BAB 4
SUMBER-SUMBER DATA KEPENDUDUKAN/DEMOGRAFI
A. Pendahuluan
Sumber-sumber data kependudukan/demografi yang pokok, ialah, sensus, sistem registrasi kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk, dan survei-survei terbatas atau survei sampel. Diantara sumber-sumber ini, sensus merupakan sumber data yang paling utama diberbagai negara, terlebih-lebih di negara-negara berkembang. Karena di negara-negara berkembang, reit vital seperti, reit kelahiran kasar (CBR) dan reit kematian kasar (CDR) sering perlu diperkirakan secara tidak langsung dengan menggunakan data sensus, atau hasil-hasil survei terbatas.
B. Sejarah Sensus Penduduk
Pencacahan penduduk atau enumeration, dan juga kadang-kadang disebut cacah jiwa (dalam pelaksanaan kadang-kadang cacah rumahtangga), mungkin mempunyai sejarah hampir setua sejarah peradaban manusia. Dalam abad ke 16-17, beberapa kali sensus telah pula dilakukan di Sisilia, Italia, dan Spanyol. Di masa itu perhitungan jumlah penduduk pada umumnya mempunyai hubungan dengan tujuan-tujuan militer dan perluasan kerajaan, serta unmtuk maksud-maksud perpajakan. Sensus sering pula dilaksanakan secara tak menyeluruh dan tak teratur, tergantung keperluan.
Sensus penduduk dalam paham modern mungkin sekali untuk pertama kali dilakukan di Quebec atau Kanada, Perancis pada tahun 1666. Di Swedia mulai dilaksanakan pada tahun 1749, Amerika Serikat tahun 1970, dan Inggris pada tahun 1801. Pelaksanaan sensus penduduk di Inggris membawa pengaruh pula pada negeri-negeri jajahannya. Di Indonesia umpamanya, Raffles dalam masa pemerintahannya yang singkat sempat melakukan perhitungan jumlah penduduk pada tahun 1815.
Sampai permulaan abad ke-20 kurang dari 20 persen penduduk bumi yang dicakup oleh sensus. Antara tahun 1945-1953 hampir 60 persen penduduk dunia dicakup sensus. Sampai tahun 1960 jumlah penduduk bumi yang telah dihitungh melalui sensus kira-kira telah mencapai 90 persen. Dan sejak abad ke-19 sensus penduduk telah banyak berubah, baik dalam cakupan yang menjadi lebih luas dan ruang lingkup yang makin meluas pula. Kini hampir semua anggota PBB telah melaksanakan sensus penduduk sedikitnya satu kali.
C. Kriteria Modern Dari Sensus
Istilah sensus dalam paham modern mengandung makna perhitungan penduduk yang mencakup wilayah suatu negara. Sensus dilakukan dengan pencacahan langsung tiap orang atau rumahtangga. Perhitungan penduduk dalam suatu sensus dapat dilakukan dengan sistem de jure atau de facto, tau kombinasi dari keduanya. Sistem de jure berarti mencacah penduduk menurut tempat tinggal, sedangkan sistem de facto pencacahan dilakukan dimana seseorang ditemukan pada saat sensus.
Konsepsi modern dari suatu sensus penduduk dapat dilihat dalam ciri-ciri utama sensus penduduk nasional resmi yang dirumuskan oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Sensus penduduk dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pengumpulan , kompilasi dan publikasi data yang berkenaan dengan data demografi, ekonomi, dan sosial pada waktu-waktu tertentu. Berikut ciri-ciri utama dari suatu sensus penduduk :
1. Kesponsoran. Suatu sensus penduduk nasional resmi disponsori atau diselenggarakan oleh pemerintah tingkat pusat, walaupun kadang-kadang bekerja sama dengan pemerintahan tingkat propinsi dan lokal.
2. Teritorial yang terdefinisi dengan jelas. Cakupan teritorial pelaksanaan suatu sensus haruslah dengan definisi yang jelas.
3. Universalitas. Tiap anggota komunitas dalam cakupan sensus harus termasuk dalam cakupan pencacahan tanpa ada yang ketinggalan atau tejadi duplikasi.
4. Simultanitas. Jumlah penduduk yang dicacah harus menunjuk pada waktu tertentu dengan definisi yang jelas.
5. Unit Individual. Dalam suatu sensus pencacahan dilakukan secara langsung dan tidak melalui registrasi.
6. Kompilasi dan Publikasi. Paling sedikit kompilasi dan publikasi data harus dilakukan menurut geografis wilayah dan semua variabel demografi dasar.
D. Sensus Penduduk Di Indonesia
Di Indonesia seperti di lain-lain kawasan di dunia, perhitungan penduduk untuk tujan terbatas seperti untuk perpajakan dan penentuan jumlah wajib kerja telah ada sejak dulu. Di zaman kolonial, telah disebut sebelumnya adanya sensus penduduk Raffles. Ia melakukan perhitungan jumlah penduduk dalam rangka sistem pajak tanah. Pemerintah kolonial Belanda anatara tahun 1880-1905 mengadakan sensus-sensus penduduk dengan periode 5 tahun sekali. Antara tahun 1905-1920 pelaksanaan sentus terhenti sementara. Walaupn pada tahun 1909 pemerintah pernah memutuskan untuk melaksanakan pencacahan pada tahun 1915 dan selanjutnya tiap 10 tahun sekali.
Sensus pemduduk 1920 menggunakan sistem perhitungan de jure, sedangakan sensus penduduk 1930 menggunakan sistem perhitungan de facto di Jawa dan sistem de jure di lain-lain pulau. Dan sensus penduduk 1961.1971, dan 1980 menggunakan kombinasi sistem de jure dan de facto dan bagi mereka yang bertempat tinggal tidak tetap dipakai sitem de facto. Sumber-sumber data kependudukan yang penting selain data sensus penduduk adalah registrasi kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk, dan survei-survei.
E. Registrasi Kejadian Vital dan Penduduk
Pada umumya registrasi kejadian-kejadian vital dibedakan dari sistem registrasi penduduk. Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dipelihara penguasa tempat dimana biasanya dicatat setiap kelahiran, kematian, adopsi, perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan, perubahan nama, dan perubahan tempat tinggal. Sedangkan sistem registrasi kejadian-kejadian vital bertalian dengan registrasi seperti kelahiran, kematianjanin, abortus, perkawinan, dan perceraian.
Beberapa negeri yang relatif lama dan tetap mempunyai sistem registrasi penduduk yang baik antara Swedia, Finlamdia, dan Belanda. Negara yang memelihara sistem registrasi kejadian-kejadian vital biasanya mewajibkan para warganya untuk segera atau dalam jangka waktu tertentu melaporka kejadian-kejadian vital sepertin kelahiran dan kematian. Di Indonesia sejara registarsi penduduk dapat dikatakan mulai dalam masa pemerintahan anatara Raffles. Atas perintah Raffles dintiap desa harus diadakan suatu registrasi. Dan sayangnya rencana Raffles ini tidak berjalan dengan baik, bahkan setelah pemerintahan kolonial, Belanda berkuasa kembali. Sistem registrasi tersebut makin lama makin tak dapat dipercaya.
Samapi kini, di Indonesia seperti halnya dikebanyakan negara-negara berkembang lain, disamping sistem registrasi penduduk belum dilaksanakan secara menyeluruh, data dari registrasi penduduk (jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi) sering tidak lengkap dan kurang dpat dipercaya.
F. Survei
Data kependudukan dari sumber sensus-sensus penduduk, sistem registrasi kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk, pelaksanaan survei-survei demografis, dan beragam survei sampel yang mengumpulkan informasi kependudukan dalam keadaan terbatasanya itu sangat bermanfaat. Survei demografi pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 3 tipe, yaitu :
1. Survei bertahap tunggal.
Diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai berbagai kejadian demografi yang dialami seseorang di masa lampau dalam periode tertentu.
2. Survei bertahap ganda.
Dilakukan kunjungan berulang kali ke rumahtanga-rumahtangga dimana berbagai kejadian demografi dalam interval waktu antar kunjungan dicatat seperti kelahiran, kematian, dan migrasi.
3. Survei bertipe kombninasi, yaitu kombinasi antara survei bertahap tunggal, ganda, dan sistem registrasi.
Selain berguna bagi penaksiran-penaksiran reit vital, data yang dikumpulkan juga dapat menilai sejauh mana kelengkapan dan dapat dipercayanya informasi demografi yang dikumpulkan oleh sistem registrasi.
BAB 5
KOMPOSISI DAN PIRAMIDA PENDUDUK
A. Pendahuluan.
Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-proses demografi, yaitu : fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Beragam pengelompokan dapat dibuat seperti atas dasar etnis, agama, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan yang diselesaikan, umur, jenis kelamin, dan golongan pendapatan.
B. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin bagi suatu masyarakat penting, baik dalam kerangka biologis, ekonomis, maupun sosial. Umpanya penting dalam pertaliannya dengan angka-angka kelahiran, kematian, rasio beban tanggungan, dan rasio jumlah penduduk usia sekolah. Rasio jenis kelamin pada umumnya ndinyatakan sebgai perbandingan jumlah laki-laki per 100 perempuan. Selain faktor rasio jenis kelamin pada saat lahir, tinggi rendahnya angka angka-angka rasio jenis kelamin secra total maupun bagi golongan-golongan umur di suatu masyarakat atau komunitas dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kematian laki-laki dan perempuan secara relatif, dan oleh perbedaan-perbedaan tingkat migrasi neto antar jenis kelamin.
Dalam keadaan normal, golongan perempuan rata-rata hidup lebih lama dibandingkan dengan golongan laki-laki. Taksiran-taksiran harapan hidup pada saat lahir diberbagai negara mendukung pernyataan tersebut. Sementara itu tingkat kematian bayi laki-laki umumnya lebih tinggi dari tingkat kematian bayi perempuan. Dalam hal golongan umur, penelitian di berbagai masyarakat menunjukkan, kebanyakan dari para migran berumur muda. Angka rasio jenis kelamin pada golongan umur muda mungkin akan tinggi pada masyarakat penerima jika migrasi neto di masyarakat penerima tersebut terdiri dari migran laki-laki.
Angka rasio jenis kelamin penduduk indonesia, secara keseluruhan agak meningkat. Jika pada tahun 1961 dan 1971 angka rasio jenis kelamin penduduk indonesia sekitar 97 laki-laki per 100 perempuan, angka ini meningkat menjadi 98,9 laki-laki per 100 perempian pada tahun 1980, dan kemudian menjadi 99,5 laki-laki per 100 perempuan pada tahun 1990.
C. Tipe-Tipe Piramida penduduk.
Piramida penduduk menyajikan lukisan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin bagi suatu wilayah. Berikut beberapa tipe piramida penduduk :
1. Piramida Tipe 1. Merupakan bentuk piramida penduduk yang tipikal bagi negeri-negeri yang mempunyai angka kelahiran dan kematian tinggi. Piramida tipe ini mempunyai dasar yang lebih lebar dengan sisi-sisi yang curam.
2. Piramida Tipe 2. Tipe piramida ini mempunyai dasar yang lebih lebar daripada piramida tpe 1, dan tipikal bagi negri-negri yang mulai mengalami pertumbuhan penduduk cepat sebagai akibat trunnya angka kematian bayi dan anak.
3. Piramida Tipe 3. Piramidan tipe ini menggambarkan bentuk pramida dari negri-negri yang mempunyai reit kelahiran dan kematian yang rendah.
4. Piramida Tipe 4. Bnetuk piramida penduduk tipe ini adalah seperti yang pernah ditunjukkan Amerika Serikat dan kanada setelah perang dunia kedua. Bentuk sisi-sisi yang demikian itu merupakan perkembangan baru meningkatnya fertilitas, sedangkan mortalitas bertahan pada tingkat rendah.
5. Piramida Tipe 5. Piramida ini merupakan bentuk piramida yang ditunjukkan oleh negri-negri yang mengalami jatuhnya reit kelahiran dengan cepat.
D. Pengaruh Kematian, Kelahiran, dan Migrasi Terhadap Bentuk Piramida Penduduk.
Bentuk piramida penduduk banyak ditentuka oleh keadaan fertilitas dan mortalitas. Sekitar 100 tahun diperlukan untuk menghasilkan piramida baru. Namun bentuk piramida juga dipengaruhi dari bagian atas, karena makin banyaknya penduduk yang mencapai umur tua.turunnya reit kematian berarti kebanyakan orang kan hidup lebih lama. Reit kematian tinggi, yang umumnya karena tingginya reit kematian bayi, memberikan bentuk piramida yang lebih sempit di bagain bawah.
Migrasi merupakan faktor lain yang mempengaruhi penduduk suatu negri. Pengaruh komponen migrasi mungkin cukup berarti terhadap susunan penduduk wilayah-wilayah tertentu suatu negara seperti terhadap susunan penduduk propinsi-propinsi tertentu di Indonesia.
E. Cara-Cara Penggambaran Piramida Penduduk.
Piramida penduduk juga sebenarnya merupakan penyajian secara grafis jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Penggambaran piramida penduduk dapat didasarkan baik atas, angka-angka mutlak maupun atas angka-angka proporsi atau presentase. Perbandingan bentuk poiramida antar dua negara yang sangat berbeda jumlah penduduknya akan kelihatan lebih baik bilamana piramida penduduk dari negara yang diperbandingkan itu disajikan dalam angka-angka persentase. Penyajian piramida penduduk suatu daerah dalam persentase juga memudahkan untuk mengetahui lebih cepat proporsi penduduk dalam golongan umur tertentu dari daerah yang bersangkutan.
Penggambaran suatu piramida penduduk dimulai dengan menarik dua sumbu yang saling tegak lurus, yaitu yang satu sumbu horisontal dan yang lainnya sumbu vertikal. Piramida penduduk umumnya digambarkan dalam kelompok umur lima tahun, walaupun kadang-kadang juga dilakukan dlam kelompok umur satu tahun. Penggambaran dalam kelompok umur yang terlalu besar akan mengurangi manfaat dari piramida penduduk. Jika data penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin cukup tersedia, suatu piramida penduduk pada umumnya akan berbentuk susunan dari 18 balok-balok horisontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar