Minggu, 28 September 2014

RIDHO FALAH ADLI_KPI 5E_TUGAS ETIKA 2

Nama : Ridho Falah Adli (1112051000143)

Kelas : KPI 5/E

Tugas : Etika dan Filsafat Komunikasi

 

A.    A. Etika Terapan

Etika terapan dapat menyoroti suatu profesi suatu masalah. Sebagai contoh tentang etika terapan yang membahas profesi dapat disebut : Etika kedokteran, etika politik, etika bisnis dan sebagainya. Selanjutnya mengenai etika profesi. Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlinan sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

1.      Profesi Jurnalis

Di dalam etika terapan pada profesi tidak lepas dari komunikasi, baik komunikasi verbal ataupun non verbal. Jurnalis juga memiliki metode wawancara. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan narasumber atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide. Di dalam wawancara terdapat proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah susatu pengumpulan data untuk suatu penelitian.

 

B.     B. Pendekatan Etika Terapan

 

a.       Praktis

Etika profesi hendaknya dilihat sebagai ilmu yang bersifat praktis, untuk itu di dalam kajiannya, etika profesi tidak meninggalkan segi atau landasan teoritisnya. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia.

b.      Pragmatis

Pragmatis adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa perbuatan etis berhubungan dengan soal pengetahuan praktis yang dilakukan kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatis lebih mengutamakan tindakan daripada ajaran.

c.       Moralis

Didalam penerapannya atau dalam dunia kerja, seorang profesional harus dibimbing oleh norma moral, yaitu norma yang mewajibkan tanpa syarat dan tanpa disertai pertimbangan lain. Moralis berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbul lah perbuatan yang tidak baik dan tidak benar.

 

C.    C. Metode Etika Terapan

Etika terapan merupakan pendekatan ilmiah yang pasti tidak seragam. Untuk ilmu praktis seperti etika terapan tidak ada metode siap pakai yang bisa dimanfaatkan begitu saja oleh semua orang yang berkecimpung di bidang ini. Dalam etika terapan, variasi metode dan variasi pendekatan pasti besar sekali. Disini kami menyebutkan empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperan dalam etika terapan, berapa pun besarnya variasi yang dapat ditemui di sini. Empat unsur yang dimaksud disini adalah :

1.      Dari sikap awal menuju refleksi

Sikap awal ini bisa pro/kontra/netral, malah bisa tak acuh, tapi bagaimana pun mula-mula sikap ini belum direfleksikan. Pada mulanya kita belum berfikir mengapa kita bersikap demikian. Misalnya di tempat yang menggunakan tenaga nuklir sebagai sumber energi, hal itu bisa diterima tanpa keberatan apa pun. Sikap awal itu menjadi problematis jika kita bertemu dengan orang yang mempunyai sikap lain dalam menanggapi masalah yang sama. Dengan itu refleksi etis mulai perjalannannya. Hal itu bisa berlangsung dalam hiduppribadi seseorang yang berfikir tentang salah satu masalah etis.

 

2.      Informasi

Unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi, hal itu mendesak bagi masalah etis yang terkait dengan perkembangn ilmu dan teknologi. Melalui informasi kita bisa mengetahui bagaimana keadaan objektif itu. Misalnya penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik sangat dipengaruhi oleh segi ekonomis, sehingga monomer duakan keamanan dan penyimpanan limbah nuklir.

 

3.      Norma-norma

Norma-norma moral itu sudah diterima dalam masyarakat, tapi harus diakui juga sebagai relevan untuk topik atau bidang yang khusus ini.

 

4.      Logika

Logika dapat memperlihatkan bagaimana dalam suatu argumentasi tentang masalah moral berkaiatan kesimpulan etis dengan premis-premisnya dan juga apakah penyimpulan itu tahan uji. Logika juga memungkinkan kita untuk menilai definisi dan klasifikasi yang digunakan dalam argumentasi. Definisi yang jelas dan menurut aturan-aturan logika dapat membantu banyak untuk mencapai hasil dalam suatu perdebatan moral. Sebab, definisi menjadi titik tolak yang mengarahkan seluruh diskusi.

 

D.    D. Hubungan antara Filsafat dengan Etika

Filsafat ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita, aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, aturan-aturan dan prinsip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari kebenaran suatu persoalan nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan nilai untuk melaksanakan hubungan-hubungan kemanusiaan secara benar dan juga berbagai pengetahuan tentang apa yang buruk atau baik untuk memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya.

Florence Kluckholn, mengidentifikasi orientasi nilai yang tampaknya berkaitan dengan masalah kehidupan dasar. Seperti, Manusia menilai sifat/hakikat manusia sebagai baik, atau campuran antara baik dan buruk.

Orientasi nilai tersebut sangat berbeda antara berbagai budaya dan subbudaya dalam masyarakat. Orientasi nilai budaya itu dinyatakan oleh konsep-konsep, sikap-sikap, dan harapan-harapan orang, yang bersangkut paut dengan diri mereka sendiri atau orang lain, khususnya sebagai bagian dari peranan-peranan sosial yang mereka sandang dalam masyarakat.

Sumber :

-          Mufid, Muhamad.2009.Etika dan  Filsafat Komunikasi.(Jakarta:Kencana).

-          K., Bertens.2011.Etika.(Jakarta:PT Gramedia).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini