Nama :Taufik Abdullah
Kelas :KPI 1E
NIM :1112051000163
Tugas 7 Sosiologi Agama
Metode Kualitatif
Banyak juga sosiolog yang bersandar pada metode-metode kualitatif, yaitu teknik-teknik penelitian yang didesain untuk memperoleh pemahaman, penafsiran, dan subjektif atas perilaku sosial. Tujuan penting dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam atas apa yang masyarakat lakukan, dan menafsirkan perilaku mereka dengan cara-cara yang dipahami oleh mereka sendiri. Konsekuensinya, penelitian kualitatif berusaha menangkap perasaan, tekstur, dan makna perilaku dan konteks yang lebih luas yang disalamnya suatu pristiwa terjadi. Untuk memperoleh pemahaman seperti itu, para peneliti kualitatif bersandar kepada tiga teknik mendasar berikut:
[1] Rekaman-rekaman Historis. Analisa historis berdasarkan kepada surat-surat, catatan-catatan harian, laporan-laporan masa lalu, dan materi-materi serupa yang lain. Metode historis ini berguna menyediakan informasi detail sekaligus penjelasan-penjelasan yang luas.
Dalam memahami peristiwa-peristiwa historis, adalah penting untuk waktu saat suatu peristiwa terjadi. Pelaksanaan penelitian historis bisa menjadi hal yang sulit, karena rekaman-rekaman historis sering tidak akurat, tidak lengkap atau bias.
[2] Interview dan Life Histories. Banyak sosiolog yang secara khusus tertari dengan berbagai permasalahan yang melibatkan makna, simbolisme, atau beberapa aspek lain dari perilaku sosial yang sulit diterjemahkan menjadi respon-respon numerikal. Sang peneliti bisa beralih kepada structured interview: sebuah prosedur dimana sang peneliti menanyakan responden sosial pertanyaan dan merekam jawabannya.
Teknik kualitatif lain yang biasanya digunakan disebut life history.Ini adalah sebuah interview panjang, atau serial-serial interview. Dimana sang peneliti berusaha menemukan benmtuk-bentuk esensial,momen-momen penting, atau titik balik dalam suatu kehidupan responden.
[3] Participan Observation. Tujuan mempelajari metode participant observation adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam dari pengetahuan yang rinci dan terkadang bersifat pribasi dari masyarakat yang sedang dikaji. Saat mereka melakukan hal demikian, metode penelitian seperti ini disebut participant observation. Disisi lain jika para peneliti melakukan observasi namun tidak melibatkan dirinya, disebut observasi.
Kajian-kajian observasional yang bersifat terlibat (participant) atau yang tidak terlibat (non-participant) masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dalam sisi negatifnya, kritik paling serius dari penelitian observasional berfokus pada generalisasinya.Dalam kasus ini, eneralisasinya merujuk kepada pangkatan dimana hasil dari sebuah kajian bisa diperluas kepopulasi manusia yang lebih luas.
Metode Kuantitatif
Metose-metode kuatitatif sangat bergantung pada stastika dan matematika untuk menjawab bebagai pertanyaan seputar perilaku sosial. Meski sebagian besar sosiolog yang terlatih sebelum perang dunia II utamanyab bersandar kepada metode-metode kualitatif, dalam 50 tahun terakhir metode kuantitatifmenjadi yang terdepan dalam penggunaanya. Para sosiolog sekarang lebih banyakn melakukan penelitian kuantitatif ketimbang metode penelitian yang lain.
[1] Survei. Survei mungkin adalah metide yang yang paling luas dan banyak dipakai untuk mengumpulkan informas iatau data kuantitatif.
Survei ilmiah ditujukan pada sebuah populasi. Sebagai yang digunakan didalam sains, populasi merujuk keppada setiap kelompokyang seorang peneliti sedang teliti. Meski setiap individu disebuah individu bisa dikelompokkan dan diyakinkan untuk bekerja sama, buaya penelitianya akan menjadi penghalang yang signifikan lantaran sangat mahal.
Ketimbang berjibakun] dengan sampel dalam jumlah besar, para peneliti kuantitatif menekan pentingnya sebuah sampek representatif. Dengan prosedur yang benar, suatu sampel yang kecil bisa menghasilkan hasil-hasil yang mencerminkan realitas populasinya.
[2] Eksperimen Terkendali (Controlled Experiment)
Eksperimen adalah sebuah metode untuk mengkaji antara dua atau lebih dari variabel dalam kondisi-kondisi yang sangat terkendali . untuk mengilustrasikan suatu eksperimen dalam ilmu-ilmu sosial, bayangkan bahwa seorang peneliti pada sebuah perusahaan bisnis besar ingin menjadi efektivitas akan sebuah tayangan pelatihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan etos kerja para karyawan. Lebih jauh bayangkan bahwa sang peneliti itu memutuskan untuk mengevaluasi tayangan tersebut dengan melakukan sebuah eksperimen. Ia dapat memprosesnya dalam 3 langkah.
Pertama, Ia akan menyeleksi sample dari para pekerja dan mengukur tingkatan etos kerja mereka, mungkin dengan memberinya daftar pertanyaan (questionnare), pengukuran semacam ini disebut dengan pre-test.
Kedua, Dia akan secara acak membagi subjek-subjek tersebut kedalam dua kelompok. Experimental group mengikuti proses eksperimen-dalam hal ini, mereka menonton dalam tayangan tersebut. Setengah dari contoh tersebut, yaitu control group, tidak mengikuti proses eksperimen, maksudnya mereka tidak menonton tayangan tersebut. Dan mereka melakukan berbagai aktivitas reguler.
Ketiga, setelah experimental group melihat tayangan tersebut, sang peneliti kembali mengukur tingkat etos kerja mereka. Pengukuran seperti ini disebut pro – test. Jika tayangan itu memiliki efek yang di maksud, maka tingkat etos kerja para karyawan dalam expreimental group mestinya menjadi lebih tinggi setelah melihat tayangan ketimbang sebelum menontonnya, dan tingkatan etos kerja karyawan dalam control group tetap tidak berubah . jika hal diatas terjadi maka sang peneliti akan menyimpulkan bahwa tayangan tersebut pada realitasnya telah meningkatkan etos kerja dan dia bisa dengan sangat yakin atas kesimpulannya itu.
Kedua, Dia akan secara acak membagi subjek-subjek tersebut kedalam dua kelompok. Experimental group mengikuti proses eksperimen-dalam hal ini, mereka menonton dalam tayangan tersebut. Setengah dari contoh tersebut, yaitu control group, tidak mengikuti proses eksperimen, maksudnya mereka tidak menonton tayangan tersebut. Dan mereka melakukan berbagai aktivitas reguler.
Ketiga, setelah experimental group melihat tayangan tersebut, sang peneliti kembali mengukur tingkat etos kerja mereka. Pengukuran seperti ini disebut pro – test. Jika tayangan itu memiliki efek yang di maksud, maka tingkat etos kerja para karyawan dalam expreimental group mestinya menjadi lebih tinggi setelah melihat tayangan ketimbang sebelum menontonnya, dan tingkatan etos kerja karyawan dalam control group tetap tidak berubah . jika hal diatas terjadi maka sang peneliti akan menyimpulkan bahwa tayangan tersebut pada realitasnya telah meningkatkan etos kerja dan dia bisa dengan sangat yakin atas kesimpulannya itu.
Meski model eksperimen terkendali ini sangat cocok untuk mencari kaitan sebab-akibat, para sosiolog jarang menggunakannya. Alasannya adalah bahwa berbagai eksperimen paling baik dilakukan dalam sebuah laboratorium, sementara kebanyakan sosiolog ingin mengkaji perilaku sebagaimana adanya yang terjadi di alam nyata. Pengecualian jika objek penelitiannya adalah kelompok yang kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar