Fauzia Firdawati
Kesejahteraan Sosial / 2A
1113054100006
Teori Max Weber
1. Teori Kapitalisme
Max Weber hidup tatkala Eropa Barat sedang menjurus ke arah pertumbuhan kapitalisme modern. Situasi demikian mendorong Weber untuk mencari sebab – sebab hubungan antara tingkah laku agama dan ekonomi, terutama pada masyarakat Eropa Barat yang mayorias beragama protestan. Titik perhatian Weber sesungguhnya sudah menjadi perhatian Karl Marx, di mana pertumbuhan kapitalisme modern pada saat itu telah menimbulkan kegoncangan – kegoncangan hebat di lapangan kehidupan sosial masyarakat Eropa Barat. Weber tidak berselisih dengan pendapat Marx dalam hal ini, terutama tentang ciri – ciri yang menandai tumbuhnya kapitalisme modern itu.
Adapun karakteristik Spirit Kapitalisme modern menurut Weber adalah sebagai berikut.
1. Adanya usaha – usaha ekonomi yang diorganisir dan dikelola secara rasional di atas landasan prinsip – prinsip ilmu pengetahuan dan berkembangnya pemilikan/kekayaan pribadi.
2. Berkembangnya produksi untuk pasar.
3. Produksi untuk massa dan melalui massa.
4. Produksi untuk uang.
5. Adanya anthusiasme, etos dan efisiensi maksimal yang menuntut pengabdian manusia kepada panggilan kerja.
Masyarakat kapitalis memandang manusia terutama sebagai pekerja dan tidak peduli apapun yang menjadi pekerjaan mereka. Inilah yang disebut dengan vocational ethics yang merupakan tingkah laku yang menonjol dari Spirit Kapitalisme modern. Mereka yang miskin vocational ethicsnya akan runtuh, dan mereka memiliki vocational ethics akan dengan baik meningkatkan prestasi hidupnya.
Keseluruhan elemen di atas merupakan tipe ideal dari karakteristik kapitalisme modern. Selanjutnya elemen – elemen tersebut masuk dalam masyarakat kapitalis dalam berbagai bentuk dan kondisi sebagai berikut.
1. Rational capital accounting and bussines management (perhitungan modal dan pengelolaan usaha secara rasional).
2. Appropriation of all means of production (pengerahan segala sarana produksi secara tepat guna).
3. Rational technique of production (penggunaan teknik – teknik produksi rasional).
4. Rational law (hukum rasional).
5. Free labor (adanya tenaga kerja yang bebas).
6. Commerzialization and marketing of the products of labor(komersialisasi serta pemasaran hasil – hasil produksi dan tenaga kerja).
2. Teori Verstehen
Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Pemakaian istilah ini secara khusus oleh Weber dalam penelitian historis adalah sumbangan yang paling banyak dikenal dan paling controversial, terhadap metodologi sosiologi kontemporer. Ketika kita mengerti apa yang dimaksud Weber dengan kata verstehen, kita pun menggarisbawahi beberapa masalah dalam menafsirkan maksud Weber, muncul dari masalah umum dalam pemikiran metodologis Weber.
Max Weber juga memasukkan problem pemahaman dalam pendekatan sosiologisnya, yang sebagaimana cenderung ia tekankan adalah salah satu tipe sosiologis dari sekian kemungkinan lain. Karena itulah ia menyebutkan perspektifnya sebagai sosiologi interpretatif atau pemahaman. Menjadi ciri khas rasional dan positivisnya bahwa ia mentransformasikan konsep tentang pemahaman. Meski begitu, baginya pemahaman tetap merupakan sebuah pendekatan unik terhadap moral dan ilmu-ilmu budaya, yang lebih berurusan dengan manusia ketimbang dengan binatang lainnya atau kehidupan non hayati. Manusia bisa memahami atau berusaha memahami niatnya sendiri melalui instropeksi, dan ia bisa menginterpretasikan perbuatan orang lain sehubungan dengan niatan yang mereka akui atau diduga mereka punyai.
Teori Verstehen masih sangat relevan untuk digunakan dalam penelitian sosiologi hingga saat ini. Perubahan sosial yang dinamis dalam perkembangan masyarakat harus selalu diperbaharui dengan pengamatan dan pemahaman. Satu titik simpul yang membuat perubahan bukan hanya dari sudut pandang dimana kebanyakan orang melihatnya. Tetapi dari sudut pandang berbeda yang dapat kita kaji melalui penjelasan fakta tanpa mempersoalkan baik buruknya fakta yang terjadi (non-etis).
3. Tindakan Sosial
Menurut Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha memahami tindakan - tindakan sosial dan menguraikannya dengan menerangkan sebab – sebab tindakan tersebut. Dengan demikian, yang menjadi inti dari sosiologi adalah arti yang nyata dari tindakan perseorangan yang timbul dari alasan – alasan subyektif. Itulah yang kemudian menjadi pokok penyelidikan Max Weber dan disebutnya sebagai Verstehende Sociologie. Dalam hal ini verstehende adalah suatu metode pendekatan yang berusaha mengerti makna mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan historis. Pendekatan ini bertolak pada gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan makna yang dibuat oleh para actor yang terlbat di dalamnya.
Weber membagi tindakan sosial menjadi empat, yakni sebagai berikut :
1. Zweck rational, yaitu tindakan sosial yang dilandasi pertimbangan – pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya (juga dalam menanggapi orang lain di sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup). Dengan kata lain, zweck rational adalah tindakan sosial yang ditujukan untuk mencapai semaksimal mungkin dengan menggunakan dana serta daya seminimal.
2. Wert rational, yaitu tindakan sosial yang rasional, tetapi dilandaskan pada nilai – nilai absolut tertentu. Nilai yang dijadikan landasan ini bisa nilai etis, estetis, keagamaan, atau nilai – nilai lain. Dengan demikian, manusia selalu menyandarkan tindakannya yang rasional pada keyakinan terhadap suatu nilai tertentu.
3. Affectual, yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional. Seperti ungkapan rasa cinta, ledakan kemarahan, dan rasa kasihan.
4. Tradisional, yaitu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada tradisi atau masa lampau. Dalam hal ini, yang dimaksud tradisi adalah suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau. Mekanisme tindakan ini berlandaskan atas hukum – hukum normatif yang telah ditentukan oleh masyarakat.
Meskipun Weber membedakan empat bentuk tindakan, ia sepenuhnya sadar bahwa tindakan tertentu biasanya terdiri dari kombinasi dari keempat tipe tindakan tersebut. Weber juga berargumen bahwa sosiolog harus lebih memahami tindakan yang lebih memiliki variasi rasional daripada memahami tindakan yang didominasi oleh perasaan atau tradisi.
4. Kharisma
Teori saat ini mengenai kepemimpinan karismatik amatlah berpengaruh oleh ide-ide dari ahli social awal bernama Max Weber. Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “berkat yang terinspirasi secara agung” atau “pemberian tuhan”. Seperti kemampuan melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa masa depan. Menurut Weber, karisma terjadi saat terdapat sebuah krisis social, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu dapat terlihat dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.
Konsep kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut Weber (1947) lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik, yaitu :
1. Adanya seseorang yang memiliki bakat yang luar biasa,
2. Adanya krisis sosial
3. Adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut
4. Adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan luarbiasa yang bersifat transendental dan supranatural
5. Adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.
Para pemimpin akan lebih mungkin dipandang sebagai karismatik jika mereka membuat pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi, dan mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung. Kepercayaan terlihat menjadi komponenpenting dari karismatik, dan pengikut lebih mempercayai pemimpin yang kelihatan tidak terlalu termotivasi oleh kepentingan pribadi daripada oleh perhatian terhadap pengikut. Yang paling mengesankan adalah seorang pemimpin yang benar-benar mengambil resiko kerugian pribadi yang cukup besar dalam hal status, uang posisi kepemimpinan atau keanggotaan dalam organisasi.
Dalam hal selektivitas yang dimiliki komunikan ini diketahui bahwa seseorang akan memilih pesan tergantung pada dua faktor:
a) Expectation of reward – mengharapkan ganjaran.
b) Effort to be required – menghendaki suatu usaha.
Dengan kata lain besar kecilnya kedua faktor tersebut dapat menentukan pemilihan komunikan terhadap pesan tertentu.
Sumber :
· http://lebak-kauman.blogspot.com/2013/02/teori-kepemimpinan-karismatik.html
· http://ninnaastuti.blogspot.com/2012/01/verstehen-max-weber.html
· http://ratnaputri92.blogspot.com/2012/01/verstehen-pemahaman.html
· http://bayuwidyaswara.blogspot.com/2011/05/teori-max-weber.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar