1. Teori Kapitalisme
Dalam buku The Protestan Ethic and The Spirit Capitalism (1904), Max Weber mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Max Weber, muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat beiringan dengan perkembangan Sekte Kalvinisme dalam agama Protestan. Max Weber berargumen bahwa ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur-sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras. Umat Kalvinis bekerja keras dengan harapan bahwa kemakmuran merupakan petanda baik dan dapat menuntun mereka ke arah Surga. Mereka tidak mengahambur-hamburkan hasil kerja kerasnya melainkan ditanamkan kembali dalam usaha mereka masing-masing. Melalui cara inilah, menurut Max Weber kapitalisme di Eropa berkembang.
Konsep kedua dari ajaran Protestan adalah Predestination, yaitu hanya beberapa umat yang akan dipilih untuk dibebaskan dari siksaan. Pemilihan ini sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Oleh karena itu, umat Protestan tidak tahu apakah mereka akan menjadi yang terpilih atau tidak. Agama Protestan muncul dengan konsep yang oleh Weber disebut The Calling, yang berarti ajaran bahwa kewajiban moral paling tinggi dari seorang manusia adalah untuk melaksanakan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari Protestan (The Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism).
Weber mengembangkan teorinya dengan cara studi perbandingan sejarah di belahan bumi bagian Barat lalu Cina dan India serta beberapa masyarakat lain.
2. Tindakan Sosial
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975).
Max Weber mengklasifikasikan tindakan sosial dalam 4 jenis, yaitu :
· Rasionalitas instrumental
Yaitu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar serta adanya alat-alat untuk mencapai tujuan tindakan tersebut.
Contoh; seseorang yang bernyanyi diatas panggung menggunakan sound system dengan maksud untuk menghibur orang lain dan mereka semua dapat mendengar dengan jelas.
· Rasionalitas yang berorientasi nilai
Yaitu alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.
Contoh; membantu orang yang sudah tua untuk menyeberang jalan.
Tindakan sosial ini mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang dimiliki individu.
· Tindakan tradisional
Yaitu seseorang berperilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan sebelumnya.
Contoh; saling bermaaf-maafan ketika usai melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri.
· Tindakan afektif
Yaitu tindakan yang diakukan tanpa refleksi atau perencanaan dan dominasi antara perasaan atau emosi.
Contoh; seorang ibu yang memeluk anaknya ketika si anak terjatuh.
3. Verstehen
Teori Verstehen dikenal juga sebagai teori pemahaman. Teori Vestehen ini menekankan pada pola tingkah laku yang menurut Weber perbuatan si pelaku mempunyai arti subyektif, keinginan mencapai tujuan serta didorong motivasi. Bagi Weber, Verstehen melibatkan penelitian sistematis dan ketat, bukan hanya sekedar merasakan teks atau fenomena sosial. Max Weber mengembangkan gagasannya menyangkut kepada kehidupan sosial seperti memahami pelaku, interaksi dan sejarah seluruh manusia. Verstehen merupakan prosedur studi yang bersifat rasional. Meskipun begitu, bagi Weber pemahaman tetap merupakan suatu pendekatan unik terhadap moral dan ilmu-ilmu budaya, yang lebih berurusan dengan manusia ketimbang berurusan dengan binatang atau kehidupan non hayati lainnya, inilah yang membedakan sosiolog dengan ilmuwan alam.
4. Karismatik
Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “berkat yang terinspirasi secara agung” atau “pemberian Tuhan”. Menurut Weber, karisma hanyalah presepsi pengikut atau masyarakat bahwa seorang pemimpin diberkati oleh Tuhan dengan kualitas kepemimpinan yang luar biasa. Weber berpendapat bahwa karisma terjadi pada saat adanya krisis sosial, seorang pemimpin hadir dengan visi yang menawarkan sebuah solusi untuk mengatasi krisis sosial tersebut, kemudian pemimpin menarik pengikut atau masyarakat yang percaya terhadap visi itu dan kemudian mereka mengalami suatu keberhasilan. Dengan demikian, para pengikut atau masyarakat percaya bahwa pemimpin tersebut sebagai orang yang diberkati dan mempunyai kemampuan luar biasa. Pemimpin karismatik mendapatkan otoritasnya dari kemampuan atau ciri-ciri luar biasa, atau mungkin dari keyakinan pihak pengikut bahwa pemimpin itu memang mempunyai ciri-ciri tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2009.Teori Sosiologi Modern. Yogyakarta : Kreasi Wacana
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi.Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar