Senin, 28 April 2014

PMI 2

Rumah Tangga Petani Dan Masa Depan Kehidupan Masyarakat Desa

Disusun oleh = Lutio Arnan dan Dimas Pratio

A.    Pendahuluan

            Keluarga Petani di seluruh Kabupaten Karawang, Kecamatan Rawamerta sangat dipengaruhi oleh krisis pangan yang saling berkaitan dengan krisis keuangan, bahan bakar, dan perubahan iklim. Banyak kebijakan untuk menjawab krisis tersebut yang tidak menguntungkan dan tidak tanggap terhadap keadaan terkini petani keluarga. Kebijakan-kebijakan itu tidak dapat mengatasi persoalan yang didominasi model-model ekonomi dan banyak kebijakan pemerintah dan organisasi antar pemerintah serta lembaga keuangan internasional yang umumnya mengabaikan atau bahkan merugikan pertanian keluarga. Pencaplokan lahan yang marak terjadi hingga kini menjadi ancaman terbesar bagi pertanian keluarga dan produksi pangan secara berkelanjutan. Banyak pertanian keluarga, termasuk petani kecil, masyarakat asli, dan penggembala, terampas asetnya melalui pengambilalihan (akuisisi) lahan-lahan mereka untuk dijadikan perkebunan tanaman ekspor untuk industri dan tanaman pangan. Pertanian keluarga seringkali memiliki akses dan kendali ke pasar yang sangat terbatas, termasuk informasi pasar, serta memiliki daya tawar yang lemah atas harga-harga produk mereka. Bahkan pada beberapa tahun belakangan ini, gejolak kenaikan harga pangan makin memperburuk keadaan.

            Perempuan petani memegang peran penting dalam produksi dan penyediaan pangan bagi keluarga dan komunitas mereka. Mereka menjaga lingkungan dan tradisi, serta menerapkan teknik-teknik pertanian yang rendah input dan input yang efisien. Para perempuan adalah pemimpin dalam upaya-upaya pelestarian alam dan sumberdaya genetika, mulai dari seleksi benih untuk ditanam, panen, penyimpanan, dan prosesnya. Namun, sumbangsih perempuan sering tidak diperhitungkan, dan kebanyakan kebijakan dan program pertanian tidak sensitif terhadap kebutuhan perempuan petani. Perempuan mengalami keterbatasan akses dan kendali atas lahan, akses pasar, pendidikan dan suara politik mereka dalam organisasi perempuan serta badan-badan pemerintah. Mereka menghadapi diskriminasi karena jenis kelamin dalam rumah tangga dan masyarakat di tingkat kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor ini mengurangi kemampuan perempuan untuk menyumbang dan mengambil manfaat dari pembangunan pertanian serta meningkatkan kerentanan mereka.

 

B.     Pertanyaan Penelitian

1.      sejak kapan bapak menjadi petani dan mengapa menjadi petani

2.      sebagai petani desa apakah bapak risau dengan kehadiran pengusaha yang ingin membeli lahan di desa yang di tempati ?

3.      Usaha apa yang di lakukan masyarakat desa, sejak datangnya pengusaha yang ingin memiliki lahaan di desa yang mereka tempati ?

4.      Apa dampak yang dirasakan oleh masyarakat sejak datangya pengusaha asing ?

5.      Setelah tahu dampak yang mereka rasakan akibat kedatangan pengusaha yang mebeli lahan pertanian di desa yang di tempati apakah tetap menjadi petani atau memilih propesi lain ?

 

 

 

C.    Metodologi

Tehnik pengambilan data wawancara, mengamati, dan berintraksi.    

1.  Mengamati terlebih dahulu kegiatan warga yang sedang melakukan kegiatan bertani   

2.  mewawancara orang yang ada di sekitar pinggiran sawah.

3.  Melakukan komunikasi, menayakan pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan dengan sedikit basa-basi.

4.  setelah itu tanpa di sadari oleh  dan orang yang di wawancara secara tidak langsung telah menjawab semua pertanyaan  .

5.  Tehnik pengamatan yaitu dengan cara liat-liat suasana sambil bermain di desa yang berkomunitas petani

6.  Tehnik berintraksi menjumpai warga yang sedang beraktivitas dengan memperkenalkan, dalam berkomunikasi untuk mencoba mengakrabkan diri sebagai orang yang mungkin sedikit asing bagi mereka observan dengan bertahap bisa diterima masayarakt yang di observasi tersebut.

   

 

 

 

D.    Hasil Dalam Penelitian Dalam Bentuk Narasi

            Di sebuah desa yang saya teliti yaitu bernama Desa Gombong Sari Kecamatan Rawamerta Karawang Desa ini tanahnya subur dan indah dan mayoritas masyarakatnya sebagai petani penggarap lahan. memang di situ deket tempat tinggal rumah saya mayoritas masyarakatnya itu petani, nah dari saya banyak melontarkan pertanyaan tanpa dia sadari. Kurang lebeh apak ini bertani sejak keluar sekolah (SD), karna di dulu keluarganya petani

            Keluarga bapak ini sangat risau atas kehadiran para pengusaha yang ingin memiliki lahan di desa ini, karna secara tidak langsung lahan mereka semakin sedikit, dan lahan yang dimiliki pengusaha tersebut beralih pungsi menjadi pabrik industry, sedangkan aktifitas industry sangat mengganggu kegiatan bertani, dan limbahnya membuat lahan yang dulunya produktif menjadi tidak produktif.

            Usaha masyarakat untuk mencegah datangnya pengusaha yang ingin memiliki lahaqn masyarakat dengan membentuk kelompok tani, lahan pertanian yang mereka Tanami dapat memperoleh hasil yang terbaik, sehingga mereka menjadi segan untuk memiliki lahan yang mereka miliki.

            Dengan datangnya pengusaha yang ingin memiliki lahan pertanian masyarakat desa, maka masyarakat atau penduduk desa ini semakin mengalami ketertinggalan oleh penghasil pertanian di kota-kota lain sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penghasilan pertanian masyarakat pedesaan Gombong Sari Kecamatan Rawamerta Karawang semakin menurun dari tahun-tahun sebelumnya.    

Petani pun akhirnya menjadi profesi yang mungkin paling banyak dihindari di negeri ini. Petani sering diidentikkan dengan kemelaratan, juga profesi orang-orang yang tidak berpendidikan. Pendapat yang tentu saja seratus persen salah. Pikiran-pikiran seperti ini merupakan warisan kolonial. Ia lahir akibat penjajah yang terlalu lama memperbudak kehidupan petani. Kita harus segera mengubah pola pikir semacam ini. Dan pendidikan bercorak rural tentu menjadi hal pertama yang harus direalisasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini