TEMA : KESEJAHTERAAN HIDUP PARA PEKERJA KULI BANGUNAN DI DEPOK
A. LATAR BELAKANG
Jerih lelah bekerja sebagai buruh kuli bangunan tentu mengharapkan
kesejahteraan. Meskipun demikian, kalangan buruh tetap saja hidup
pas-pasan. Akan tetapi, kita tidak bisa menutup mata kalau bangsa kita
sedang dibelenggu kemiskinan struktural. Artinya, sekeras atau serajin
apapun bekerja akan tetap miskin. Hal ini sangat berkaitan dengan upah
dan penilaian terhadap para pekerja. Misalkan seorang kuli bangunan
yang selalu bekerja keras ditempat kerjanya dan berusaha hidup hemat
masih tetap saja miskin karena kebutuhan yang kian hari kian
meningkat. Belum lagi pekerjaannya yang tidak menetap. Selain itu,
didalam masyarakat harga dirinya dianggap rendah sehigga kerja keras
yang dilakukannya juga dibayar murah. Itulah mengapa begitu
mengerikannya belenggu kemiskinan struktural yang menimpa bangsa kita
ini, walaupun gigih bekerja tetapi tetap miskin. Berbanding terbalik
dengan orang kaya, yang hanya bekerja ringan dan sebentar tetapi
penghasilannya jauh lebih besar. Akibatnya, yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin. Yang kaya memanfaatkan yang miskin untuk
memperkaya diri.
Sama halnya yang terjadi para buruh. Bekerja keras setiap hari juga
tetap membuatnya hidup pas-pasan. Sepertinya para buruh hanya dianggap
sebagai budak yang harus melayani dengan bekerja, sepertinya buruh
dianggap rendah dalam tingkatan pekerjaan, sepertinya buruh hanya
layak digaji rendah. Kiranya persepsi ini bisa dihapuskan untuk
mewujudkan buruh yang sejahtera.
B. TEORI RISET LAPANGAN
Teori yang digunakan dalam penitian ini yaitu menggunakan teori Max
Weber, karena subjek disini memiliki motivasi untuk memperbaiki
kondisi kehidupan yang memungkinkan untuk pemenuhan kebutuhannya.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
a. Mengapa seseorang memilih pekerjaan sebagai buruh kuli bangunan?
b. Bagaimana cara mengatur keuangan dengan gaji yang minim?
Profil Narasumber
Nama: Wasimin
Umur: 50 tahun
Pekerjaan : Buruh Kuli Bangunan
Wawancara Lapangan
Saya : Pak, kalau boleh tau apa sih alasan bapak memilih jadi.., maaf
ya pak, kuli bangunan?
Pak Wasimin : Kalau aja pendidikan saya tinggi kayak adek ini, saya
lebih memilih jadi bos di kantor aja dek, jadi kuli itu capek, belum
lagi gajinya yang kecil, tapi saya tidak punya pilihan lagi selain
ngerjain rumah-rumah orang gini.
Saya : Mencukupi nggak sih pak untuk kehidupan sehari-hari keluarga?
Pak Wasimin : Mencukupi sih enggak dek, tapi insyallah bisa untuk
menyekolakan anak hingga seperti adek ini. aamiin.
Saya : Aamiin. Lalu bagaimana cara mengelola uang hasil dari
pekerjaan bapak itu?
Pak Wasimin : Sebisa mungkin istri saya nyisain uang buat jajan anak
atau uang kebutuhan mendesak nantinya, dek. Walaupun gaji saya nggak
seberapa saya tetap bersyukur, Allah udah ngatur rejeki hamba-Nya
masing-masing.
D. METODE
Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode ini
mengarah kepada analisis data yang mengutamakan keterangan penelitian
yang ada berdasarkan kenyataan yang ada. Cara metode ini yaitu dengan
cara mengamati, menganalisis dan mewawancarai subjek sehingga dapat
menyimpulkan apa saja yang menjadi pembahasan pola-pola pekerjaan yang
terjadi di masyarakat.
E. AREA RISET
• Kegiatan penelitian dilakukan di Jl. Pramuka RT 001/012 Mampang,
Pancoran Mas, Depok.
• Narasumber :
- Bapak Wasimin (50th)
• Waktu penelitian: Sabtu, 17 Mei 2014
F. KESIMPULAN
Menjadi buruh kuli bangunan adalah pekerjaan yang sulit dijalani,
karena tidak banyak mendapat upah tetapi cukup membuang tenaga, contoh
Pak Wasimin yang sudah berpuluh tahun menjadi buruh kuli bangunan, ia
bekerja untuk menghidupi keluarga kecilnya, disamping itu ia mempunyai
keinginan untuk menyekolahkan anaknya hingga sukses. Pendidikan
menjadi faktor utama mengapa seseorang menjadi buruh kuli bangunan,
pendidikan yang Pak Wasimin miliki tidak sampai untuk setidaknya
menjadi pegawai, karena itulah masyarakat menganggap harga dirinya
rendah sehigga kerja keras yang dilakukannya juga dibayar murah.
Nama : Vita Renita
NIM : 1113054100025
KLS : Kessos 2A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar