Senin, 28 April 2014

Mughni Labib (1113054000003), Muhammad Ibrahim (1113054000041), Tugas ke enam

TUGAS OBSERVASI (TUGAS YANG KE ENAM)
SOSIOLOGI PEDESAAN
PMI SEMESTER II
MUGHNI LABIB (1113054000003)
MUHAMAD IBROHIM (1113054000041)

HUBUNGAN KEKERABATAN PARA PENDATANG DARI DESA DI PERKOTAAN
I.         PENDAHULUAN (LATAR BELAKANG)
Dari dahulu sampai sekarang, ditambah semakin berkembangnya teknologi semakin membuat penduduk desa meninggalkan desanya dan beralih ke perkotaan. Banyak penduduk desa yang mengadu nasibnya ke kota, merantau sendiri hingga migrasi berbondong-bondong, padahal mereka tahu bahwa kota itu 'sangat kejam'. Tapi mereka lebih beranggapan hidup di kota lebih baik daripada di desa, mereka beranggapan kalau di kota dapat memperoleh banyak pekerjaan, sementara di desa hanya menjadi petani.
Hal ini mungkin membuat kondisi desa semakin lemah, remaja-remaja di desa sudah jarang ditemui di desa karena mencoba peruntungannya ke kota, hanya tersisa orang tua yang mengurusi sawah dan menjadi seorang petani. Sepinya desa adalah modal utama untuk bekerja dan mengembangkan diri.
Namun, sulitnya akses untuk membeli barang-barang kebutuhan, minimnya lapangan pekerjaan, serta terbatasnya sarana dan prasarana di desa adalah alasan kebanyakan masyarakat desa beralih fokus ke kota. Padahal desa harus jadi kekuatan ekonomi, agar warganya tak hijrah ke kota.Dampaknya terjadi kepadatan penduduk di kota, banyaknya pengangguran, banyaknya angka kriminalitas dan lain-lain.
Sementara di desa seperti yang disebutkan diatas jika desa semakin melemah karena kekurangan SDM (Sumber Daya Manusia), remaja atau anak muda yang tinggal di desa pergi meninggalkan desa dan kebanyakan tidak kembali lagi ke desa. Banyaknya SDA (Sumber Daya Alam) seperti kebun dan sawah milik para petani desa sudah dibeli oleh orang kota, sehingga di desa juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Walau lahan sudah menjadi milik kota, bukan berarti desa lemah tak berdaya.
Bahkan Iwan Fals dalam salah satu tembang lagunya bertajuk "Desa" menegaskan "Desa adalah kekuatan sejati, negara harus berpihak pada para petani! Entah bagaimana caranya, desa adalah masa depan kita! Keyakinan ini datang begitu saja karena aku tak mau celaka!"
Menurutnya yang menjadi penghalang para penduduk desa adalah adanya keberadaan 'tengkurak-tengkurak' dan 'lintah darat' yang bebas bergentayangan, dan pemerintah hanya duduk manis saja di meja kerjanya.
 
 
II. PERTANYAAN PENELITIAN (RUMUSAN MASALAH)
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang melatar-belakangi penduduk desa ke kota?
2.      Bagaimana keadaan desa setelah ditinggal warganya ke kota?
3.      Mengapa lebih memilih bekerja di kota daripada di desa?
 
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah wawancara, dengan mewawancarai narasumber penulis bisa mendapatkan informasi yang luas.
 
IV. HASIL OBSERVASI
Menurut salah satu penjual es campur asal Garut yang sengaja ditemui di sekitar wilayah Pasar Baru, tepatnya di Jln. Samanhudi, No. 65, Pasar Baru-Jakarta Pusat (samping restoran steak, "Jonisteak") SINAR GARUT mengatakan tujuan ia ke Jakarta untuk mengadu nasib, membuka usaha di Jakarta bersama saudara-saudaranya.
Dia tahu bahwa mencari pekerjaan di Jakarta sulit tapi ia bekerja keras untuk membuat usaha, dan yang mendukung adalah dengan adanya mayoritas kerabat yang "berjamaah" migrasi ke Ibukota untuk membuka usaha es campur Sinar Garut. Ditambah, jika di Garut belum tentu bisa membuat usaha sesukses di Jakarta, dan mungkin hasil pendapatannya tidaklah besar disebabkan sedikit yang berpenghasilan 'wah'.
Tentunya yang paling diacungi jempol adalah usaha Sinar Garut ini berlangsung secara turun-temurun sejak 1950-an. Hanya saja, tahun-tahun terkahir inilah ia merasakan jualannya tersebut paling sering dikunjungi dan ramai (laris-manis) setelah 4 tahun merantau ke Ibukota.  
Kehidupan di desa setelah ditinggal warganya ke kota, tidak ada perubahan kebanyakan mereka semua masih menjadi petani, banyak yang masih memiliki sawah dan kebun pribadi dan ada juga sawah yang sudah menjadi milik orang kota. Penjual ini memiliki sawah dan kebun di desanya tetapi ia tidak mampu mengolah hasil sawah dan kebunnya menjadi maksimal. Penyebabnya ialah susahnya akses menuju ke pasar, jarak yang sangat jauh dari desa ke pasar membuat warga desa kesulitan menjual hasil kebunnya. Dan membuat  perekonomian warga desa menurun. Oleh sebab itu mayoritas warga desa mengadu nasibnya di Jakarta.
Pendapatan di desa lebih kecil daripada di desa sehingga orang desa beralih ke perkotaan. Penjual es campur itu mengatakan perbandingan biaya hidup di Jakarta dan di Garut itu lebih mahal biaya hidup di Jakarta, namun lebih mudah mencari pendapatan di Jakarta. Beda dengan di Garut biaya hidup yang cukup murah tetapi sulit mendapatkan pekerjaan selain menjadi petani. 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini