu terpenuhi. Hal ini berarti klaim Marx terhadap sosialisme-nya yang bersifat ilmiah bisa diterima, karena berdasarkan pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat – yang kemudian tersohor dengan istilah 'Pandangan Materialis Sejarah' (Frans. 2003:137).
Sosialisme yang akan datang menggantikan kapitalisme adalah buah dari pada perkembangan masyarakat dalam sejarah dibawah pengaruh hokum dialektik. Menurut Marx, menggunakan jalan ilmiah, sosialisme tidak dapat ditentukan sekarang bentuk dan rupa masa yang akan datang – artinya susunan baru pada masyarakat tidak dibuat, melainkan dilahirkan. Melihat realita sejarah, menurut penulis, sosialisme yang berorientasi pada terbentuknya 'masyarakat tidak berkelas' adalah bagian dari hegemoni dan upayah manusia mencapai sebuah kesetaraan. Meskipun realita yang berkembang kini tidak berjalan horizontal, melainkan vertikal.
Konsep sosialisme Marx memang lebih kompleks daripada filsuf lainnya. Tujuan sosialisme dalam pandangn Marx bukanlah membuat suatu konstruksi masyarakat dalam suatu sistem yang selesai bentuknya, melainkan menyelidiki suatu perkembangan sejarah yang melahirkan dua kelas yang bertentangan, dan kemudian mempelajari betapa berpengaruhnya faktor-faktor kelas tersebut terhadap kondisi ekonomi masyarakat yang akan melenyapkan pertentangan tersebut.
Pendapat Marx diatas dikuatkan oleh Engels dalam bukunya "Perkembangan Sosialisme dari Utopia sampai ke Ilmu."Ajarannya adalah bahwa komunisme merupakan ajaran tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk mencapai kemerdekaan kaum buruh. Dalam menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman George Hegel mengenai dialektika karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia merumuskan terlebih dahulu teori mengenai materialisme dialektik (dialectical materialism). Kemudian konsep-konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme historis (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut 'analisa ekonomis terhadap sejarah'. Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi proletariat- yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat kapitalis tersebut, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
6. Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya.
Tentang alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya. Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum alam dan kebebasan manusia. bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya.
Marx menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya.
Bagi Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan tidak menjangkiti manusia lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar