Minggu, 28 September 2014

Giovanni_KPI 5/E_Tugas Etika 2

Nama  : Giovanni

Kelas   : KPI 5/E

NIM    : 1112051000142

Tugas  : Etika dan Filsafat Komunikasi

 

A.    Bidang yang Menjadi Garapan Etika Terapan

Etika terapan dapat menyoroti suatu profesi atau suatu masalah. Sebagai contoh tentang etika terapan yang menyoroti suatu masalah, misalnya: penggunaan tenaga nuklir, pembuatan, pemilikan dan penggunaan senjata nuklir, pencemaran lingkungan hidup, diskriminasi dalam segala bentuknya dan lain-lain. Sedangkan, etika terapan yang membahas profesi dapat disebut: etika kedokteran, etika politik, etika bisnis dan sebagainya. Berikut merupakan beberapa profesi yang menjadi garapan etika terapan.

a.       Profesi Dokter

Sejak permulaan sejarah kedokteran para dokter berkeyakinan, bahwa suatu etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas asas-asas etik yang mengatur hubungan antara manusia umumnya, yang memiliki akar-akarnya dalam filsafat masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus dalam masyarakat itu.  Di Indonesia, etika kedokteran diatur oleh Ikatan Dokter Indonesia dalam kode etik kedokteran. Berikut merupakan beberapa hal yang diatur dalam kode etik kedokteran:

1.   Kewajiban umum seorang dokter ialah senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi.

2.    Kewajiban dokter terhadap pasien ialah senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insan.

3.   Kewajiban dokter terhadap teman sejawat ialah menjunjung tinggi asas Declaration of Geneva yang telah diterima oleh Ikatan Dokter Indonesia.

4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri ialah memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik.

b.       Profesi Jurnalistik

Wartawan atau jurnalis merupakan profesi yang tanpa kita sadari sebenarnya memiliki kedekatan yang cukup intens dengan masyarakat. Masyarakat secara tidak langsung setiap harinya pasti menerima informasi yang diberitakan oleh waratawan. Tidak sedikit masyarakat yang langsung menelan mentah-mentah segala informasi yang diberitakan. Oleh karenanya jurnalis perlu diatur dalam sebuah kode etik. Di Indonesia sendiri diatur dalam kode etik jurnalistik.

Dalam kode etik jurnalistik dijelaskan bahwa wartawan Indonesia dengan rasa penuh tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita atau tulisan disiarkan. Wartawan Indonesia melakukan pekerjaan dengan perasaan bebas yang bertanggung jawab atas keselamatan umum. Wartawan Indonesia dalam menjalankan tugas jurnalistiknya yang menyangkut bangsa didasarkan atas kepentingan nasional Indonesia. Lebih lanjut kode etik juranalistik juga mengatur tentang etika mencari berita, etika menyebarkan pemberitaan, apa yang boleh dan tidak boleh diberitakan, dan sebagainya.

B.     Pendekatan Etika Terapan

a.       Praktis

Sebagai ilmu praktis maka etika profesi memiliki sifat yang mementingkan tujuan perbuatan dan kegunaannya, baik kegunaan secara pragmatis maupun secara utilitaristis dan deontologis.

b.      Pragmatis

Memandang etika profesi secara pragmatis berarti melihat bagaimana kegunaan itu memiliki makna bagi seorang profesional melalui tindakan yang positif yang berupa pelayanan terhadap klien, pasien atau pemakai jasa.

c.       Moralis

Di dalam penerapan profesinya, seorang profesional harus dibimbing oleh norma moral, yaitu norma yang mewajibkan tanpa syarat (begitu saja) tanpa disertai pertimbangan lain.

C.    Metode Etika Terapan

a.       Dari Sikap Awal Menuju Refleksi

Sikap awal disini bisa pro atau kontra atau juga netral, malah bisa tak acuh, tapi bagaimanapun mula-mula sikap ini dalam keadaan belum direfleksikan. Pada mulanya kita belum berpikir mengapa kita bersikap demikian. Misalnya, di negara yang memproduksi senjata nuklir, hal itu diterima begitu saja oleh kebanyakan warga negara. Di tempat dimana digunakan tenaga nuklir sebagai sumber energi hal itu bisa saja diterima tanpa keberatan apapun. Kemudian, sikap awal itu akan menjadi problematis, jika kita bertemu dengan orang yang mempunyai sikap lain terhadap masalah yang sama. Ketika itu, sikap awal menjadi problematis dan pemikiran moral kita tergugah. Dengan itu refleksi etis memulai perjalanannya. Hal itu berlangsung dalam hidup pribadi seseorang yang bepikir tentang salah satu masalah etis.

b.      Informasi

Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi. Sikap awal yang pro atau kontra itu sebenarnya masih sangat emosional atau sekurang-kurangnya dikuasai oleh faktor subjektif yang tidak sesuai dengan kenyataan objektif. Melalui informasi kita dapat mengetahui bagaimana keadaan objektif itu.

c.       Norma-norma Moral

Unsur berikut dalam metode etika terapan adalah norma-norma moral yang relevan untuk topik atau bidang bersangkutan. Norma-norma moral itu sudah diterima dalam masyarakat, tapi harus diakui juga sebagai relevan untuk topik atau bidang yang khusus ini.

d.      Logika

Logika dapat memperlihatkan bagaimana dalam suatu argumentasi tentang masalah moral perkaitan kesimpulan etis dengan premis-premisnya dan juga apakah penyimpulan itu tahan uji, jika diperiksa secara kritis menurut aturan-aturan logika.

D.    Relasi Etika dan Filsafat

Filsafat ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi, tujuan-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, aturan-aturan dan prinsip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari kebenaran, suatu persoalan nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan nilai untuk melaksanakan hubungan-hubungan kemanusiaan secara benar dan juga berbagai pengetahuan tentang apa yang buruk atau baik untuk memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya. Etika juga berhubungan tentang persoalan mengapa suatu tindakan dilakukan. Menurut saya etika dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat. Karena etika juga merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sehingga keduanya memiliki keterkaitan.

 

Sumber            :

-          Bertens, K. Etika. Gramedia Pustaka Utama. Ciputat: 1993.

-    Said, Muhammad. Etik Masyarakat Indonesia. Pradnya Paramita. Jakarta Pusat: 1980.

-          Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Kencana. Jakarta: 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini