Selasa, 23 Oktober 2012

Ferdy Rizky Saputra / KPI 1E / Tugas 7


METODE KUALITATIF



                Banyak dari sosiologi bersandar pada metode-metode kualitatif, yaitu teknik-teknik penelitian yang didesain untuk memperoleh pemahaman, penafsiran, dan subjektif atas perilaku sosial. Tujuan penting dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam atas apa yang masyarakat lakukan, dan menafsirkan perilaku mereka dengan cara –cara yang dipahami oleh mereka sendiri. Konsekuensinya, penelitian kualitatif berusaha menangkap perasaan, tekstur, dan makna perilaku dan konteks yang lebih luas yang di dalamnya suatu peristiwa terjadi. Untuk memperoleh pemahaman seperti itu, para peneliti kualitatif bersandar kepada tiga teknik berdasarkan berikut:

Rekaman-rekaman Historis. Analisa historis biasanya berdasarkan kepada surat-surat, catatan-catatan harian, laporan-laporan masa lalu, dan materi-materi serupa yang lain. Metode historis ini berguna karena menyediakan informasi detail sekaligus penjelasan-penjelasan yang luas. Ia juga menyediakan suatu rasa (sense) tempat kita berada dan membantu kita memahami tempat kita di dunia ini.

Dalam memahami peristiwa-peristiwa historis adalah penting untuk waktu saat suatu peristiwa terjadi.Pelaksanaan penelitian historis bisa menjadi hal yang sulit, karena rekaman-rekaman historis sering tidak akurat, tidak lengkap atau bias.

 

Interviwe dan Life Histories. Banyak sosiologi yang secara khusus tertarik pada berbagai permasalahan yang melibatkan makna, simbolisme, atau beberapa aspek lain dn perilaku sosial yang sulit diterjemahkan menjadi respon-respon numerikal. Misalnya, seorang sosiolog menginvestigasi mengapa orang tertarik kepada beberapa aktivitas reaksional tertentu, atau bagaimana orang membangun identitas mereka selama masa kehidupan mereka. Untuk memecahkan topik ini, peneliti dapat beralih kepada Structured intervew: atau sebuah prosedur di mana sang peneliti menanyakan responden serial pertanyaan dan merekam jawabannya.

Teknik kualitatif lain biasanya digunakan disebut life history. Ini adalah sebuah interview panjang(Long interview), atau serial-serial interview, dimana sang peneliti berusaha menemukan bentuk-bentuk esensial, momen-momen penting, atau titik balik dalam suatu kehidupan responden. Sang peneliti harus menghabiskan banyak waktu agar dapat melakukan teknik ini dan selama beberapa hari untuk berbicara dengan responden secara mendalam. Peneliti biasanya menanyakan pertanyaan umum dengan ramah mendorong responden untuk menjawab secara rinci. Kesuksesan menggunakan metode ini mensyaratkan keahlian yang tinggi dan kesabaran sang peneliti.

 

Participant Observation. Tujian mempelajari metode ini adalah untung memperoleh pemahaman yang mendalam dari pengetahuan yang rinci dan terkadang bersifat pribadi dari masyarakat yang sedang dikaji. Para peneliti kadangkala ikut terlibat dalam berbagai aktivitas masyarakat yang sedang dikaji. Disisi lain, jika peneliti tidak melibatkan dirinya sebagai observasi, semacam ini dinamakan observasi.

Kajian-kajian observasional yang bersifat terlibat (participant) atau yang tidak terlibat (Non-Participant) masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Hadir di suatu tempat di mana sebuah aktivitas sedang berlangsung, sang sosiolog bisa mendeskripsikan dan menjelaskan perilaku dan konteksnya. Sang peneliti yang baik akan memahami signifikasi dari berbagai perilaku, kata-kata, dan sinyal yang tampaknya kurang penting. Tambah pula, ketika sang peneliti membangun kepercayaan di antara anggota komunitas, mereka bisa menyikapi berbagai perilaku yang sejatinya tersembunyi dari pandangan publik.

Dalam sisi negatifnya, kritik paling serius dari penelitian observasional terfokus pada generalisasinya. Dalam kasus ini, generalisasi merujuk kepada angkatan dimana dari hasil sebuah kajian bisa diperluas kepada populasi manusia yang lebih luas. Karena tidak pernah ada dua kasus yang sepenuhnya identik, observasi atas sebuah kasus selalu meninggal berbagai keraguan ketika melakukan generalisasi.

 

 


Metode Kuantitatif



                Metode-metode kuantitatif sangat bergantung  kepada statistika dan matematika untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar perilaku sosial. Meski sebagian besar sosiolog yang terlatih sebelum perang dunia II utamanya bersandar kepada metode-metode kualititatif, dalam 50 tahun terakhir metode kuantitatif menjadi yang terdepan dalam penggunaanya. Para sosiolog sekarang lebih banyak menlakukan penelitian kuantitatif ketimbang metode penelitian yang lain.

"Semakin anda belajar, semakin tinggi nilai yang anda peroleh". Untuk secara kuantitatif meneliti pertanyaan tersebut, kita bisa membuat sampel bagi para pelajar akan berapa jam lamanya mereka bisa menghabiskan waktu belajar untuk persiapan ujian.  Pada saat yang sama, kita bisa juga menanyakan rata-rata nilai mereka. Jika pertanyaan itu benar, maka nilai rata-rata para pelajar yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar meski lebih tinggi ketimbang nilai rata-rata para pelajar yang lebih sedikit waktu belajar yang dihabiskannya. Dengan kata lain kita bisa menentukan bagaimana variasinya dalam satu variabel, berapa jam belajarnya, memproduksi suatu perubahan (variasi) pada variabel lain, dan nilai rata-rata.

 

Survei. Metode yang paling luas dn banyak dipakai untuk mengumpulkan informasi atau data kuantitatif. Metode ini sangat populer sehingga kebanyakan orang pada saat sama atau waktu yang lain menjadi suatu target dari survei yang sama. Misalnya, kamu mungkin saja di telpon oleh sebuah perusahaan yang tertarik oleh perusahaan televisi yang anda tonton.

                Survei ilmiah ditunjukan pada sebuah populasi. Sebagai yang digunakan di dalam sains, populasi merujuk kepada setiap kelompok yang seorang peneliti sedang teliti. Seperti semua pelajar dalam sebuah kelas.
Sebagai sebuah materi peraktis, biasanya tidak mungkin selalu mensurvei setiap anggota populasi, khususnya jika sedang meneliti suatu negara, misalnya Indonesia, dengan penduduk lebih dari 200juta jiwa. Meski setiap individu di sebuah populasi bisa di kelompokan dan di yakinkan untuk bekerja sama, biaya penelitiannya akan menjadi penghalang yang signifikan lantaran sangat mahal. Para peneliti menjadikan sampel dengan sejumlah kecil kasus dan menjadikannya untuk mewakili keseluruhan populasi.

Para peneliti kuantitatif menekankan pentingnya sebuah sampel representatif. Karena sebuah sampel representatif adalah cermin kecil dari sebuah populasi, ia bisa bertindak sebagai basis bagi proses generalisasi sehingga hasil-hasil dari sebuah sampel representatif semestinya mewakili realitas sebenarnya dari populasi tersebut. Dengan prosedur prosedur yang benar, suatu sampel yang kecil dapat menghasilkan hasil-hasil yang mencerminkan realitas populasinya.

Cara terbaik untuk memperoleh generalitas adalah dengan menggunakan dom-sampling yang bermakna sebagai sebuah prosedur pengambilan sampel dimana setiap orang di sebuah populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden. Misalnya, jika anda mencari sampel bagi populasi kelas anda dan lain secara acak (Random) menyeleksi 10 dari 30 pelajar, prosedur pengambilan sampel acak (random sampeling)  yang sederhana tapi efektif akan menuliskan nama setiap pelajar didalam kertas kecil, kemudian dikumpulkandengan sebuah , dan diaduk sehingga seluruh kertas tercampur dan kemudian dengan mata terpejam diambil 10 kertas kertas kecil yang berisi sepuluh nama pelajar. Maka prosedur-prosedur tersebut diikuti, maka setiap kertas kecil /orang memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. Singkat kata, anda memiliki sampel acak yang benar dari 10 pelajar menjadi sampel itu adalah juga benar dari ke-30 pelajar dikelas (populasi) tersebut.

Yang jelas pengambilan sampel dengan kertas-kertas kecil di atas itu tidak praktis untuk setiap ukuran kelompok.

 

Eksperimen Terkendali (Controlled Eksperiment). Eksperimen adalah sebuah metode untuk mengkaji antara dua atau lebih dari variabel dalam kondisi-kondisi yang sangat terkendali . untuk mengilustrasikan suatu eksperimen dalam ilmu-ilmu sosial, bayangkan bahwa seorang peneliti pada sebuah perusahaan bisnis besar ingin menjadi efektivitas akan sebuah tayangan pelatihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan etos kerja para karyawan. Lebih jauh bayangkan bahwa sang peneliti itu memutuskan untuk mengevaluasi tayangan tersebut dengan melakukan sebuah eksperimen. Ia dapat memprosesnya dalam 3 langkah.

Pertama, Ia akan menyeleksi sample dari para pekerja dan mengukur tingkatan etos kerja       mereka, mungkin dengan memberinya daftar pertanyaan (questionnare), pengukuran semacam ini disebut dengan pre-test.
Kedua, Dia akan secara acak membagi subjek-subjek tersebut kedalam dua kelompok. Experimental group mengikuti proses eksperimen-dalam hal ini, mereka menonton dalam tayangan tersebut. Setengah dari contoh tersebut, yaitu control group, tidak mengikuti proses eksperimen, maksudnya mereka tidak menonton tayangan tersebut. Dan mereka melakukan berbagai aktivitas reguler.
Ketiga, setelah experimental group melihat tayangan tersebut, sang peneliti kembali mengukur tingkat etos kerja mereka. Pengukuran seperti ini disebut pro – test. Jika tayangan itu memiliki efek yang di maksud, maka tingkat etos kerja para karyawan dalam expreimental group mestinya menjadi lebih tinggi setelah melihat tayangan ketimbang sebelum menontonnya, dan tingkatan etos kerja karyawan dalam control group tetap tidak berubah . jika hal diatas terjadi maka sang peneliti akan menyimpulkan bahwa tayangan tersebut pada realitasnya telah meningkatkan etos kerja dan dia bisa dengan sangat yakin atas kesimpulannya itu.

Meski model eksperimen terkendali ini sangat cocok untuk mencari kaitan sebab-akibat, para sosiolog jarang menggunakannya. Alasannya adalah bahwa berbagai eksperimen paling baik dilakukan dalam sebuah laboratorium, sementara kebanyakan sosiolog ingin mengkaji perilaku sebagaimana adanya yang terjadi di alam nyata. Pengecualian jika objek penelitiannya adalah kelompok yang kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini