Minggu, 11 November 2012

Annisa Novianti_laporan 1_Forum Betawi Rempuk

ORGANISASI MASYARAKAT FORUM BETAWI REMPUK
ANNISA NOVIANTI (1112051100004)
I.                   Latar Belakang
Organisasi masyarakat adalah suatu organisasi yang terbentuk oleh suatu anggota masyarakat secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama untuk berperan serta dalam pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian,pengertian menurut pasal 1 undang-undang no.8 tahun 1985 tentang organisasi masyarakat atau ormas, yang dimaksud dengan organisasi masyarakat adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara suka rela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, Agama, dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila. Peneliti mengangkat salah satu organisasi masyarakat yang berdomisili di Jakarta yang bernama FBR (Forum Betawi Rempug). Peneliti mencoba untuk meneliti organisasi ini, karena peneliti sendiri lahir di Jakarta, walaupun bukan merupakan suku Betawi, akan tetapi peneliti merasa ingin mengetahui serta merasa terpanggil untuk mengetahui seluk beluk organisasi dari suku Betawi tersebut. Tidak hanya itu, alasan lain mengapa peneliti tertarik akan ormas ini adalah, cukup banyaknya anggota FBR yang berdomisili di sekitar tempat tinggal peneliti serta cukup banyaknya pos yang tersebar dimana-dimana membuat peneliti ingin mengetahui tentang ormas tersebut. Pada dasarnya organisasi masyarakat merupakan wadah yang dibentuk oleh sebagian kalangan dengan tujuan untuk menyalurkan aspirasi, tempat bertukar pikiran, serta juga dapat mempererat tali persaudaraan diantara sesama anggota maupun hubungan antar ormas yang lain.
II.                Pertanyaan pokok penelitian
1.      Bagaimana latar belakang singkat berdirinya FBR?
Berawal dari suatu bentuk keprihatinan terhadap kaum masyarakat suku Betawi yang secara kultural dan struktural menjadi terasing dan dipinggirkan dikampung halamannya sendiri. Kemudian, sebagai kaum yang paham akan hak, kewajiban, serta peran dan tanggung jawab kepada masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pada hari Minggu, tanggal 29 Juli 2001, FBR di bentuk. Pendiri FBR sendiri merupakan beberapa agamawan muda Betawi di pondok pesantren yatim Zidatul Mubtadi'ien, Cakung, Jakarta Timur. Kemudian, arti kata dari Rempuk dalam kebersamaan dan menjunjung tinggi tali silahturahmi sebagai bentuk karekter khusus organisasi ini, yang berarti akur, musyawarah, kerjasama, gotong royong dan bersatu. Meskipun, ancaman, gangguang, dan hambatan datang dari dalam melalui penyusupan yang datang dari luar, namun FBR tetap berdiri tegak dan dapat menyelesaikan berbagai macam konflik yang terjadi tersebut.
2.      Apakah tujuan didirikannya ormas FBR?
Tujuan utama didirikannya FBR memiliki beberapa sebab, yakni membina persaudaraan yang kokoh diantara sesama masyarakat Betawi dan masyarakat lainnya demi terciptanya kehidupan yang aman, nyaman, dan damai, serta bahagia dunia dan akhirat. Selanjutnya adalah dapat membina hubungan kerjasama dalam pemerintah dan lainnya dalam melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kemudian tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Betawi melalui pendidikan serta latihan keterampilan dan penyaluran kerja. FBR juga bertujuan untuk meningkatkan peran dalam kehidupan agar tidak tergerus oleh para pendatang yang berasal dari berbagaimacam suku di Indonesia. Lalu, dengan berdirinya FBR juga bertujuan agar kebudayaan masyarakat Betawi dapat dilestarikan sebagai peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.
 
III.             Metode Penelitian
Metode penelitian yang penelitian gunakan adalah metode kualitatif, metode ini sendiri merupakan suatu cara atau teknik pengambilan informasi dengan wawancara mendalam dengan narasumber yang terkait. Kemudian, cara dalam mewawancarainya harus bersifat kritis dalam menanyakan sesuatu kepada narasumber. Tidak hanya itu, pewawancara juga harus bersifat idealis agar tidak memihak kepada siapapun. Informasi riset yang diinginkan oleh peneliti diambil dari narasumber yang memaparkan segala informasi yang dia ketahui. Teknik kualitatif ini juga dirasa lebih efisien, karena hanya dengan narasumber, akan tetapi dapat mengetahui sesuatu informasi secara lebih detail dan mendalam. Lalu, dalam teknik ini juga tidak perlu menyebar kuesioner. Pada saat penelitian ini dilakukan peneliti dengan pergi ke rumah salah seorang teman yang memiliki seorang Ayah yang bergabung dengan ormas FBR yang berada dikawasan JL. Lenteng Agung, tepatnya di Gg. Ikklas RT. 05/08 No. 96, Kebagusan, Jakarta Selatan. Peneliti melakukan wawancara pada hari Minggu, 11 November 2012, pada pukul 13.00 WIB siang hari.
 
IV.             Gambaran subjek /objek penelitian   
FBR atau Forum Betawi Rempuk merupakan salah satu organisasi masyarakat Betawi yang berdomisili di kawasan JABODETABEK. Organisasi ini, bergerak dalam bidang budaya, agama, serta peduli pula dengan kesejahteraan para anggotanya, seperti memberikan pelatihan keterampilan sampai penyaluran kerja. Pemasukan keuangan dalam ormas ini adalah dari hasil penjagaan tanah kosong oleh para anggota FBR tersebut serta apabila ada pejabat pemerintahan yang meminta untuk dikawal oleh FBR. Apabila dilihat dari segi struktur, FBR memiliki banyak "gardu" dari tiap-tiap kelurahan. Gardu disini adalah semacam cabang atau pos-pos yang tersebar di banyak kelurahan di JABODETABEK. Banyak masyarakat yang merasakan keuntungan dengan adanya FBR, beberapa keuntungannya adalah karena dapat memiliki ketrampilan khusus serta penyaluran kerja, dan FBR pun juga kerap kali menyalurkan santunan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kemudian, dalam segi pengamanan tanah kosong serta pengawalan juga merasa terbantu dengan adanya FBR.
 
V.                Analisis
Forum Betawi Rempuk telah berdiri sejak tanggal 29 Juli 2001, organisasi ini berawal dari sebuah bentuk solidaritas antar sesama suku Betawi, karena apabila kita melihat suku Betawi saat ini mulai tergerus dan mulai tersingkirkan oleh suku-suku pendatang. Padahal, khususnya Jakarta merupakan domisili asal suku Betawi, akan tetapi justru suku Betawi lah yang terpinggirkan baik dari segi aspek ekonomi, sosial, serta budaya. Melihat hal ini, beberapa agamawan muda Betawi mulai merasa terpanggil untuk membuat suatu organisasi yang benrtujuan awal untuk memajukan suku Betawi, sehingga tidak terpinggirkan oleh suku-suku lain. FBR memiliki banyak gardu di setiap kelurahan yang tersebar di JABODETABEK. Gardu tersebut tidak memiliki batas dalam hal jumlah, jadi untuk membuat gardu juga harus melaporkan kepada korwil di tiap kelurahan dan juga siapa saja dapat mendirikan gardu tersebut yang terpenting orang tersebut memiliki anggota yang cukup. Meskipun, FBR sering mengalami konflik mengenai tanah kosong, lahan parkir dan masalah batas wilayah kekuasaan dengan pemuda pancasila. Kegiatan yang sering dilakukan FBR adalah ketika terdapat kegiatan keagamaan biasanya para anggota FBR juga mengumpulkan para sesama suku Betawi untuk ikut berkumpul. Ormas ini juga sering mengadakan rapat atau kumpul bersama seluruh anggota dari berbagai macam gardu yang tersebar di JABODETABEK. Apabila dilihat dari segi sosial, FBR memiliki kegiatan untuk menyantuni masyarakat yang kurang mampu. Pemasukan dari organisasi masyarakat ini adalah dari hasil penjagaan dari tanah kosong yang dijaga oleh anggota FBR, dan juga dari pengawalan para pejabat pemerintah oleh para anggota FBR. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini