Senin, 01 Oktober 2012

Farouq Audah Jurnalistik 1.A

TEORI KRITIS

     Kemunculan teori kritis adalah 'reaksi' dan kritik terhadap positivisme ilmu pengetahuan yang sangat dujunjung oleh kaum behavioralisme. Teori kritis bukanlah sesuatu yang muncul dari ruang hampa melainkan hasil dialektika dari berbagai pemikiran tradisi kritis sebelumnya – sebuah perpaduan dari pemikiran Kant, Hegel, Marx dan psokoanalisis Freud. Kant memahami kritik sebagai upaya untuk mengenal keterbatasan rasio dalam setiap klaim pengetahuan; Hegel memahami kritik sebagai refleksi diri atas berbagai rintangan, tekanan, dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri dari rasio dalam sejarah; Marx memahami kritik sebagai usaha-usaha emansipatoris dari penindasan dan usaha-usaha alienasi yang dihasilkan oleh hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat, sementara Freud memahami kritik sebagai pembebasan individu dari irrasionalitas dari ketidaksadaran menjadi sadar.

      Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian untuk tinjauan yang lebih luas terhadap teori kritis, lihat Agger, terutama kecenderungannya menuju determinasi ekonomi. The Institute of Social Research, organisasi yang berkaitan dengan teori kritis ini resmi didirikan di Frankfurt, Jerman, 23 Februari 1923. Meski sejumlah anggotanya telah aktif sebelum organisasi itu didirikan. Teori kritis telah berkembang melampaui batas aliran Frankfurt. Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika.

 Kritik Utama terhadap Keehidupan Sosial dan Intelektual

       Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek kehidupan social dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat.

     Kritik terhadap Teori Marxian. Teori positivisme tentang pengetahuan.  Postivisme menrima gagasan bahwa metode ilmiah dapat di terapkan pada seluruh bidang. Penganut positivisme yakin bahwa pengetahuan bersifat netral.  Aliran kritis menentang positivisme karena berbagai alasan. Pertama, positivisme cenderung melihat kehidupan sosial sebagai proses alamiah. Teoritisi kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada cara-cara aktivitas tersebut mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas. Singkatnya positivisme dianggap mengabaikan aktor, menurunkan aktor ke derajat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan alamiah. Positivisme menyebabkan aktor dan ilmuwan sosial menjadi pasif

      Kritik terhadap Sosiologi. Sosiologi diserang karena "keilmiahannya", yakni karena menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri. Selain dari itu sosiologi dituduh menerima status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa kini. Menurut anggota aliran ini, sosiolog lebih memperhatikan masyarakat sebagai satu kesatuan ketimbang memperhatikan individu dalam masyarakat, maka mereka mengabaikan interaksi individu dan masyarakat. Pandangan ini yang menjadi landasan serangan aliran kritis terhadap sosiologi. Karena mengabaikan individu sosiolog dianggap tak mampu mengatakan sesuatu yang bermakna tentang perubahan politik yang dapat mengarah ke sebuah masyarakat manusia dan yang adil. Seperti di katakan Zoltan Tar, sosiologi bagian menjadi "integral masyarakat yang ada ketimbang menjadi alat untuk mengkritiknya dan menjadi ragi untuk pembaharuan".

      Kritik terhadap Masyarakat Modern. Aliran kritis menggeser orientasinya ke tingkat kultural mengingat kultur dianggap sebagai realitas masyarakat kapitalis modern. Artinya, tempat dominasi dalam masyarakat modern telah bergeser dari bidang ekonomi ke bidang kultural. Seperti dijelaskan Trent Schroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan. Aliran kritis jelas telah mengadopsi pembedaan Weber antara rasionalitas formal danrasionalitas subjektif atau apa yang oleh teoritisi radikal dipandang sebagai reason. Menurut teoritisi kritis, rasionalitas formal tak mencerminkan perhatian mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah yang dipandang sebagai "cara berpikir teknokratis" di mana tujuannya, adalah untuk membantu kekuatan yang mendominasi, bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi. Tujuannya adalah semata-mata untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh pemegang kekuasaan. Cara berpikir teknokratis berbeda dari cara berpikir nalar (reason), yang dalam pikiran teoritisi kritis menjadi tumpuan harapan masyarakat. Aliran kritis memandang masyarakat modern penuh dengan ketidakrasionalan.

      Kritik terhadap Kultur. Teoritisi kritis melontarkan kritik pedas terhadap apa yang mereka sebut "industir kultur", yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan (misalnya, jaringan televisi) yang mengendalikan kultur modern. Ada dua hal yang paling dicemaskan oleh pemikir kritis mengenai industri kultur ini. Pertama, mereka mengkhawatirkan mengenai kepalsuannya. Kedua, teoritisi kritis terganggu oleh pengaruh yang bersifat menentramkan, menindas, dan membius dari industri kultur terhadap rakyat. Douglas Kellner (1990) mengkritik aliran kritis karena "mengabaikan analisis rinci tentang ekonomi politik media televisi, mengonseptualisasikan kultur massa sebagai sebuah instrumen ideologi kapitalis semata". Selain melihat televisi sebagai bagian dari kultur industri, Kellner mengaitkannya dengan kapitalisme korporat dan sistem politik. Kellner tidak melihat televisi sebagai kekuatan monolitik atau kekuatan yang di kendalikan oleh korporat yang koheren, tetapi sebagai "media massa yang sangat konfliktual di mana bertemu kekuatan kultural, sosial, politik, dan ekonomi yang saling bersaing". Aliran kritis juga tertarik dan kritis terhadap apa yang disebut sebagai "industri pengetahuan", yang mengacu pada entitas-entitas yang berhubungan dengan produksi pengetahuan yang menjadi struktur otonom di dalam masyarakat. Meskipun teori kritik juga mempunyai sejumlah minat positif, tetapi ia lebih banyak memberi konstribusi yang lebih kritis ketimbang konstribusi positif.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini