Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Selasa, 23 Juni 2015
UAS SOSPED_DESA CINANGNENG_SITI MAGHFIROH PMI2
uas sosped hendrian julisna pmi 2
TUGAS UAS SOSPED_DESA KOPO CIDOKOM_DAIMATUL MAWADDAH_PMI 2
Tugas Tor Sosiologi Pedesaan PMI 2
UAS_DESA CISEENG_HASYIM ASY'ARI_PMI2
UAS SOSPED_DESA CINANGNENG_SITI MAGHFIROH PMI2
tugas UAS SOSPED_DESA GUNUNG BUNDER II_IQBAL ZAENAL M PMI2
Tugas UAS Sosped_Desa Cihideung Udik_Syarifah Asmar_PMI 2
Syarifah Asmar
(11140540000016)
PMI 2
Ketiadaan TPA dan Problemis Lingkungan di Desa Cihideung Udik
I. Pendahuluan
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah.
Peningkatan jumlah sampah ini tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolahan sampah. Hal ini mengakibatkan permasalahan sampah menjadi kompleks, antara lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar. Sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Pengelolahan sampah merupakan upaya dalam mengurangi, mengumpulkan, memindahkan, menyimpan sementara, mengolah dan menimbun sampah.Pengelolahan sampah dengan biaya murah, layak dari segi kesehatan dan tidak membawa implikasi yang negatif terhadap lingkungan, merupakan salah satu permasalahan serius yang harus dihadapi oleh pemerintah kota dan harus dipikirkan oleh semua elemen masyarakat.
A. Permasalahan yang dikaji
Pencemaran lingkungan salah satunya yaitu pencemaran tanah, dimana pencemaran tanah di sebabkan oleh sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Desa Cihideung Udik, Ciampea, Bogor adalah desa yang cukup jauh dari kota menyebabkan banyak masalah yang timbul di desa tersebut. Diantaranya adalah masalah sampah rumah tangga yang tidak terangkut oleh petugas. kondisi sungai di Desa Cihideung dapat dikatakan sebagai sungai yang buruk. Hal ini dapat terlihat dari berbagai macam sampai yang menumpuk di bibir sungai mulai dari sampai organik maupun sampah anorganik. Selain itu juga terlihat dari kondisi perairannya yang cenderung mengeluarkan bau yang tidak enak dan warna perairan yang keruh akibat tercemar oleh limbah-limbah yang dibuang ke dalam perairan. Selain dari dampak visual yang diakibatkan oleh adanya sampah yang berada disungai, dampak lainnya yang akan timbul yaitu akan menimbulkan banjir apabila hujan tiba. Hal ini lah yang selama ini meresahkan masyarakat karena ketika banjir melanda desa tersebut otomatis segala bentuk aktivitas mereka akan terhambat.
B. Metodologi
Hari pertama (13 Juni 2015)
Perjalanan menuju ke Desa Cihideung Udik Ciampea Kabupaten Bogor kira-kira berjarak 30 km dari UIN Ciputat, perjalanan bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum dan bisa juga menggunakan kendaraan pribadi. Kira-kira perjalanan menuju Desa Cihideung Udik ditempuh kurang lebih 90 menit.
Hari Kedua Observasi ( 14 Juni 2015 )
Ketika observasi di Desa Cihideung Udik, saya bertemu dengan Bapak Sahrodi, beliau adalah ketua RT 01/02 di Desa Cihideung Udik. Disana saya mewawancara beliau. Beliau cukup merespon wawancara saya tentang keadaan Desa Cihideung Udik. Kemudian saya juga mewawancarai masyarakat sekitar Bapak Ibrahim, Ibu Mala, dan saya juga mewawancarai Bapak Juhdi selaku kepala Desa Cihideung Udik tentang problem yang dihadapi masyarakat Desa Cihideung Udik dengan ketiadaan TPA.
II. Tinjauan Teori
Teori Kontruktivis
Konstruktivis sosial merupakan sebuah teori sosiologi yang menjelaskan paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakan pengamatan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially, meaningful, action melalui pengamatan langsung terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dam memelihara atau mengelola dunia sosial mereka. Menurut kontruktivis pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupan sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial.
III. Gambaran Lokasi
Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Cinangneng
Sebelah Timur : Desa Situ Daun
Sebelah Barat : Desa Cibitung
Sebelah Selatan : Desa Purwasari
Secara umum kondisi Desa Cihideung Udik merupakan desa dengan kondisi tanah berupa persawahan. Angka kepadatan penduduknya sebesar 527 jiwa. Penduduk laki-laki sebanyak 4858 jiwa dan perempuan sebanyak 4510 jiwa. Jumlah KK di desa ini mencapai 2503 KK yang masuk ke dalam 2 dusun dengan jumlah RT sebanyak 25 RT dan RW sebanyak 5 RW (data Profil Desa).
Sarana pendidikan relative memadai jika dilihat dari ukuran sebagai sebuah desa karena sudah terdapat 2 TK, SD sebanyak 4 buah, SMP/Tsanawiyah sebanyak 2 buah dan SMA/SLTA sebanyak 1 buah. Kondisi ini memungkinkan penduduknya mendapatkan akses pendidikan secara lebih mudah. Sarana pendidikan yang menunjang ini dimanfaatkan penduduk desa untuk menyekolahkan anak-anak mereka meskipun banyak juga anak-anak yang sekolah di luar desa mencari sekolah yang lebih favorit dan lebih bermutu.
Berdasarkan data perkembangan Desa Cihideung Udik kondisi kesejahteraan keluarga adalah keluarga prasejahtera sebanyak 271 Keluarga, keluarga sejahtera 1 sebanyak 152 keluarga, keluarga sejahtera 2 sebannyak 1216 keluarga, keluarga sejahtera 3 sebanyak 388 keluarga, dan keluarga sejatera plus 463 plus.
Wabah penyakit yang masih melanda Desa Cihideung Udik dalam satu tahun terakhir antara lain: muntaber sebanyak 4 kejadian, demam berdarah sebanyak 6 kejadian, dan chikungunya seanyak 2 kejadian. Jenis penyakit ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan terutama pada daerah yang relative menjadi pandemic penyakit menular tersebut.
Jenis penyakit tersebut berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang antara lain bisa dilihat dari indicator membuang sampah yang masih sembarangan terutama di pinggir sungai, kebiasaan buang air besar, pola makan, dan kebiasaan berobat bila sakit. Berdasarkan data dari desa maka jumlah keluarga yang memiliki WC yang sehat sebanyak 2290 keluarga, 250 keluarga memiliki WC yang kurang memenuhi standar kesehatan, 50 keluarga yang membuang air besar ke parit/sungai/kebun, dan 100 keluarga memanfaatkan fasilitas MCK umum. Masih banyaknya keluarga yang menggunakan parit sebagai MCK ini mengindikasikan perilaku hidup sehat belum sepenuhnya difahami dan diamalkan oleh penduduk Desa Cihideung Udik.
IV. Hasil Penelitian
A. Pertanyaan Penelitian
1. Apa masalah lingkungan yang dihadapi warga Desa Cihideung Udik?
B. Hasil Petanyaan Penelitian
Sistem pengelolaan persampahan di Desa Cihideung Udik belum menunjukan hasil yang optimal baik ditinjau dari aspek pewadahan/ pengumpulan maupun dari aspek pengangkutan ke TPA. Jarak Desa Cihideung Udik ke lokasi TPA yang relatif jauh serta sistem pewadahan/pengumpulan yang masih didominasi oleh metode individual merupakan kendala yang dalam rangka teknik operasional pengelolaan sampah di Desa Cihideung Udik. Tingkat pencapaian armada angkutan sampah ke TPA ditempuh selama 4 jam tiap kali pengangkutan. Sehingga tiap kendaraan masing-masing hanya bisa mengangkut sampah 2 kali / hari. sementara volume produksi sampah tiap hari di Kota Enrekang adalah kurang lebih 34,77 m3/hari. Akhirnya masyarakat membuang sampah sembarangan contohnya dipinggiran kali, dibelakang pemukiman warga, yang itu semua membuat pemukiman itu tidak nyaman dengan bau yang dihasilkan dari sampah tersebut. Belum lagi itu semua menjadi sarang penyakit karna sampah-sampah yang berserakan dekat dengan pemukiman warga. Oleh karena itu, dipertimbangkan alternatif lokasi baru TPA Desa Cihideung Udik yang mudah dijangkau, namun tetap mempertimbangkan aspek lingkungan hidup.
C. Pertanyaan Teknis
1. Apa tanggapan warga dengan tidak tersedianya TPA sampah?
2. Apa saja masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat?
3. Apa faktor-faktor penyebab banyak terdapat sampah di sungai Desa Cihideung?
4. Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat?
D. Hasil Pertanyaan Teknis
Peneliti mewawancara penduduk di Desa Cihideung Udik dan hasil wawancara tersebut memberikan jawaban dari pertanyaan teknis diatas.
1. Warga beranggapan bahwa tidak adanya kepedulian pemerintah untuk menggapi masalah sosial ini yaitu ketiadaannya TPA Sampah.
2. Masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat adalah ketidaknyamanan masyarakat dikarenakan ketiadaan TPA Sampah yaitu bawa yang tidak sedap, sarang penyakit terdapat dekat dengan pemukiman warga.
3. Penyebabnya dikarenakan tidak ada tempat pembuangan sampah yang legal, tidak ada kepedulian pemerintah sekitar menindak lanjuti kejadian ini.
4. Dampak dari pembuangan sampah yang tidak mengindahkan ketentuan dapat menyebabkan terhambatnya penciptaan lingkungan yang baik dan sehat. Sampah yang menumpuk banyak dan berserakan dan bau yang yang menyengat hidung setiap orang yang lewat merupakan masalah yang harus segera ditangani. Sampah memberikan dampak negatif bagi warga. Kesehatan warga juga jadi tidak baik jika masalah ini tidak ditindak lanjuti.
Problematika Sampah
a. Perilaku warga dalam membuang sampah, kebanyakan warga Desa Cihideung Udik membuang sampah masih sembarangan adang yang membuang sampah ke kali yang mebuat kali tersebut tercemar.
b. Jenis-jenis sampah Sebenarnya sampah banyak penggolongannya, tetapi umumnya masyarakat mengenal ada 2 jenis sampah, yaitu sampah organik dan anorganik (non-organik). Ada pula sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Lewat artikel ini, kita akan kenali satu persatu.
1. Sampah Organik (Sampah Basah)
Sampah organik yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup (material biologis) yang dapat membusuk dengan mudah, misalnya:
- sisa makanan,
- dedaunan kering,
- buah dan sayuran.
2. Sampah Anorganik (Sampah Kering/Non-organik)
Sampah jenis ini berasal dari bahan baku non biologis dan sulit terurai, sehingga seringkali menumpuk di lingkungan. Sampah anorganik atau disebut juga sampah kering sulit diuraikan secara alamiah, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut. Yang tergolong ke dalam sampah anorganik yaitu:
- plastik dalam bentuk botol, kantong, dan sebagainya,
- kaleng,
- kertas,
- kaca,
- styrofoam,
- dan lain-lain.
3. Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
Yaitu limbah dari bahan yang beracun dan berbahaya seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik, pertambangan, dan sebagainya.
Ketiga jenis sampah tersebut banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menangani permasalahan sampah, biasanya sampah dipilah-pilah sesuai jenisnya. Menggunakan tiga tempat sampah berbeda, yaitu organik, anorganik, dan B3, masing-masing jenis sampah akan mendapat perlakuan yang berbeda. Untuk sampah anorganik dapat dibuat kompos, sampah anorganik dapat didaur ulang atau dijadikan bahan kerajinan tangan, sedangkan sampah B3 harus diolah secara khusus menggunaan metode kimia, fisik, dan biologi dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi sifat berbahaya dan beracunnya.
Sampah, apabila terlalu banyak akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Untuk mengatasinya, diperlukan teknik 4R (Reduce, Reuce, Recycle, Replace) untuk mengurangi sampah. Selain itu, kepedulian kita terhadap lingkungan turut memegang peranan penting dalam upaya pelestarian lingkungan.
Dokumentasi penelitian
IV. Kesimpulan
Fasilitas yang dibutuhkan untuk menjaga kebersihan desa adalah membuat tempat pembuangan sampah yang terpusat dan jauh dari keramaian. Untuk mengangkut sampah-sampah dari rumah warga ke tempat pembuangan sampah (TPS) tersebut harus menggunakan truk pengangkut ataupun motor pengangkut sampah. Setelah fasilitas tersebut terpenuhi, maka dibuthkan sumber daya untuk mengangkut sampah tersebut sampai ke TPS.Fasilitas tersebut dapat dipenuhi dengan cara membicarakan kepada bapak kepala desa agar dapat mencari bantuan dana untuk Desa Cihideung udik. Bantuan swadaya masyarakat dapat berupa kesadaran dan kepatuhan dalam membayar uang pemungutan sampah. Namun, modal uang maupun sarana infrastruktur dari kecamatan, kabupaten, maupun provinsi merupakan modal awal yang harus dicapai oleh Kepala Desa agar desa ini dapat menjaga kelangsungan hidupnya di masa sekarang dan masa depan.
Selain menjembatani pemenuhan fasilitas Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Desa Cihideung udik, kepala desa juga diharapakan dapat tetap mengayomi warganya dengan baik agar setiap warga selalu hidup tentram dan rukun seperti yang sudah terjaga sampai dengan sekarang.
VI. Daftar Pustaka
Salam, S., & Fadhillah, A. (2008). Sosiologi Perdesaan. Jakarta: Lembaga Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pudjiwati, Sajogyo. 1995. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
UAS SOSPED_DESA BENDA_Risna Siti Rahmah
KONTRIBUSI INDUSTRIALISASI PEDESAAN PADA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Selama ini, industrialisasi sering dianggap sebagai 'pintu' masuk untuk membawa masyarakat ke arah kemakmuran, paling tidak sebagai 'motor' penggerak dalam pembangunan ekonomi (Rahardjo, 1986). Pembangunan kawasan industri tentu dapat menciptakan lapangan kerja baru. Artinya kehadiran kawasan industri akan menciptakan peluang kerja, terutama bagi masyarakat setempat yang dekat dengan kawasan industri tersebut. Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat.
Industrialisasi tidak hanya berkembang di daerah perkotaan, saat ini industrialisasi juga berkembang pesat di daerah pedesaan. Hadirnya industrialisasi di pedesaan tentu saja mendatangkan banyak pertanyaan. Salah satunya adalah apakah industrialisasi pedesaan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat desa.
Desa Benda, di daerah desa ini telah berdiri industri besar sejak tahun 1989. Semenjak itu telah banyak bermunculan industri baru, baik industri skala kecil, sedang, dan besar. Kehadiran industri tersebut tentu saja membawa beragam perubahan pada kondisi masyarakat, salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat desa. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih. Bagaimana kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat desa.
B. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Benda Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Kantor Kepala Desa Benda. Kantor kepala Desa Benda berdekatan dengan pabrik-pabrik Garment. Hal ini dilakukan secara sengaja karena survey pertama menentukan lokasi di Kantor Kepala Desa Benda. Waktu penelitian dilakukan tertanggal 19 Juni 2015 dan tanggal 22 Juni 2015.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan kualitatif berfungsi dalam mencari informasi mengenai kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat desa. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada beberapa orang atau tokoh yang cukup berpengaruh di Desa Benda. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui dokumen Desa Benda yang menunjang penelitian. Hal ini dikarenakan metode ini bersifat fleksibel, yaitu melihat dari apa adanya bukan dunia yang seharusnya.
Tahapan-tahapan dalam penelitian:
1. Mengangkat permasalahan
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat desa.
2. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini ada beberapa pertanyaan. Pertanyaan penelitian itu sendiri adalah "Bagaimana kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat desa ?". Sedangkan pertanyaan teknis yaitu:
a. Apa sajakah jenis produksi di Desa Benda ?
b. Siapa sajakah pelaku produksi di Desa Benda ?
3. Mengumpulkan data yang relevan
Pengumpulan data ini diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang atau tokoh yang cukup berpengaruh di desa tersebut dan juga dokumen-dokumen Desa Benda. Selain itu juga wawancara yang dilakukan dengan kaur pembangunan di Desa Benda.
II. TINJAUAN TEORI
Teori kritis sering kali dikaitkan dengan karya para teoritisi Aliran Frankfurt dan, khususnya, ide-ide Jurgen Habermas. Para teoritisi kritis memandang bahwa semua teori sosial diarahkan oleh kepentingan tertentu yang dapat memengaruhi perspektif yang diadopsinya. Mereka melihat teori kritis sendiri diarahkan demi kepentingan emansipasi dari kekuasaan dan dominasi dalam kerja dan interaksi. Pengetahuan yang dihasilkan oleh teori kritis berlawanan dengan yang dihasilkan oleh pesitivisme dan hermeneutik dimana pengetahuan diarahkan oleh kepentingan konservatif dalam rangka mempertahankan tradisi dan tatanan sosial.
Pemilihan teori kritis pada penelitian kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat desa karena bagaimana kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat desa tentu saja berbeda-beda walaupun berada di tempat yang sama.
III. GAMBARAN LOKASI
A. Geografi Desa
Desa Benda terletak di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Memiliki luas wilayah 223,037 Ha/m2 yang terdiri dari 11 Rukun Warga (RW) dan 48 Rukun Tetangga (RT). Desa Benda memilki batas wilayah administratife sebagai berikut:
Sebelah Utara : Cigombong dan Wates Jaya Kec. Cigombong
Sebelah Timur : Areal kehutanan Gd. Pangrango
Sebelah Selatan : Desa Tenjo Ayu dan Desa Nanggerang
Sebelah Barat : Desa Kuta Jaya
Berikut jarak dan waktu tempuh dari Desa Benda ke
Kecamatan : 2,5 KM dengan lama tempuh 15 menit.
Kabupaten : 57,5 KM dengan lama tempuh 3 s/d 4 jam.
Provinsi : 129 KM dengan lama tempuh 7 s/d 8 jam.
Ibu Kota Negara : 90 KM dengan lama tempuh 4 s/d 5 jam.
B. Demografi Desa
Penduduk Desa Benda merupakan penduduk terbanyak kedua di Kecamatan Cicurug setelah Desa Kuta Jaya. Tercatat ada 12.759 jiwa, dengan jumlah laki-laki 6.487 jiwa dan perempuan 6.272 jiwa. Desa Benda terdapat 3.412 Kepala Keluarga (KK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Penduduk Desa Benda
Jenis Kelamin | Jumlah | |
Laki-Laki | Perempuan | |
6.487 | 6.272 | 12.759 |
Sumber: Data Desa Benda
Usia Penduduk
Kelompok Umur (Tahun) | Jumlah Jiwa |
0-5 | 1.121 |
5-10 | 1.356 |
11-15 | 1.347 |
16-20 | 1.216 |
21-25 | 1.247 |
26-30 | 1.295 |
31-35 | 1.153 |
36-40 | 1.095 |
41-45 | 709 |
46-50 | 672 |
51-55 | 547 |
56-60 | 350 |
60-65 | 230 |
>65 | 282 |
Sumber: Data Desa Benda
Jenis Mata Pencaharian
No | Jenis Mata Pencaharian | Jumlah |
1. | Petani | 871 |
2. | BuruhTani | 504 |
3. | Buruh | 2775 |
4. | PNS | 73 |
5. | Pengrajin | 15 |
6. | Pedagang | 257 |
7. | Peternak | 23 |
8. | Nelayan | 3 |
9. | Montir | 22 |
10. | Dokter | 1 |
11. | Bidan | 4 |
12. | Perawat | 3 |
13. | TNI | 5 |
14. | POLRI | 3 |
15. | Pelajar | 1.335 |
16. | Mahasiswa | 41 |
17. | Pensiunan | 37 |
18. | Tidak Bekerja | 1.173 |
Sumber: Data Desa Benda
IV. HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian dan pertanyaan teknis ada beberapa hasil yang ditemukan. Diantaranya jenis produksi, pelaku produksi, terutama kesejahteraan masyarakat desa dari kegiatan industrialisasi pedesaan tersebut. Berikut hasil yang didapat dari penelitian:
A. Jenis Produksi
Berikut adalah beberapa nama perusahaan dengan skala yang cukup besar beserta jenis produksinya:
No | Nama Perusahaan | Jenis Produksi |
1. | PT. Yongjin Javasuka Garment I | Garment |
2. | PT. Yongjin Javasuka Garment II | Garment |
3. | PT. Monito World | Garment |
4. | PT. KG Fashion | Garment |
5. | PT. Sinwa | Garment |
6. | PT. Dua Sekawan | Garment |
7. | PT. Hit Elektrik | Pembuatan Accesories HP/elektronik |
8. | PT. Sunshine World | Garment |
9. | PT. Lestari Maju | Garment |
10. | PT. Dako | Garment |
11. | PT. Manggis | Peternakan ayam telur |
12. | PT. Fajar Taulus | Peternakan Sapi |
13. | PT. Hae Wae | Tekstil |
14. | PT. Sukabumi Mukti Segara | LPG 3 kg |
Selain itu masih banyak jenis industri lain yang bersakala kecil dan sedang.
B. Pelaku Produksi
Pelaku produksi di Desa Benda sebagian besar investor berasal dari Luar Indonesia namun, masih dari Asia Tenggara. Selain investor pelaku produksi tentu saja para pegawai. Dari jumlah penduduk Desa Benda hampir 40 % berprofesi sebagai pegawai pabrik. Namun, lebih banyak lagi pegawai pabrik di Desa Benda berasal dari luar daerah, bahkan ada yang berasal dari luar Sukabumi. Jika dibuat perbandingan jumlah pegawai yang berasal dari Desa Benda sebesar 40 % sedangkan yang berasal dari luar sebesar 60 %.
Selain itu pelaku produksi didominasi oleh perempuan karena perusahaan yang bergerak rata-rata dibidang garment sehingga tenaga kerja wanita lebih diperlukan daripada tenaga kerja laki-laki. Berdasarkan datapun jelas bahwa penduduk usia 18-56 yang bekerja mayoritas perempuan, dan sebagian besar bekerja di pabrik. Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel berikut:
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja (orang) | |
Laki-Laki | Perempuan |
2.532 | 3.334 |
Sumber: Data Desa Benda
C. Analisis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Benda mengenai kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat desa. Dapat dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan, yaitu teori kritis.
Mengenai kesejahteraan masyarakat desa dengan adanya industrialisasi pedesaan tentu sedikit mempengaruhi kesejahteraan masyarakat desa sekitar. Kesejahteraan masyarakat desa dapat dilihat dari berbagai aspek sesuai dengan teori kritis, karena tetap saja tingkat kesejahteraan setiap individu berbeda-beda. Tingkat kesejahteraan setiap individu tetap saja tergantung sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.
Berbicara mengenai kesejahteraan masyarakat desa dengan adanya industrialisasi pedesaan, sebenarnya belum sepenuhnya dikatakan sejahtera. Bedasarkan sumber data Desa Benda tingkat perkembangan masyarakat, dari 3.412 kepala keluarga (KK) angka kemiskinan di Desa Benda masih cukup tinggi sekitar 40,35 % dan pengangguran 30,75 %. Selain itu sebagian besar pegawai industri berasal dari luar Desa Benda bahkan dari luar Kabupaten Sukabumi. Hampir 60 % pegawai industri di Desa Benda berasal dari luar desa Benda sedangkan pegawai yang berasal dari Desa Benda hanya sekitar 40 %.
Dari berbagai macam jenis mata pencaharian, penduduk Desa Benda mayoritas bekerja sebagai karyawan di pabrik atau industri. Pegawai industripun didominasi oleh perempuan sehingga jumlah pengangguran laki-laki jauh lebih banyak dari pada jumlah pengangguran perempuan. Hal ini dikarenakan jenis produksi sebagian besar berupa garment sehingga peluang untuk wanita lebih banyak. Berikut dapat dilihat dengan jelas jumlah penduduk yang bekerja dan jumlah yang tidak bekerja.
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja (orang) | |
Laki-Laki | Perempuan |
2.532 | 3.334 |
Sumber: Data Desa Benda
Penduduk usia 18-56 tahun yang belum & tidak bekerja (orang) | |
Laki-Laki | Perempuan |
1.025 | 617 |
Sumber: Data Desa Benda
Namun, ada pula sebagian yang dapat dikatakan sejahtera. Sumber pendapatan sebagian besar penduduk Desa Benda adalah di bidang industri. Sebagian pendapatan sudah lebih dari Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Sukabumi saat ini yang sebesar Rp. 1.963.000. Pendapatan rata-rata berkisar dari 3 juta rupiah dengan tambahan uang konsumsi, transportasi, dan jaminan kesehatan. Untuk pendapatan seorang manager rata-rata berkisar 12-18 juta rupiah. Semua terlihat jelas bahwa kesejahteraan yang dirasakan tergantung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki, pengalaman kerja yang cukup dan lamanya waktu bekerja.
Selain itu ada juga yang menguntungkan dari adanya industrialisasi pedesaan ini. Tentu saja bagi para pemilik lahan dan modal untuk membuat kontrakan atau rumah yang disewakan. Umumnya bagi para pekerja di luar daerah Desa Benda tentu saja membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. Tingginya minat yang membutuhkan tempat tinggal ini, tentu saja menjadikan usaha sewa rumah atau kontrakan sebagai usaha yang menjanjikan. Hingga saat ini di Desa Benda banyak dijumpai kontrakan atau rumah yang disewakan.
Secara keseluruhan kontribusi industrialisasi pedesaan pada masyarakat desa belum bisa dikatakan sepenuhnya mensejahterakan namun tidak juga dikatakan tidak mensejahterakan. Jika dilihat masih ada individu yang belum dan tidak bekerja dan sebagian besar laki-laki, yang padahal seharusnya menjadi tulang punggung keluarga. Namun, pada kenyataannya sebagian besar pendapatan setiap individu memang berasal dari bidang industri.
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kontribusi industrialisasi pedesaan pada kesejahteraan masyarakat, maka dapat ditarik kesimpulan. Tingkat kesejahteraan setiap individu tetap saja tergantung sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.
Dari berbagai macam jenis mata pencaharian, penduduk Desa Benda mayoritas bekerja sebagai karyawan di pabrik atau industri. Pegawai industripun didominasi oleh perempuan sehingga jumlah pengangguran laki-laki jauh lebih banyak dari pada jumlah pengangguran perempuan. Hal ini dikarenakan jenis produksi sebagian besar berupa garment sehingga peluang untuk wanita lebih banyak.
Secara keseluruhan kontribusi industrialisasi pedesaan pada masyarakat desa belum bisa dikatakan sepenuhnya mensejahterakan namun tidak juga dikatakan tidak mensejahterakan. Jika dilihat masih ada individu yang belum dan tidak bekerja dan sebagian besar laki-laki, yang padahal seharusnya menjadi tulang punggung keluarga. Namun, pada kenyataannya sebagian besar pendapatan setiap individu memang berasal dari bidang industri.
DAFTAR PUSTAKA
Gandi, Rajib. Skripsi: Pengaruh Industrialisai Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat. Bogor: IPB. 2011.
Hermansah, Tantan. Industrialisasi di Pedesaan dan Prosfek Usaha Mikro Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Academia edu.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relations & Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Scott, John. Sosiologi: The Key Concepts. Terjemahan Labsos FISIP UNSOED. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.