1.Permasalahan
Energi adalah kebutuhan utama kehidupan saat ini bentuk energi yang biasa di pakai saat ini adalah listrik tapi masih ada juga bentuk energi yang lain seperti minyak tanah,gas,dll.Konsep pembangunan energi yang selama ini digunakan oleh pemerintah adalah konsep terpusat. Konsep ini dipilih melalu berbagai alasan,salah satu alasan utama adalah efisiensi penggunaan dana yang berdasarkan paradigma komersial. Konsekuensi logis dari pilihan konsep ini adalah digunakannya kriteria komesial yang umum berlaku seperti tingkat keekonomian titik impas dan lainnya.
Dilihat dari sosio-ekonominya kehidupan lebih dari 75% penduduk tergolong tidak menggembirakan. Mayoritas penduduk masih hidup secara subsisten sehingga kemampuan untuk hidup mandiri dengan menggunakan ukuran-ukuran komersial masih sangat lemah. Di lain pihak sebaran penduduk indonesia sangat luas dan terpencar sehingga dibutuhkan sistem distribusi energi yang handal yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak kecil.
Untuk mengatasinya pemerintah melakasanakan kebijakan “subsidi” yang salah. Salah arah dan tidak tepat sasaran karena semakin memperbesar masalah dan memperparah keadaan. Pola subsidi yang dipilih adalah pola subsidi input yang tidak terarah dilakukan pada harga energi. Pola subsidi seperti ini sama sekali tidak memberdayakan masyarakat marjinal bahkan menguntungkan golongan yang sudah mampu,pihak-pihak yang mendukung kedudukan politik para pengambil keputusan subsidi
Subsidi energi tersebut malah membuat masyarakat tidak sadar untuk hidup hemat dan energi tersebut dianggap sebagai sesuatu pemberian alam yang tinggal pakai saja tanpa harus melakukan usaha perolehan yang berarti. Bukti konkrit sikap boros bangsa ini terlihat jelas dari tingginya intensitas energi nasional indonesia.
Energi intensitas adalaah suatu energi yang digunakana untuk menghasilkan devisa sebesar satu juta dolar amerika. Energi yang digunakan di ukur dengan besaran yang setara kandungan energi pada satu ton minyak bumi atau disingkat TOE(Ton oil equivalent). Bila dibandingkan dengan negara lain negara kita memang mempunyai banyak energi tapi kebanyakan di kuasi oleh asing padahal di wilayah indonesia mempunyai musim dingin yang membutuhkan energi untuk penghangat ruangan.
Tetapi umumnya semua kota besar di indonesia telah terlistriki sedangkan secara geografis penduduk tersebar diseluruh wilayah indonesia. Dengan demikian penduduk yang belum menerima listrik umumnya tinggal di desa-desa terutama daerah terpencil.
Dibalik semua kesulitan itu sebenarnya setiap desa memiliki potensi sumber daya alam yang unik yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik. Potensi ini biasanya di sebut SES atau sumber energi setempat. Tapi potensi ini biasanya hanya berskala kecil dan tersebar di berbagai desa sehingga jika menggunakan kriteria komersial potensi ini tergolong tidak layak untuk di kembangkan. Tetapi potensi ini tetap dapat digunakan terutama sebagai alat untuk pengembangan desa-desa terpencil yang mempunyai karakteristik sama yaitu kecil dan tersebar
Tetapi jika ditinjau dari tingkat kemampuan masyarakat pada umumnya pilihan penggunaan SES memerlukan proses adaptasi yang lebih lama agar teknologi SES dapat masuk dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan. Untuk memanfaatkan potensi SES yang selama ini terabaikan perlu dipikirkan bersama sebuah model keenergian yang sama sekali baru,tidak terpusar,memanfaatkan potensi desan,tidak terlalu memperhitungkan kriteria-kriteria komerial sekaligus secara interinsik memberdayakan masyarakat setempat
2.Kerangka teoritis
Di dalam desa apabila kita menggunakan konsep pelistrikan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa merupakan hal yang mampir mustahil untuk dilaksanakan karena kondisi sosial-ekonomi rata-rata pedesaan di indonesia tidak mendukung untuk penerapan konsep “listrik untuk peningkatan produktivitas”.
Dalam kondisi seperti ini setiap perencanaan program kegiatan harus memasukan pemberdayaan sebagai agenda utama demikian pula dengan program elektrifikasi harus dilakukan dengan kegiatan pemberdayaan. Elektrifikasi hanya digunakan untuk titidak masuk ketiagatan utama yang bertujuan meningkatakan kemampuan masyarakat baik secara individu maupun secara kolektif
Pemanfaatan sumber daya alam desa atau SES untuk pembangik listrik yang di bangun dan dimiliki sendiri oleh masyarakat merupakan model pemberdayaan yang tidak saja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik secara mandiri tetapi juga di gunakan untuk kehiatan pemberdayaan sektrolainnya seperti kesehatan,pendidikan,dan lainnya.
Pemberdayaan harus berada di atas dua hal pokok yaitu ketersediaan sumber daya lokal dan kesanggupan berkontribusi dari masyarakat setempat dimana program pemberdayaan juga harus mempunya enam akar yaitu motivasi,rasa percaya diri,kreativitas,kemauan untuk mandiri,kemampuan evaluasi diri dan terkahir pengalaman positif. Dengan akar seperti itu maka pohon” akan mempunyai pucuk” yang berkualitas.
3.PLTMH berbasis masyarakat.
Di bahasan sebelomnya telah disinggung bahwa sistem ketenagalistrikan indonesia saat ini pada umumnya di tunjang oleh pembangkit terpusat yang berenergi fosil. Pelistrikan desa dilakukan dengan melakukan perpanjangan jaringan tegangan menengah dari pusat pembangkitan ke pelosok-pelosok. Dengan cara seperti sebuah desa yang terletak jauh dari pembatik akan menerima kualitas listrik yang buruk makin jauh dari pembangkit kualitas listrik akan semakin jelek. Dan jika ditinjau dari sisi ketahanan ketenaga listrikan sistem seperti ini sangat peka terhadapa gangguna jika terjadi sesuatu pada jaringan transmisi yang membawa energi dari pusar pembangkita ke beban-beban yang tersebar maka seluruh sistem akan terganggu.
Dampak buruk seperti ini dapat dikuarangi dengan sistem pembangkit tersebar atau distributed power generation dengan memanfaatkan SES yang ada di desa. SES dimanfaakan untuk menunjang kehandalan sistem ketenagalistrikan regional atau bahkan sistem nasional. Pemanfaatan potensis SES yang ada di desa dapat dilakukan dengan dua cara yang pertama yaitu menggundang investor untuk mengembangkan potensi yang kedua yaitu mengikut sertakan aspirasi,kemampuan, dan kepemilikan penduduk lokal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar